Daddy's Plan

115K 5K 21
                                    

Nata POV.

Pagi ini aku segera bersiap untuk penerbanganku ke Singapura. Yah untungnya jam terbangku bulan ini lumayan padat, aku sedikit beruntung karena aku akan sangat jarang berada di rumah dan secara ga langsung bisa menghindari mom dan dad untuk sementara waktu. Aku malas jika bertemu mereka dan kembali membahas soal perjodohan konyol itu.

"Morning mom, dad" Sapaku sesampainya di meja makan dan mencium kening mom.

"Morning darl" Sahut mom lembut.

Aku segera mengambil roti gandumku yang sudah disediakan mom di piringku.

"Kapan kamu berhenti dari pekerjaanmu dan menggantikan dad di perusahaan Nat?" tanya dad mengagetkanku.

"Aku belum tau dad, aku masih menikmati peranku sebagai captain pilot" Jawabku enteng.

"perusahaan ga bisa menunggu lama Nat, kami butuh kamu, otak yang masih segar dan raga yang masih kuat untuk menggantikan dad yang sudah tua ini" lanjut dad lagi sambil masih membaca koran paginya.

Akupun terdiam dan beranjak dari tempatku dan segera berpamitan pada kedua orang tuaku itu. Aku tidak mau dad membahas hal ini berlarut-larut.

Di perjalanan aku memikirkan omongan dad, memang akulah yang harus meneruskan perusahaan dad, memang harusnya aku yang sekarang berada di posisi dad dan menggantikannya sebagai CEO tertinggi di perusahaan keluarga kami. Tapi rasanya itu bukan tujuanku, tujuanku adalah menjadi diriku saat ini, menjadi pilot dan aku senang menjalaninya. Tapi aku kasian sama mom dan dad yang selalu menagihku untuk menjadi pengganti dad. Aku dilema. Aku bingung apa yang harus aku pilih.

Aaah andai saja Marlo tidak bersok-sokan menjadi pebisnis yang mandiri dan mendirikan perusahaannya sendiri meski masih dibawah naungan Miller's Corp. Aku tidak perlu pusing memikirkan nasib pekerjaanku yang sekarang.

Marlo adalah sepupuku satu-satunya yang dari kecil sudah tinggal bersama keluargaku karena ayah dan ibunya meninggal saat umur kami masih kecil. Umurku dan Marlo tak terpaut jauh, hanya berbeda 1 tahun. Dia sudah ku anggap sebagai adikku sendiri sejak dulu. Tapi sejak dia lulus kuliah S2nya dia mengatakan akan membangun perusahaan sendiri dan dad setuju. Tapi imbasnya adalah aku, aku yang sedang asik dengan pekerjaanku sebagai pilot merasa terganggu dengan pernyataan Marlo. Karena dengan begitu otomatis penerus perusahaan dad bukan Marlo, melainkan aku.

Setelah selesai melamun aku baru sadar kalau mobilku sudah terparkir di prkiran bandara. Akupun segera mengambil topi captainku dan masuk ke kantorku untuk bergegas ke Spore pada penerbangan siang ini.

Jam masih menunjukkan pukul 8 pagi, sedangkan penerbanganku direncanakan jam 3 siang ini. Haha begitu niatnya aku menghindari dad rupanya.

Alana POV.

Aku memang sudah berdamai dengan papi dan menyetujui perjodohan bodoh itu, dengan satu perjanjian kalau tidak cocok aku akan menolaknya, dan papi pun menyetujuinya meskipun awalnya sedikit ragu. Haha.

Hari ini aku meminta cuti karena aku berencana berlibur ke Singapura. Sekedar melepas penat di kepalaku yang akhir-akhir ini meledak karena pernyataan konyol papi malam itu mengenai perjodohan bodoh itu.

Jam tanganku menunjukkan pukul 12 siang dan aku sedang di perjalanan menuju bandara, ya aku serius untuk liburan kali ini. Dan aku sendirian, tanpa kak Daniel tentunya. Tiba-tiba suara merdu Kavana megelegar di dalam mobil, itu suara panggilan dari iPhoneku. Setelah ku lihat nama sang pemanggil aku langsung mengangkatnya dengan semangat.

"Lunaaaaaaaaaaaaa, where are you? after four years wasn't met and now you call me? how dare you." Teriakku pada Luna, sahabatku di telepon.

"Hahahahaha Miss you so much Al, sorry I took my study in Aussie. and I lost my cell phone when my first day in Aussie, so I cant call you darl, I'm sorry." Jawabnya dengan nada gembira dan sedikit memelas.

Aku akui, aku merindukan Luna. Luna adalah sahabat terbaikku sejak SMP. Dan saat kelulusan, aku bertolak ke London dan meninggalkannya, saat itu aku tidak bisa menghubunginya lagi. Aku sedih mengingat hal itu.

"Kamu di Indonesia?" Jawabku lagi masih menahan rasa kangenku padanya.

"No I'm not. Aku baru pulang ke Indonesia sekitar satu bulan lagi. Aku masih harus menyelesaikan thesis ku dan menjalani sidang tiga minggu lagi" Jawabnya masih dengan nada bersemangat.

Tiba-tiba aku menitikkan air mataku mengingat banyak sekali hal yang ingin aku ceritakan padanya. Sejak Luna tak menghubungiku lagi aku kehilangan teman untuk bercerita. Berbeda rasanya bercerita dengan kak Daniel dan Luna. Luna perempuan, sama sepertiku dan aku merasakan kalau dia selalu bisa menenangkanku dengan caranya sendiri. Berbeda dengan kak Daniel.

"What happened Al? Wait, are you crying? Would you like to tell me? Come on gimme ur story." Tanya Luna di seberang sana dengan nada khawatirnya, ah aku rindu.

"Nothing. I am just happy to know you're back." Jawabku penuh antusias dan mencoba menetralkan suaraku karena tangisan.

"Setelah gue balik, lo harus cerita ke gue lo kenapa. Deal?" Pintanya lirih

"Deal" Sahutku dan menutup telponnya.

Akhirnya aku sampai di bandara, masih jam 1 dan aku memutuskan untuk sedikit bersantai sambil menyesap latte yang ku beli saat sampai di bandara.

Maaf ya part yg ini lumayan pendek, tunggu part selanjutnya yaaa :D

I Love You, Captain (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang