I Miss You

4.7K 407 20
                                    

Semenjak hamil tua, Miranda merasa memiliki kemampuan super, semacam intuisi yang sangat peka terhadap sesuatu yang akan terjadi, terutama hal-hal buruk. Seperti pagi ini, ia terus merasa gelisah, mengomel tanpa henti dan memusingkan Elliot karena hal itu.

Lalu siangnya, apa yang ia duga benar-benar muncul di hadapannya. Masalah. Sebuah masalah baru.

Yuuki!

Wanita itu muncul di depan toko Elliot dengan wajah secerah bunga matahari. Ia tidak tampak sedih, atau depresi seperti yang Raiden katakan beberapa waktu yang lalu. Ia tampak baik-baik saja, seakan tidak pernah punya masalah.

Omong-omong soal Raiden, pria itu sangat peduli pada Wyns dan ia tidak henti-hentinya mencecar Miranda, juga Elliot dengan pertanyaan seputar Wynstelle. Kemana Wyns pergi, dengan siapa, berapa lama... Pertanyaan semacam itu diulanginya hampir setiap hari, setiap kali bertemu dengan Miranda atau Elliot atau keduanya.

Miranda bukannya tidak tahu kemana Wyns pergi. Setelah insiden besar itu, Wyns pulang ke rumah orang tuanya di Brooklyn, tapi kemudian pergi lagi ke Maryland, ke rumah kerabatnya untuk menghadiri pernikahan sepupunya. Ia tinggal disana sampai dirinya merasa tenang dan ia melarang Miranda untuk memberitahu siapapun, termasuk kepada Elliot.

Tapi itu menjadi sangat aneh. Maksud Miranda, sejak insiden besar itu, Raiden menjadi lebih waspada, lebih sensitif pada segala sesuatu yang menyangkut soal Wyns. Ini semata-mata bukan karena ia takut Wyns membawa lari putrinya. Melainkan karena laki-laki itu memang peduli pada Wyns. Ia pernah mendengar Raiden berbicara pada Elliot saat mabuk dan menyebutkan bahwa ia tidak ingin kehilangan apapun lagi dalam hidupnya. Tidak mau kehilangan Adara ataupun Wyns.

Sangat menyentuh, betapa pria yang belum lama mengenal Wyns menjadi begitu peduli pada wanita itu, mengalahkan pria yang mengenalnya jauh lebih lama tapi malah menyakitinya.

Dan, ini akar permasalahannya. Wanita hamil tidak tahu diri ini. Yuuki Nakajima.

"Apa yang kau lakukan disini?" Miranda bertanya dari balik meja kasir.

"Aku ingin memberitahu sesuatu padamu. Apa kau punya waktu?" Ujar Yuuki dengan seulas senyum di bibir.

Miranda memasang tampang dingin. "Tidak. Aku tidak punya waktu." Ia membalas ketus.

Yuuki mendesah. "Ayolah, Miranda. Ini aku, Yuuki."

"Aku tahu kau siapa. Aku tidak buta." Miranda berhenti sejenak untuk mengatur jiwanya yang tersinggung. Bukan! Bukan tersinggung. Ia sedang sangat kesal. Wanita ular itu berusaha untuk bersikap biasa saja, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan itu membuat Miranda benar-benar marah.

"Aku tidak punya waktu untuk pengkhianat sepertimu."

Yuuki mengernyit. "Ucapanmu kasar sekali, Miranda."

"Kau jauh lebih kasar dariku. Jadi jangan menilaiku!" Miranda menudingkan jari telunjuknya ke arah hidung Yuuki tanpa sadar.

Yuuki berjengit. "Aku tidak menilaimu. Aku--"

Sebelum Yuuki sempat menyelesaikan kata-katanya, Miranda sudah lebih dulu mengangkat sebelah tangannya untuk menghentikan ucapan wanita itu.

"Maaf, tapi aku tidak berbicara padamu. Kau boleh pergi."

"Hey, itu tidak adil." Protes Yuuki. "Kau selalu mendengarkan Wyns tapi kau tidak pernah sekalipun mendengarkanku."

Miranda menoleh cepat. "Aku memang tidak pernah mendengarkanmu, tapi kau harus tahu, selama beberapa bulan belakangan ini aku berusaha menutupi kebusukan kalian dan melihat sahabatku menderita sementara kau... sepertinya baik-baik saja."

Ange Déchu | Book 01Where stories live. Discover now