Daddy... I Love You (New Season)

100 4 0
                                    

On going

~ DILY ~

Alunan itu bagai simponi berpijaran dalam detak nada

Harmoni yang tercipta dari setiap getar yang terasa

Mengalun indah menghangatkan jiwa

Berdetak bagai jantung dalam raga...*

~ DILY ~

Seorang gadis cantik berdiri di atas atap gedung sebuah kampus di lantai 7. Tangannya di rentangkan, kepalanya menengadah ke langit dengan mata terpejam, dan rambut panjang indahnya tergerai tertiup hembusan angin.

"Daddy... I love you." Dengan air mata mengalir gadis itu selalu menggumamkan kata-kata itu dari bibir tipis merah yang menghiasi wajah cantiknya.

Sudah tiga jam gadis itu berdiri di sana, dan perbuatannya memancing perhatian mahasiswa di sekitar. Sudah banyak orang-orang yang berkerumun di bawah menyaksikan kegetiran hidup gadis itu. Tak jarang banyak cacian dan juga simpati yang terlontar dari mereka. Tapi apakah prasangka mereka tentang gadis itu benar adanya atau hanya sekedar kata praduga tanpa kepastian yang pasti.

Seorang pemuda menembus kerumunan dan melihat apa yang tengah terjadi. Entah dorongan dari mana, pemuda itu berjalan masuk menuju gedung.

"Maaf, Anda tidak diperbolehkan masuk!" ucap salah seorang satpam yang bertugas menjaga pintu utama gedung fakultas Ekonomi. "Gedung ini sedang disetrilisasikan."

"Izinkan saya masuk Pak."

"Maaf, hanya polisi dan petugas saja yang diperbolehkan masuk." Satpam menghadang langkah pemuda itu.

"Sampai kapan saya harus menunggu?"

"Sampai polisi datang."

Pemuda itu menatap tajam satpam yang ber-nametag Yatno itu. "Nyawa pacar saya sedang dipertaruhkan, Bapak tidak mengijinkan saya masuk, dan Bapak menunggu polisi  datang. Sampai kapan Pak? Sampai PACAR SAYA MATI?!!!" pemuda itu emosi, dia berjalan menerobos hadangan satpam tanpa bisa dicegah lagi. Dia menaiki lift sampai roof toop.

"Daddy... I love you."

"Sampai kapan kamu akan berdiri di sana?" pemuda itu berjalan mendekati sang gadis lalu dia menatap ke bawah dan bergedik ngeri. "Tinggi, ya?" pemuda itu bertanya, tapi tak ada jawaban dari mulut gadis bermata hazel itu. "Kalo jatuh dari sini pasti sakit." Dia memasukan kedua tangannya ke saku jeans. "Lupakan masa lalu karna itu udah berlalu dan tak ada gunanya lagi disesali." Pemuda itu terus berbicara walaupun tak dipedulikan oleh gadis berhidung mancung itu. "Hai... Cantik, apa kabar? Tuhan itu sangat baik ya, selalu mempertemukan kita."

Gadis itu memutar wajahnya menghadap pemuda bermata tajam dengan bulu mata lentik. Sesaat mereka saling bersitatap. Yang satu tatapan kagum, yang satu lagi tatapan kosong.

"Kamu cantik kayak bidadari." Pemuda itu tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi mengagumi kecantikan gadis di hadapannya. Gadis itu memakai kaos puith kedodoran bertuliskan Converse berlengan pendek dengan ujung kaos digulung ke atas, memakai jeans robek dan sepatu Converse putih yang sudah lusuh, tapi kecantikannya tak pudar dengan penampilan yang seperti itu.

Gadis itu turun dari pagar pembatas. 

"Aku Digo, nama kamu siapa?" Digo mengulurkan tangannya, tapi gadis itu tak membalas uluran tangannya. Dia berjalan meninggalkan Digo yang keheran tanpa sepatah kata pun yang terlontar.

Digo tersenyum menatap kepergian gadis yang sejak pertama bertemu sudah mencuri hatinya itu. Ini adalah kali keenam dia bertemu dengan gadis yang selalu berdiri di atas atap gedung; entah itu atap rumah sakit, mall, gedung perkantoran, atau pun gedung apartemen. Sudah enam kali Digo tak dihiraukan oleh gadis itu, dan sudah enam kali juga Digo selalu berbohong pada petugas keamanan bahwa dirinya adalah pacar gadis itu.

Ternyata kita satu kampus. Digo tersenyum senang. Dia hirup udara sore itu dengan merentangkan tangan sambil menengadah pada langit senja yang memerah kejinggaan.

"Semoga kita bertemu lagi."

~ DILY ~

*mylovely Anti

My WorksWhere stories live. Discover now