Pemuda berjubah hijau itu memang cukup tampan. Sepasang alisnya berbentuk seperti golok, sepasang matanya, bersinar tajam dan hidungnya mancung.
Akan tetapi, kedua bibir atas dan bawah agak tipis. Wajahnya dingin dan angkuh, bahkan tampak tak berperasaan dan tak berbudi. Dia bukan pemuda yang berbudi luhur.
Orang tua pincang kelihatan tidak terkesan baik pada pemuda itu. Begitu melihat kemunculannya, keningnya pun berkerut."Ci Yen! ada urusan apa engkau ke mari?" tanyanya dengan nada dingin.
Ternyata pemuda berjubah hijau itu bernama Tu Ci Yen, anak yatim piatu yang diangkat anak oleh cung cu Siauw Thian Lin. Itu karena dia tergolong anak yang cerdik dan pandai.
Tidak hanya cerdik dan pandai, Tu Ci Yen pun berhati licik dan pandai bermuka-muka di hadapan Siauw Thian Lin suami istri. Oleh karena itu, Siauw Thian Lin dan istri sangat menyayangi sekaligus memanjakannya, maka menyebabkannya menjadi angkuh sekali. Siapa pun tidak berada dalam matanya, kecuali kedua orang tua angkatnya itu.
Tentunya Siauw Thian Lin tidak mengetahui akan hal itu. Kalau ada yang melaporkan, mereka suami istri pun tidak akan percaya, bahwa anak angkat mereka itu begitu macam.
Itu karena Tu Ci Yen selalu berlaku sopan di hadapan mereka, bahkan sangat menurut. Akan tetapi, di belakang Siauw Thian Lin suami istri, Tu Ci Yen bersikap angkuh dan sama sekali tidak memandang sebelah mata pada orang lain.
Mengenai orang tua pincang, berhubung dia itu jongos tiga turunan keluarga Siauw, maka Siauw Thian Lin suami istri masih harus menaruh hormat dan merasa segan padanya. Justru itu membuat Tu Ci Yen semakin penasaran.
Walau merasa kurang puas dalam hatinya, pemuda itu tidak berani bersikap maupun berlaku kurang ajar di hadapan orang tua pincang tersebut.
Meskipun begitu, Tu Ci Yen telah bersumpah dalam hati dengan penuh rasa benci dan dendam.
"Hmm! Lo nu cai (budak tua) suatu hari nanti Siau Ya (tuan muda) pasti memperlihatkan kelihayan tindakan siau ya, pokoknya kau akan mati secara mengenaskan!"
Walau pernah bersumpah demikian dalam hati, saat ini ia sama sekali tidak berani berbuat apa-apa, sebaliknya malah bersikap hormat sekali terhadap orang tua pincang itu.
"Ngie peh (ayah angkat) memerintahku ke mari untuk mengundang lo jin keh ke rumah." ujarnya sambil menjura.
"Ada urusan apa?" tanya orang tua pincang, dengan nada suara agak lembut.
Mata Tu Ci Yen yang tajam itu mengarah pada Siau Liong. Ia tampak tertegun dan kemudian mengerutkan kening seraya berkata pada orang tua pincang.
"Siau tit (keponakan) juga tidak begitu jelas. Sepertinya..... berkaitan dengan urusan Ciok Lau San Cung (Perkampungan Loteng Batu)."
Begitu mendengar nama perkampungan itu disebut Tu Ci Yen, air muka Siau Liong langsung berubah, sekujur badannya pun menggigil.
Untung orang tua pincang dan Tu Ci Yen tidak mengetahui akan hal itu, seandainya tahu......
Sementara orang tua pincang memejamkan matanya, berselang sesaat baru dibukanya kembali dengan perlahan lalu memandang Tu Ci Yen dengan penuh perhatian.
"Ada urusan apa dengan San Si Ciok Lau San Cung (Perkampungan Loteng Batu di San Si)?"
"Dengar-dengar perkampungan itu telah diserang mendadak oleh penjahat. Pek Mang Ciu tay hiap (Pendekar Pek Mang Ciu) suami istri terbunuh, dan seluruh keluarganya yang berjumlah dua puluh lima orang dibantai, tiada seorangpun dapat meloloskan diri."
Sekujur badan orang tua pincang tampak bergemetar. Jenggotnya yang sudah putih itu pun bergerak, dan sepasang matanya menyorot tajam.
"Tahuhkah dari mana kabar berita itu? Kabar angin atau sungguhan?" tanyanya.

STAI LEGGENDO
Panji Sakti - Gu Long
AzioneJIT GOAT SENG SIM KI (Panji Hati Suci Matahari Bulan) Suatu kejadian telah menggemparkan bu lim (Rimba persilatan), yakni musnahnya CIOK LAU SAN CUNG (Perkampungan Loteng Batu). Seluruh penghuni perkampungan itu terbunuh, termasuk majikan perkampung...