To Execute the Plans...

4.2K 319 15
                                    

(After Revision)

Kepala Wyns terasa berat. Ia hampir tidak bisa bangkit dari tempat tidur sama sekali karena terlalu banyak menangis. Ia menangis kemarin, semalam, dan hari ini. Ia tidak pergi bekerja. Ia tidak mau makan dan itu membuat semua orang khawatir. Terutama Dave.

"Kau harus bertanggung jawab untuk ini." Wyns mendengar Irene berbicara samar-samar pada Dave. Itu sudah kesekian kalinya ia mendengar orang-orang berkata seperti itu pada Dave seolah Dave baru saja melakukan kesalahan dengan membiarkan Wyns tahu kondisi Raiden yang sesungguhnya.

Wyns bangkit dengan susah payah. Adara duduk di sebelahnya, memandang iba padanya. Ia mengecup puncak kepala putrinya dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

"Kau mau kemana?" Tanya Irene begitu melihat Wyns turun dari tempat tidur. Wyns mengacungkan ponselnya.

"Aku mau menelepon." Jawabnya.

Ia mencari sebuah kontak di ponselnya dan menunggu panggilan itu tersambung. Dalam beberapa detik, panggilannya langsung tersambung.

"Halo, Francis?"

******

Francis sedang membaca artikel di komputer tabletnya ketika ponselnya berdering. Ia melihat nama Wyns muncul di layar dan ia segera meminta asistennya untuk keluar dari ruangannya.

"Halo, Francis?" Sapa Wyns.

"Hai, Kelinci. Apa kabar?" Balas Francis lalu memutar kursinya untuk melihat pemandangan dari balik kaca gedung pencakar langit tempat perusahaannya berada.

"Tidak begitu baik."

Francis menyurutkan senyumnya. Ia menjadi cemas. "Apa ada sesuatu yang buruk menimpamu?" Tanyanya khawatir.

"Ya." Jawab Wyns dengan suara bergetar.

Francis turun dari kursinya dan berdiri dengan gusar. "Ada apa, Wynstelle? Katakan padaku." Pintanya.

Wyns terdengar terisak. Cukup lama dan ia kesulitan untuk menjawab. Francis berusaha menenangkannya meskipun tidak mudah. Ia hampir saja terserang panik.

"Apakah tawaranmu masih berlaku?" Tanya Wyns setelah cukup bisa mengendalikan diri.

Francis mengernyit.

"Tawaran bahwa aku boleh memberitahumu kapanpun aku ingin ke Manhattan dan bahwa kau bersedia untuk membantuku selama disana." Wyns menjelaskan.

Francis masih ingat tawaran itu dengan jelas. "Tentu saja."

"Apakah kau bisa membantuku?" Tanya Wyns.

"Kau mau ke New York? Sekarang juga? Bukankah kita sudah merencanakan untuk kedatanganmu minggu depan?" Francis balik bertanya dengan bingung.

Tidak ada jawaban selama beberapa saat dan Francis menduga apapun masalah Wyns, pasti wanita itu sangat kesulitan karena ia masih belum bisa berhenti menangis.

"Aku akan berangkat besok." Kata Wyns mantap, seperti es yang meluncur di permukaan kulit telanjang.

"Besok?" Francis mengulang tak percaya.

"Ya, besok. Dengan penerbangan paling awal. Aku sangat membutuhkan bantuan, Francis. Sangat. Ini soal hidup dan matiku."

"Woah, woah, tunggu dulu." Francis menyela. "Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi."

Wyns ingin menunda ceritanya untuk esok tapi Francis bersikeras dan ia tidak punya pilihan lain. Ia menceritakan semuanya, tentang Raiden, tentang Adara dan Francis yang dewasa itu mendengarkan semuanya tanpa menyela. Ia memahami begitu saja.

Ange Déchu | Book 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang