April

149 6 2
                                    

Cerita pertama yang tokohnya buka Ali dan Prilly.

On Going

~ April ~

Sudah tiga tahun berlalu, usiaku kini sudah genap dua puluh tahun, tapi aku tidak bisa melupakannya. Melupakan dia dan juga kejadian yang telah merenggut cintaku untuk selamanya, di mana benci, kecewa, putus asa, marah dan penyesalan bercampur menjadi satu. Namaku Alvaro Manuardinata, aku sekarang duduk di bangku kuliah tingkat satu. Hari ini, 1 April, hari kematian dia yang kucintai. Sudah sejam aku duduk di  depan nisannya. Menangis meluapkan semua rindu dan sesalku. 'Andai saja....' kata itu yang selalu menghantuiku. Kalau saja dulu aku tak melakukan kesalahan, mungkin kekasihku masih hidup. Kalau saja aku tak memaksanya melalukan sesuatu yang merenggut jiwanya, mungkin dia masih berada di sisiku. Andai saja....

Tiga tahun yang lalu saat aku pertama kali menginjak Sekolah Menengah Atas, aku melihatnya turun dari mobil di depan gerbang sekolah. Setelah pamit pada seorang lelaki berumur sekitar empat puluh tahunan, yang kuperkiraan adalah ayahnya karena dia mencium tangan lelaki itu, dia berjalan ke arahku, maksudku ke arah sekolah, dia tersenyum saat melewatiku. Cantik sekali. Detik itu juga kuputuskan untuk jatuh hati padanya, pada gadis berambut panjang dengan mata hazel yang sangat menawan, yang membuat jantungku seakan berhenti berdetak.

Selama OSPEK berlangsung aku mencari informasi tentangnya, dari warna kesukaannya, makanan apa yang dia suka sampai alamat rumahnya tak luput kucari tahu. Namanya Aprillya Gisela Amanda, biasa dipanggil Lily, tapi aku punya panggilan sendiri untuknya... April. Setelah aku tahu semua tentangnya, aku mulai mendekatinya. Awalnya dia merasa heran denganku yang selalu mengunjungi kelasnya setiap hari dengan membawakan sebatang cokelat dan juga mengajaknya makan bersama di kala istirahat tiba, tapi lama-lama dia terbiasa dengan ada aku di sisinya. Sudah sebulan berlalu, kuberanikan diri untuk menyatakan cintaku.

"Maukah jadi pacarku?" saat ini kami sedang berada di perpustakaan. Aku bukanlah orang yang romantis, aku tak pandai merayu atau merangkai puisi, aku juga bukan orang yang bisa memberikan kejutan indah padanya, tapi aku punya hati yang penuh cinta untuknya.

April menatapku tak percaya. Dia tidak berkata apa-apa. Dia tidak menolak atau menerimaku. Hanya mata kami yang saling bersitatap sampai akhirnya bel masuk menyadarkan kami. Hari itu setiap pelajaran yang aku ikuti terasa membosankan, dan waktu seakan melambat. Setelah kejadian itu kami jarang bertemu, aku disibukkan oleh basket dan dia fokus pada pemilihan ketua OSIS. Sebulan kemudian aku diangkat jadi ketua tim basket dan dia jadi wakil OSIS.

Istirahat ini kuputuskan untuk ke kelasnya, tapi sesampainya di sana dia tidak ada. Aku berjalan menuju kantin, hatiku terasa panas saat dia sedang duduk bercanda tawa dengan ketua OSIS. Entah setan mana yang merasukiku, aku menghampiri meja mereka dan aku layangkan pukulan ke pipi Iqbal, ketua OSIS. Dia jatuh terjerembab di lantai, aku tersenyum puas melihatnya meringis kesakitan.

"Manu stop! Apa yang kamu lakukan?!" April marah padaku. Dia mendorong bahuku dan membantu Iqbal berdiri lalu dia meminta maaf padanya. Aku semakin emosi. Saat aku akan memukul Iqbal lagi, April menarik tanganku menuju halaman belakang sekolah. "Kenapa kamu memukulnya?" April mengelus pipiku dan itu sukses membuat emosiku mereda. Dia menatapku sedih.

"Karena aku mencintaimu. Aku ingin kamu jadi kekasihku, dan aku tak suka kamu dekat lelaki lain selain aku."

"Tapi aku tak suka dengan caramu." April menggenggam tanganku. "Aku tak ada hubungan apa-apa dengannya, tapi aku tak suka jika kamu melakukan itu padanya. Jika kamu melakukan itu lagi pada lelaki yang dekat denganku, kupastikan tak ada ruang di hatiku untukmu. Jadilah orang baik bukan hanya untukku, tapi untuk dirimu sendiri," setelah mengatakan itu dia pergi meningglkanku.

Bel masuk berdering, aku dipanggil ke ruang BP dan aku mendapat skorsing selama tiga hari. Selama aku diskorsing, aku selalu datang ke sekolah untuk menjemput April. "Aku antar pulang, ya?"

April tersenyum padaku dan berkata, "Aku mau, tapi nanti setelah kamu jadi orang baik." Selalu itu yang dia katakan. Kemudian dia masuk ke dalam mobilnya.

"Arghhh...!!!" teriakku kesal.

~ April ~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 08, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My WorksWhere stories live. Discover now