Bagaimana dengan Pek Giok Liong yang sedang belajar jit Goat Seng Sim Sin Kang? Ternyata ia telah berhasil mencapai tingkat kesepuluh, termasuk jit Goat seng sim Cit Ciang dan ilmu-ilmu dari lima partai besar yang tercantum di halaman belakang buku jit Goat seng sim Pit Kip tersebut.
Setelah berhasil, ia menyembah di hadapan tulang belulang seng sim Tayhiap, lalu meninggalkan tempat itu melalui goa kecil yang dilaluinya ketika masuk.
satu hal yang membuatnya kecewa, yakni mukanya tidak bisa sembuh walau ia telah makan pil mujarab peninggalan seng sim Tayhiap. Ketika meninggalkan tempat itu, ia membawa obat tersebut yang berada di dalam botol porselin.
Keluar dari goa kecil itu, ia langsung mengerahkan ginkangnya meluncur ke atas. Bukan main Tubuhnya meluncur begitu cepat bagaikan kilat, dalam sekejap ia sudah berada di atas.
Pek Giok Liong menengok ke sana ke mari, mendadak sepasang matanya bentrok dengan dua gundukan tanah- segeralah ia mendekati dua gundukan tanah itu, dan seketika ia pun terbelalak dengan wajah pucat pias-
Ternyata dua gundukan tanah itu adalah kuburan siauw Hui Ceh dan cing ji, se Pit Han yang memakamkan mereka di situ.
"Hui Ceh Cing ji Hui Ceh Cingji" teriak Pek Giok Liong histeris dengan air mata berderai.
"Aaakh Kalian berdua telah mati "
Pek Giok Liong menangis sedih, berselang sesaat ia mengepalkan tinju seraya berkata:
"Kiu Thian mo Cun, aku pasti membunuhmu"
Pek Giok Liong mengambil sehelai kain putih, kemudian ia menutup mukanya dengan kain putih itu, lalu segera meninggalkan tempat tersebut.
Ia tidak langsung menuju Li Mo Kiong, melainkan menuju vihara siau Lim. Ia harus melaksanakan amanat seng sim Tayhiap, yakni mengembalikan ilmu-ilmu itu pada beberapa ketua partai.
Dalam perjalanan menuju siau Lim, ia sudah mendengar bahwa pihak Kiu Thian mo Kiong telah menaklukkan lima partai besar, bahkan beberapa hari yang lalu, partai Kun Lun dan Tiam Ceng pun telah ditaklukkannya pula.
Pek Giok Liong tidak begitu terkejut ketika mendengar berita tersebut, karena sebelumnya ia sudah tahu bahwa Kiu Thian mo Cun ingin menguasai seluruh rimba persilatan. Dalam perjalanan ini, ia memakai topi rumput yang lebar, dan menutup mukanya dengan kain putih-
Dua hari kemudian, Pek Giok Liong sampai di vihara siau Lim. Ia berdiri di depan pintu vihara itu, dua hweshio menghampirinya dengan sikap takut-takut.
"Maaf tuan ke mari mau sembahyang?" tanya salah seorang hweshio itu.
"Aku ke mari bukan mau sembahyang, melainkan mau bertemu ketua kalian," jawab Pek Giok Liong.
"Apakah tuan utusan dari Kiu Thian mo Kiong?" tanya hweshio itu dengan suara bergemetar.
"Kalian berdua tidak usah tahu siapa aku, yang penting kalian berdua harus segera ke dalam melapor"
"ya." Kedua hweshio itu segera berlari ke dalam.
Berselang beberapa saat kemudian, muncul empat pelindung siau Lim, yakni Liau Khong Taysu, seng Khong Taysu, Hian Khong Taysu, dan wie Khong Taysu-
"omitohud Apakah Anda utusan dari Kiu Thian mo Kiong?" tanya Liau Khong Taysu-
"Betul. Cepat panggil ketua kalian, ada perintah dari Kiu Than mo Cun" sahut Pek Giok Liong. Kalau ia tidak menyatakan demikian, tentunya sulit baginya bertemu ketua siau Lim.
"ya-" Liau Khong Taysu mengangguk-
"Silakan masuk"
Pek Giok Liong melangkah ke dalam, dan Liau Khong Taysu cepat-cepat pergi memanggil ketua siau Lim.
"silakan duduk, utusan Kiu Thian mo Cun" ucap seng Khong Taysu.
"Terima kasih, Taysu" Pek Giok Liong duduk.
Tak seberapa lama kemudian, muncullah ketua siau Lim bersama Liau Khong Taysu-
"Maaf, maaf" ucap ketua siau Lim-
"Aku terlambat menyambut kedatangan Anda"
"Tidak apa-apa-" Pek Giok Liong tertawa.
"Ketua siau Lim, aku ingin bicara empat mata."
"oh?" Ketua siau Lim melirik empat pelindung.
"Kami berempat akan meninggalkan ruang ini," sahut Liau Khong Taysu cepat.
"Tidak usah" ujar Pek Giok Liong.
"Ketua siau Lim, di mana ruanganmu? Aku ingin bicara di dalam ruanganmu."
"Itu " Ketua siau Lim tampak ragu.
"Tay Kak Hosiang, engkau berani melawan perintahku" bentak Pek Giok Liong mendadak-
"Baik, baik Mari ikut aku ke dalam"
"Terima kasih" ucap Pek Giok Liong, lalu mengikuti ketua siau Lim menuju sebuah ruangan. Empat pelindung juga ikut ke dalam dengan hati berdebar-debar.
setelah berada di dalam ruangan itu, mereka semua duduk bersila, begitu Pek Giok Liong, Ia duduk bersila di hadapan ketua siau Lim dan empat pelindung itu.
"Maaf, ada perintah dari mo Cun?" Tanya ketua siau Lim.
"Tidak ada perintah apa pun," jawab Pek Giok Liong.
"oh?" Ketua siau Lim dan empat pelindung saling memandang, kemudian bertanya pada Pek Giok Liong.
" Kalau begitu, ada urusan apa Mo Cun mengutus Anda ke mari?"
"Aku bukan utusan mo Cun," Pek Giok Liong memberitahukan.
"Aku mengaku sebaaai utusan mo Cun, itu agar gampang menemuimu, ketua siau Lim"
"Jadi..." Ketua siau Lim menatapnya. Bagaimana mungkin ketua siau Lim melihat wajah Pek Giok Liong, sebab muka pemuda itu ditutup dengan kain putih, bahkan memakai topi rumput yang lebar-
" Anda siapa?"
"Aku ke mari khususnya untuk mengembalikan ilmu Tat Mo sing Kang, Kiam sut dan cian Hoat padamu, ketua siau Lim"
"Apa?" Ketua siau Lim terbelalak, begitu pula keempat pelindung itu.
" Anda jangan bercanda Kitab pelajaran itu telah diserahkan pada seng sim Tayhiap ada ratusan tahun yang lalu."
"Tidak salah-" Pek Giok Liong mengangguk-
"olen karena itu, kini sudah waktunya dikembalikan pada siau Lim."
"Mana kitab itu?" tanya ketua siau Lim tegang.
"Kitab itu telah rusak," sahut Pek Giok Liong.
" Kalau begitu " Ketua siau Lim menarik nafas panjang.
"Aku akan mengajarkan ilmu itu pada kalian," ujar Pek Giok Liong.
"Tapi ilmu itu sangat tinggi, maka aku harap kalian belajar dengan sungguh-sungguh-"
"Apakah Anda telah berhasil mempelajari Tat Mo sin Kang itu?" tanya ketua siau Lim kurang percaya, sebab selama ratusan tahun ini, tiada seorang pun yang berhasil mempelajarinya -
"Kalau tidak, bagaimana mungkin aku mengajar kalian?" sahut Pek Giok Liong.
" Kalau begitu, bolehkah aku tahu siapa Anda?" tanya ketua siau Lim.
"itu tidak perlu," jawab Pek Giok Liong.
"Nah, kalian berlima dengar baik-baik, aku akan mulai menurunkan ilmu itu"
Ketua siau Lim dan empat pelindung itu segera mencurahkan perhatian, walau mereka masih kurang percaya.
"Tat Mo sin Kang berdasarkan ketenangan " Pek Giok Liong mulai menurunkan ilmu tersebut.
Ketua siau Lim dan empat pelindung mendengarkan dengan penuh perhatian, semakin mendengarkan hati mereka semakin girang dan terkejut. Kira-kira dua jam kemudian, Pek tiiok Liong berhenti dan bertanya.
"Apakah kalian sudah mengerti?"
"Masih kurang mengerti,"jawab ketua siau Lim.
"Kalian harus ingat baik-baik, setelah itu dicatatlah" pesan Pek Giok Liong dan memulai menjelaskan tentang Tat Mo sin Kang. sesudah itu, ia menurunkan Tat Mo Kiam sut (Ilmu Pedang Tatmo) dan Tat Mo Ciang Hoat (Ilmu pukulan Tatmo).
"Bagaimana?" tanya Pek Giok Liong.
"Kalian sudah ingat semua?"
"sudah ingat, hanya kurang mengerti," jawab ketua siau Lim.
".Memang tidak begitu mudah belajar ilmu itu, lebih baik kalian catat, lalu mohon petunjuk pada tiga tetua "
"Tiga tetua kami masih dalam keadaan luka dalam, sekujur badan mereka pun mulai kehitam-hitaman." Ketua siau Lim memberitahukan.
"Tiga tetua kalian terluka oleh pukulan Hek sim Tok Ciang. Ilmu pukulan itu memang amat beracun, untung tiga tetua kalian memiliki Iwee kang tinggi, maka masih bisa bertahan hingga sekarang" ujar Pek Giok Liong.
"omitohud Anda kok tahu?" Ketua siau Lim heran.
"Bawa aku ke ruang meditasi mereka" Pek Giok Liong bangkit berdiri.
"ya." Ketua siau Lim mengangguk, lalu bersama empat pelindung membawa Pek Giok Liong ke ruang meditasi tiga tetua siau Lim.
Pintu ruang meditasi tidak ditutup. Ketua siau Lim melangkah ke dalam, kemudian melapor tentang kehadiran Pek Giok Liong.
"Persilahkan dia masuk" ujar Toa tianglo dengan suara lemah-
"Tayhiap" ucap ketua siau Lim-
"Silakan masuk"
Pek Giok Liong melangkah masuk- lalu duduk bersila di hadapan tiga tetua Siau Lim itu.
"Aku memberi hormat pada tiga tetua" ucap Pek Giok Liong sambil menjura-
"Bagaimana keadaan kalian bertiga?"
"omitohud sudah waktunya kami menghadap pada yang Mulia sang Buddha," sahut Toa tiang lo.
"Ngoh Beng, jangan berkata begitu" ujar Pek Giok Liong.
Betapa terkejutnya Toa tianglo, karena Pek Giok. Liong tahu gelarnya. Begitu pula ketua siau Lim dan empat pelindung, mereka memandang Pek niok Liong dengan mata terbelalak-
"omitohud Bolehkah aku tahu nama Anda?" tanya Toa tianglo.
"Ngoh Beng, matahari terbit di timur, bulan memperlihatkan diri di malam purnama, hati suci rimba persilatan damai," jawab Pek Giok Liong.
"omitohud omitohud omitohud" ucap tiga tianglo itu serentak, kemudian Toa tianglo melanjutkan,
"Maaf kami bertiga tidak bisa member hormat, karena kami bertiga telah terluka oleh Hek sim Tok ciang"
Pek Giok Liong manggut-manggut, lalu mendadak dalam keadaan duduk bersila ia bergerak menepuk punggung tiga tianglo siau Lim itu.
Ketua siau Lim dan empat pelindung terbelalak, mereka terheran-heran dan tidak tahu apa gerangan yang telah terjadi-
setelah menepuk punggung tiga tetua itu, Pek Giok Liong bangkit berdiri, lalu mengambil sebuah botol kecil dari dalam bajunya, kemudian menuang enam butir obat yang ada di dalam botol kecil itu.
"Ngoh Beng, Ngoh In, Hgoh Hun Makan obat ini, kalian bertiga pasti sembuh dalam waktu singkat" ujar Pek Giok Liong sambil memasukkan dua butir obat itu ke dalam mulut tiga tetua siau Lim.
"omitohud Terima kasih" ucap Toa tiang lo.
"Ngoh Beng, rahasiakan semua ini" pesan Pek Giok Liong.
"omitohud" sahut Toa tiang lo.
"Baiklah Aku mohon diri" ucap Pek Giok Liong lalu melangkah ke luar- Ketua siau Lim dan empat pelindung mengantarnya sampai di depan pintu vihara-
"selamat jalan Tayhiap" ucap ketua siau Lim.
"sampai jumpa" sahut Pek Giok Liong dan berpesan.
"Mulai sekarang kalian harus giat belajar Tat Mo sin Kang, jangan memperlihatkan sikap yang tidak patuh terhadap pihak Kiu Thian mo Kiong, sebab akan mencelakakan kalian semua"
"ya." Ketua siau Lim mengangguk-
"ohya bolehkah aku tahu nama besar Tayhiap?"
" Kelak kalian akan mengetahuinya," jawab Pek Giok Liong. Mendadak ia mengerahkan gin kangnya, seketika juga tubuhnya meluncur pergi secepat kilat.
Mulut ketua siau Lim ternganga lebar. "Bukan main"
Pek Giok Liong menuju Butong. Ia menemui ketua Butong, juga mengaku dirinya sebagai utusan Kiu Thian mo Cun. setelah bertemu ketua partai Butong, barulah berkata sejujurnya.
"HianBeng tosu, sesungguhnya aku bukan utusan Kiu Thian mo Cun."
"oh?" HianBeng tosu menatapnya dengan mata redup, ternyata luka dalamnya masih belum sembuh-
"Lalu siapa Anda?"
"Aku ke mari untuk mengembalikan ilmu simpanan partai kalian." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Ilmu simpanan apa?" tanya HianBeng tosu heran.
"Hian Thian sin Kang" sahut Pek Giok Liong.
"Hah? Apa?" HianBeng tosu terbelalak-
"Hian Thian sin Kang? Apakah Anda tidak bercanda?"
" Aku tidak bercanda," ujarPek Giok Liong.
"HianBeng tosu, cepat pusatkan perhatian untuk mendengarkan"
"ya." HianBeng tosu segera memusatkan perhatiannya, sedangkan Pek Giok Liong mulai menguraikan Hian Thian sin Kang, termasuk ilmu pedang dan ilmu pukulan.
"Bagaimana? sudah ingat semua?"
"sudah Terima kasih" ucap HianBeng tosu, namun kemudian menarik nafas pamjang.
"sayang sekali, aku tidak bisa melatih, sebab "
"Jangan khawatir" Pek Giok Liong memberikannya sebutir obat.
"Makanlah obat ini, dalam waktu singkat lukamu pasti sembuh- Ingat, jangan bersikap melawan pada pihak Kiu Thian mo Kiong, bersabarlah"
"Terima kasih, Tayhiap" ucap HianBeng tosu.
Setelah meninggalkan Butong San, Pek Giok Liong langsung menuju Gobisan. Ia mengajarkan ilmu Bu siang sin Kang pada Pek Bie siangjin. Betapa girangnya ketua partai itu. Ia sama sekali tidak menyangka ilmu simpanan partainya bias kembali padanya.
"Terima kasih, Tayhiap" ucap PekBie siangjin.
"siangjin" pesan Pek Giok Liong.
" untuk sementara ini, partaimu lebih baik berdiam diri, jangan coba-coba melawan perintah dari Kiu Thian mo cun."
"Ya." PekBie siang jin mengangguk,-
Pek Giok Liong lalu berpamit. Ia lalu mendatangi partai Khong Tong untuk mengembalikan Khong Tong Bie Lek sin Kang pada ketua partai tersebut, tentunya amat menggirangkan Khong Khong Hoatsu ketua partai itu.
"Terima kasih, Tayhiap" ucapnya.
" Ketua Khong Tong" ujar Pek Giok Liong sambil manggut-manggut.
"Engkau sungguh cerdik, begitu pihak Kiu Thian mo cun muncul, langsung menyatakan takluk jadi kalian terhindar dari suatu bentrokan, aku kagum padamu"
"Tayhiap" Khong Khong Hoatsu menarik nafas panjang.
"Kalau aku tidak bertindak begitu, partaiku ini pasti sudah celaka. Pihak Kiu Thian mo Kiong memang lihay, termasuk Kiu Mo Li itu, mereka membentuk suatu barisan yang amat merangsang "
"Ngmm" Pek Giok Liong manggut-manggut lagi.
"Ilmu Bie Lek sin Kang itu tidak gampang dipelajari, mungkin harus memakan waktu setahun, itu pun cuma bisa sampai ketingkat empat."
"Maaf, apakah Tayhiap telah berhasil mencapai tingkat kesepuluh?" tanya Khong Khong Hoatsu.
"sudah." Pek Giok Liong mengangguk-
"Kalau tidak, bagaimana mungkin aku mengajar padamu?"
"Tayhiap sungguh hebat Padahal selama ratusan tahun ini, tiada seorang ketua pun yang berhasil mempelajari ilmu itu-"
"Kalau engkau tekun, dalam waktu lima tahun pasti berhasil mencapai ketingkat itu"
"Terima kasih, Tayhiap" ucap Khong Khong Hoatsu.
"ohya Aku tidak perlu berpesan apa pun, sebab engkau amat cerdik-" Pek Giok Liong menatapnya.
"Mengertikah engkau apa maksudku?"
"Maksud Tayhiap agar kami jangan melawan perintah Kiu Thian mo cun, kan?"
"Betul. Engkau betul betul cerdik," Pek Giok Liong manggut-manggut, lalu berpamit.
"Tayhiap, bolehkah aku tahu nama besarmu?"
"Kelak engkau akan mengetahuinya," sahut Pek Giok Liong sambil mengerahkan ginkangnya meninggalkan tempat itu.
"Haah?" Khong Khong Hoatsu terbelalak ketika melihat tubuh Pek Giok Liong meluncur pergi bagaikan kilat.
"Luar biasa, sungguh luar biasa"
Terakhir Pek Giok Liong menuju Hwa san. Partai Hwa san masih dalam keadaan berkabung. Kali ini Pek Giok Liong tidak mengaku sebagai utusan dari Kiu Thian mo Kiong, hanya mengatakan mau melawat, setelah itu, ia pun pergi menengok Ketua Hwa san yang terluka parah itu.
"Siapa Tayhiap?" tarnya Bwe Hoa sin Kiam, Ketua Hwa san dengan wajah yang masih pucat pias.
"Aku bukan musuhmu," jawab Pek Giok Liong.
"Aku ke mari dengan maksud dan niat yang baik,"
"Terima kasih" ucap Ketua Hwa san.
"Maaf, aku tidak bisa bangun untuk menyambut kedatangan Tayhiap"
"Tidak apa-apa." Pek Giok Liong menatapnya.
"Engkau terluka oleh Han Im Ciang, siapa yang menggunakan Han Im ciang itu?"
"Siau Mo Cun."
"siau Mo Cun?" Mendadak sepasang mata Pek Giok Liong menyorotkan sinar yang membara.
"Siau Mo Cun yang membantai siauw Keh Cung itu?"
"ya." Ketua Hwa san mengangguk,-
"Hmm" dengus Pek Giok Liong dingin.
"Apakah siau Mo Cun itu tu Ci yen?"
"Maaf Aku tidak tahu" Ketua Hwa san menggelengkan kepala.
"Ketua Hwa san" Pek Giok Liong menarik nafas panjang.
"Engkau terlampau keras hati. sudah tahu pihakmu tidak kuat melawan pihak Kiu Thian mo Kiong, tapi masih mengadakan perlawanan, itu konyol. Akhirnya puluhan muridmu yang menjadi korban."
"Tayhiap, itu menyangkut nama baik Hwa san."
"Lalu bagaimana dengan nama baik siau Lim dan partai lainnya? Bukankah partai-partai itu juga takluk pada pihak Kiu Thian mo Kiong? Ketua Hwa san, bertindak sesuatu haruslah dipikirkan baik-baik, jangan ceroboh"
"yaah" Ketua Hwa san menarik nafas panjang.
"Kini rimba persilatan telah dikuasai golongan hitam, banyak golongan putih yang dibunuh "
" Ketua Hwa san" Pek Giok Liong menatapnya, kemudian memberikannya sebutir pil mujarab.
"Makanlah pil ini, engkau pasti sembuh dalam waktu singkat."
"Terima kasih, Tayhiap" ucap Ketua Hwa san, ia menerima obat tersebut dan langsung ditelannya. Tak seberapa lama kemudian, ia sudah tidak merasa dingin lagi, bahkan merasa badannya segar sekali.
" Ketua Hwa san" tanya Pek Giok Liong.
"Apakah Hwa san punya ilmu sakti?"
"Ilmu sakti?" Ketua Hwa san heran akan pertanyaan tersebut.
"Memang ada, tapi telah dihadiahkan pada seng sim Tayhiap kira-kira hampir dua ratus tahun yang lampau, lagi pula pihak Hwa san tiada satu ketua pun yang mampu belajar ilmu sakti itu"
"Hwa san Taay yang sin Kang (Ilmu sakti sang surya) kan?"
"Kok Tayhiap tahu?"
"Aku ke mari justru ingin mengembalikan ilmu itu pada Ketua. Harap dipelajari baik-baik,"
"Itu percuma." Ketua Hwa san menggelengkan kepala.
"Bagaimana mungkin aku bisa mempelajari ilmu sakti itu?"
"Aku akan mengajarkan padamu."
"Apa?" Ketua Hwa san terbelalak.
"Tayhiap akan mengajarkan padaku?"
"Betul" Pek Giok Llong mengangguk-
"Kalau engkau mempelajarinya dengan tekun, dalam waktu lima tahun, pasti bisa mencapai keberhasilan ilmu sakti itu-"
"oh?" Ketua Hwa San tampak ragu, namun wajahnya berseri-seri-
"Dari mana Tayhiap memperoleh ilmu simpanan partai kami itu?"
" Ketua Hwa san, engkau tidak perlu mengetahuinya- yang penting sekarang curahkanlah perhatianmu, aku akan mulai menguraikan ilmu Tay yang sin Kang itu-"
"ya-" Ketua Hwa san segera mencurahkan perhatiannya-
"Thay yang sin Kang mengandung unsur panas " Pek Giok Liong mulai menguraikan inti pelajaran ilmu sakti tersebut.
Ketua Hwa san mendengarkan penuh perhatian, sedangkan Pek Giok Liong terus menguraikan ilmu sakti itu, sekaligus menerangkannya- Kira-kira dua jam kemudian, usailah Pek Giok Liong menguraikan dan menerangkan ilmu sakti tersebut.
"sudah mengerti?"
" Cukup mengerti-"
"Lebih baik dicatat agar tidak lupa-" Pesan Pek Giok Liong.
"Dan ingat, jangan coba-coba melawan perintah dari pihak Kiu Thian mo Kiong, itu demi keselamatan partaimu"
"Ya, Tayhiap" Ketua Hwa san mengangguk-
"Terima kasih Bolehkah aku tahu nama besar Tayhiap?"
" Kalau sudah waktunya, engkau akan mengetahuinya-"
"Maaf, Tayhiap" Ketua Hwa san menatapnya.
"Kenapa Tayhiap memakai topi rumput yang lebar dan menutup muka dengan kain putih?"
"Tentu ada sebabnya. Kelak engkau pun akan mengetahuinya," sahut Pek Giok Liong lalu berpamit.
Ketua Hwa San mengantarnya sampai di depan pintu, Itu sungguh mengejutkan murid-murid Hwa san, karena kini ketua mereka tampak sehat dan segar.
Pek Giok Liong menuju ke yang wie Kiong. sesungguhnya ia ingin langsung menuju siau Mo Kiong, namun harus melewati yang wie Kiong tersebut, maka ia pun mampir sebentar.
"siapa engkau?" Hui Eng Cap Ji Kiam menghadang di hadapan Pek Glok Liong.
"Mau apa engkau ke mari?"
"siapa pemimpin yang wie Kiong ini?" tanya Pek Giok Liong dengan stueye. parau.
"Cit Ciat sin Kun"
"Kalau begitu, suruh dia keluar menemuiku"
"Apa?" salah seorang Hui Eng Cap Ji Kiam itu melotot-
"Engkau tahu apa? Berani mengatakan begitu?"
"Jadi kalian tidak mau ke dalam menyuruh cit Ciat sin Kun keluar?" tanya Pek Giok Liong dingin-
"Tidak salah"
"Kalian melihat sepasang mata singa batu itu?"
"Kenapa?"
"Tentunya badan kalian tidak sekeras singa batu itu kan?" Pek Giok Liong tertawa, lalu menyentilkan jari telunjuknya ke arah sebuah singa batu itu.
"Ha ha ha" salah seorang Hui Eng cap Ji Kiam tertawa gelak-
"Engkau ingin memamerkan kepandaian? singa batu itu sama sekali tidak bergeming"
"Engkau boleh coba meraba singa batu itu" sahut Pek Giok Liong.
orang itu mengernyitkan kening, kemudian mendekati singa batu itu dan sekaligus merabanya.
"Haah ?" orang itu terkejut bukan main, sebab singa batu itu telah roboh dan berubah jadi tepung.
"Bagaimana? Maukah kalian ke dalam menyuruh Cit Ciat sin Kun keluar menemuiku?" tanya Pek Giok Liong dingin.
Hui Eng Cap Ji Kiam saling memandang, lalu berlari ke dalam. Berselang beberapa saat, tampak mereka berjalan ke luar, dan disusul oleh jin pin mo Kun, Ling Ming Cun Cia, Ngo Tok Ceng Kun, Thiat sat sin Kun, Thian Suan sin Kun, Tie Kie sin Kun dan cit Ciat sin Kun.
Begitu sampai di luar, mereka pun berdiri mengurung Pek Giok Liong, cit Ciat sin Kun menatapnya tajam. Namun karena Pek Giok Liong memakai topi rumput yang lebar dan memakai kain putih penutup muka, maka Cit Ciat sin Kun dan lainnya sama sekali tidak mengenalinya.
"siapa engkau?" tanya Cit Ciat sin Kun membentak.
"Ada urusan apa engkau ingin menemuiku?"
"cit Ciat sin Kun" Pek Giok Liong tertawa.
"Kini kedudukanmu telah diturunkan menjadi pemimpin yang wie Kiong, tidak menjabat sebagai cih seng Tay Tie lagi?"
"Diam" bentak Cit Ciat sin Kun.
"Buka kain penutup mukamu itu, agar kami tahu siapa engkau"
"cit ciat sin Kun, aku ke mari cuma ingin bertanya, siapa siau Mo Cun itu? Apakah dia tu ci yen?"
"Engkau tidak berhak mengetahuinya" sahut Cit Ciat sin Kun.
"sin Kun" ujar jin pin mo Kun.
"Tidak perlu banyak bicara dengannya, mari kita habiskan saja dia"
"Habiskan?" Pek Giok Liong tertawa.
"Kalian ingin membunuhku?"
"Betul" sahut jin pin mo Kun.
"Ha ha ha" Pek Giok Liong tertawa terbahak-bahak, namun secara diam ia berbicara pada Cit Ciat sin Kun dengan ilmu menyampaikan syarat.
"Cit Ciat, aku Pek Giok Liong."
"He he he" Cit Ciat sin Kun tertawa terkekeh-kekeh.
"Engkau berani mengacau di sini, berarti cari mampus" usai berkata begitu, ia pun bertanya pada Pek Giok Liong dengan ilmu menyampaikan suara pula-
"Betulkah engkau Pek siau hiap?"
"Kalian yang harus mampus di tanganku" sahut Pek Giok Liong dan berbicara lagi dengan ilmu menyampaikan suara.
"Aku memang Pek Giok Liong, aku tidak mati di jurang"
"Syukurlah" sahut Cit Ciat sin Kun dengan ilmu menyampaikan suara.
"Siau Mo Cun adalah tu Ci Yen, dia dan orang-orangnya yang membantai siauw Keh Cung"
"Hei" bentak Ling Ming Cun cia.
"Engkau tidak tahu tempat apa ini?"
"Yang wie Kiong, aku sudah tahu," sahut Pek Giok Liong dingin.
"Cabang dari Kiu Thian mo Kiong kan?"
"Engkau sudah tahu, kok masih berani mengacau di sini?" Hgo Tok Ceng Kun menatapnya tajam.
"siapa engkau, beritahukan namamu"
"Aku ke mari untuk membasmi kalian" sahut Pek Giok Liong, kemudian bertanya pada Cit Ciat sin Kun dengan ilmu menyampaikan suara.
"Bagaimana sifat ketiga orang ini?"
"Pek siau hiap, mereka bertiga dan Hui Eng Cap Ji Kiam harus di bunuh" ujar cit Ciat sin Kun dengan ilmu yang sama. setelah itu ia pun terkekeh-kekeh-
"Engkau ingin membasmi kami? Hmm Engkaulah yang harus dibasmi"
"oh? Kalau begitu, kalian boleh maju bersama" tantang Pek Giok Liong.
"Tidak perlu maju bersama, cukup kami dan Hui Eng Cap Ji Kiam saja" sahut jin pin mo Kun.
Pek Giok Liong memang menghendaki begitu, maka ia pun tertawa panjang seraya berkata,
"Baiklah Kalian bertiga dan Hui Eng Cap Ji Kiam boleh maju"
"Mari kita maju" seru jin pin mo Kun.
Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam langsung maju, sedangkan Cit Ciat sin Kun, Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun mundur beberapa langkah-
"Bersiap-siaplah engkau" ujar jin pin mo Kun.
"Kami akan mulai"
"silakan" Pek Giok Liong tetap berdiri di tempat,
"serang" seru jin pin mo Kun.
seketika juga mereka bertiga dan Hui Eng Cap Ji Kiam dengan pedang penyerang Pek Giok Liong.
"Ha ha ha" Pek Giok Liong tertawa panjang, kemudian mendadak tubuhnya berkelebat ke sana ke mari bagaikan kilat menyambar. Terdengarlah suara jeritan yang menyayat hati di sana sinu "Aaakh" "Auuh" "Aaaakh"
Dalam waktu sekejap jin pin Mo Kun, Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam telah tergeletak menjadi mayat.
Bukan main terkejutnya Cit Ciat, Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun, mereka berempat menatap Pek Giok Liong dengan mata terbelalak-
setelah membunuh lima belas orang itu, Pek Giok Liong lalu menghampiri Cit Ciat sin Kun.
Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun langsung bersiap-siap, namun cit Ciat sin Kun segera menggoyangkan tangannya.
"Dia Pek Giok Liong." bisik Cit Ciat sin Kun.
"oh?" Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun tertegun, tapi kemudian wajah mereka tampak berseri.
"Aku tidak akan membunuh kalian berempat, karena kalian telah bertobat," ujar Pek Giok Liong.
"Terima kasih" ucap Cit Ciat sin Kun sambil menjura.
"Kami amat girang, sebab Pek siau hiap masih hidup,"
"Pek siau hiap, ilmu apa yang engkau pergunakan tadi?" tanya Thian sat sin Kun.
"siau Lim Tat Mo sin ciang." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Haah?" Thian sat terkejut.
"Itu "
"Thian sat, tentang ini engkau tidak perlu tahu. yang penting kalian harus merahasiakan tentang kemunculanku. Kalian boleh lapor pada Kiu Thian mo cun, bahwa aku mahir ilmu Tat Mo sin ciang, Butong Hian Thian ciang Hoat, Gobi Bu siang sin Kang, Hwa san Thay Yang ciang Hoat dan Khong Tong Bie Lek sin Kang."
"Pek siau hiap " Cit Ciat sin Kun terbeliak.
"semua ilmu itu dapat menandingi Hek Sim TOk Ciang, ilmu rahasia^ Kiu Thian mo Cun itu?"
"Boleh dikatakan setanding, namun belum tentu dapat mengalahkannya," jawab Pek Giok Liong.
" Kalau begitu " Wajah Cit Ciat sin Kun tampak kecewa.
"Bagaimana mungkin Pek siau hiap dapat membasmi Kiu Thian mo Cun?"
"Aku masih memiliki ilmu lain yang dapat membasmi Kiu Thian mo Cun." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Ilmu apa itu?" tanya Cit Ciat sin Kun girang.
"Jit Goat seng sim sin Kang," jawab Pek Giok Liong.
"Ilmu tersebut khusus untuk melawan ilmu Hek sim sin Kang."
"syukurlah" ucap Cit Ciat sin Kun.
"ohya, belum lama ini muncul seorang pemuda mengaku dirinya adalah Pek siau hiap, dia didampingi seorang gadis yang cantik manis."
"Engkau tahu siapa dia?" tanya Pek Giok Liong heran.
"Dia memang mirip Pek siau hiap- Kalau tidak salah dia bernama Hek siau Liong yang ditolong swat san Lo Jin." cit Ciat sin Kun memberitahukan, "sungguh mengherankan, Pek siau hiap dan dia seperti pinang dibelah dua."
"oh? Mau apa dia ke mari?"
"Menanyakan tentang Kiu Thian mo Kiong. Aku memberitahukan berada di mana Kiu Thian Mo Kiong itu, tapi juga berpesan pada gadis yang mendampinginya dengan ilmu menyampaikan suara, agar gadis itu mencegah Hek siau Liong pergi ke istana Mo Cun itu"
"Engkau memang baik hati." Pek Giok. Liong manggut-manggut dan bertanya.
"Kenapa engkau berpesan begitu pada gadis itu?"
" Kalau Hek siau Liong itu ke Kiu Thian mo Kiong, dia pasti mati," sahut Cit Ciat sin Kun.
"oh? Kenapa?"
"sebab di istana mo Cun itu telah dipasang berbagai jebakan."
"Engkau tahu jelas mengenai semua jebakan itu?"
"sama sekali tidak tahu."
"Cobalah selidiki semua jebakan itu"
"ya." Cit Ciat sin Kun mengangguk-
"Oh y a, rumah keluarga siauw telah dijadikan siau Mo Kiong. siauw Mo Cun adalah TU Ci yen, anak angkatkujuga murid kesayangan Kiu Thian Mo Cun. Dia dan para anak buahnya membunuh semua marga siauw, bahkan mereka sering membunuh para pendekar dari golongan putih dan memperkosa pula, maka Pek siau hiap harus membasmi mereka."
"Itu sudah pasti" sahut Pek Giok Liong.
"Baiklah Aku harus segera berangkat ke siau Mo Kiong"
"Pek siau hiap tunggu" seru Cit Ciat sin Kun.
"Ada urusan apa?" tanya Pek Giok Liong.
"Pek siau hiap harus melukai kami berempat." Cit Ciat sin Kun memberitahukan dengan sungguh-sungguh.
"oooh" Pek Giok Liong manggut-manggut mengerti-
" Kalau begitu, aku harus melukai kalian sampai parah sekali-"
"Memang harus begitu" Cit Ciat sin Kun mengangguk-
"Baiklah" Pek Giok Liong mengibaskan tangannya ke arah empat orang itu, dan seketika juga terdengar suara jeritan.
"Aaakh"
Cit Ciat, Thiat sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun terpental, lalu terkulai dengan mulut mengalirkan darah segar. Mereka berempat telah terluka dalam.
"Terima kasih" ucap Cit Ciat sin Kun lemah-
"Engkau harus melapor pada Kiu Thian mo Cun dalam keadaan luka parah, dan cukup engkau seorang diri yang pergi lapor," ujar Giok Liong.
"Ya." Cit Ciat sin Kun mengangguk-
"Aku telah menaruh obat ke dalam saku baju kalian, seusai melapor, barulah kalian makan obat itu, dan dalam waktu singkat kalian pasti sembuh-"
"oh?" Cit Ciat sin Kun dan lainnya saling memandang, kemudian cit Ciat sin Kun bertanya,
"Kapan Pek siau hiaup menaruh obat itu ke dalam saku baju kami?"
"Ketika aku mengibaskan tanganku ke arah kalian." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Bukan main "ujar Cit Ciat Sin Kun takjub.
-ooo00000ooo-
Pek Giok Liong berdiri di depan pintu Siau Mo Kiong, seketika juga bayangan Siauw Hui Ceh muncul di pelupuk matanya, begitu cantik dan lembut. Namun kini, gadis itu telah tiada.
Itu adalah rumah keluarga Siauw, tapi kini telah dijadikan Siau Mo Kiong yang juga menyerupai tempat maksiat.
"Hei" bentak empat orang yang menjaga di situ.
"Mau apa engkau berdiri di situ?"
Pek Giok Liong menatap mereka, itu merupakan wajah asing, berarti bukan mantan orang-orang Siauw Keh Cung.
"Aku mau ke dalam," sahut Pek Giok Liong sambil mengayunkan kakinya.
"Sebutkan namamu Kalau tidak, engkau tidak boleh masuk" Keempat orang itu menghadang Pek Giok Liong.
"Hmm" dengus Pek Giok Liong dingin sambil mengibaskan tangannya.
"Akhh " terdengar suara yang menyayatkan hati, keempat orang itu terpental sejauh belasan meter, terkulai dan nafas pun putus seketika.
Pek Giok Liong melangkah ke dalam, salah seorang menyaksikan kejadian tersebut, langsung berlari ke dalam untuk melapor.
"Berhenti" bentak lima orang bersenjata golok.
"Siapa engkau? Kok begitu berani masuk"
Pek Giok Liong mengibaskan tangannya, kelima orang itu terpental dan mati seketika tanpa mengeluarkan suara jeritan.
"siapa berani mengacau di siau Mo Kiong? Mau Cari mampus ya" Muncul empat pelindung dan enam iblis, setelah itu tu Ci yen pun muncul, Ia menatap Pek Giok Liong tajam, lalu mengarah pada mayat-mayat itu seraya bertanya.
"Engkau yang membunuh mereka?"
"Tidak salah" sahut Pek Giok Liong dengan suara parau, agar tu Ci yen tidak mengenali suaranya,
"siapa engkau?"
"Aku adalah aku"
"Hm" dengus tu Ci yen dingin-
"Kenapa mukamu ditutup dengan kain putih? Takut dikenali orang?"
"Itu urusanku" sahut Pek Giok Liong.
"Engkau dan orang-orangmu yang membunuh semua marga siauw?"
"Betul" tu ci yen mengangguk-
"Engkau siapa? Ada hubungan apa dengan keluarga siauw?"
"Engkau tidak perlu tahu yang jelas hari ini kalian semua harus mati"
"Kami semua harus mati" tu Ci yen tertawa terkekeh-kekeh-
"Hehe he, engkaulah yang akan mampus"
"siauMo Cun, kita tidak perlu banyak bicara dengannya-" ujar empat pelindung.
"Habiskan saja dia"
"Ng" tu Ci yen manggut-manggut.
"Kalian berempat dan enam iblis harus segera membunuhnya "
" ya." sahut mereka serentak-
"Apakah para anak buahmu sudah berkumpul di sini?" tanya Pek Giok Liong mendadak-
"sudah" sahut Tu Ci yen.
"Bagus Bagus" Pek Giok Liong tertawa.
"Nah, kalian boleh maju bersama"
"serang" seru tu ci yen-
Empat pelindung, enam iblis dan para anak buahnya langsung menyerang Pek Giok Liong.
"Ha ha ha" Pek Giok Liong tertawa panjang. Tiba-tiba tubuhnya berkelebat kian kemari, dan seketika juga terdengar suara yang menyayat hati di sana-sini. "Aaakh" "Aaakh "
Hanya dalam waktu beberapa detik, empat pelindung, enam iblis dan para anak buah tu Ci yen itu semuanya telah menjadi mayat.
Menyaksikan kejadian itu, wajah tu Ci yen langsung berubah pucat, Ia sama sekali tidak menyangka, bahwa orang itu memiliki kepandaian yang begitu tinggi, sehingga membuat nyalinya jadi ciut.
"Engkau siapa? Aku murid Kiu Thian mo Cun" tu Ci yen menyebut nama gurunya, agar membuat orang tersebut mundur.
"Aku sudah tahu bahwa engkau murid Kiu Thian mo Cun, kepandaianmu dipulihkan olehnya. Engkau mantan murid almarhum siauw Thian Lin, anak angkat Cit Ciat sin Kun, kan?"
"Kok engkau tahu?" tu ci yen terkejut.
"Kini cuma tinggal engkau seorang diri, lagi pula engkau pun harus mati" ujar Pek Giok Liong sepatah demi sepatah.
"Maka kuberitahukan pada mu siapa diriku ini"
"Beritahukalah"
"Aku Pek Giok Liong"
"Apa?" tu Ci yen tersentak-
"Engkau Pek Giok Llong?"
"Tidak salah" Pek Giok Liong mengangguk-
"Aku tidak mati terpukul kejurang, maka aku ke mari untuk mencabut nyawamu"
"Pek Pek Giok Liong?" Tu Ci yen masih kurang percaya-
"siauw Hui Ceh dan cingji mati di tangan gurumu, oleh karena itu aku pun harus membunuhnya "
"Itu urusan guruku, tiada kaitannya dengan diriku" sahut tu Ci yen yang mulai ketakutan.
"Engkau pun harus mati sebelumnya aku telah mengampunimu, namun engkau malah membantai semua marga siauw yang ada di rumah ini tu Ci yen" bentak Pek Giok Liong.
"Nah, bersiap-siaplah untuk mati"
"Hm" dengus tu Ci yen dingin,, "Kalau engkau berani, lawanlah guruku"
"Sekarang aku membunuhmu, setelah itu barulah aku membunuh gurumu" sahut Pek Giok Liong.
"Karena engkau sudah begitu jahat, maka engkau harus mati"
"Engkau pengecut, tidak berani melawan guruku" ejek tu Ci yen, itu agar Pek Giok Liong melepaskannya.
"Begini saja Kalau engkau bisa menahan satu jurus seranganku, aku pasti melepaskanmu"
"sungguh?" tu Ci yen bergirang dalam hati.
"Sungguh" sahut Pek Giok Liong dan menambahkan.
"Bahkan engkau pun boleh menyerang diriku"
"Baiklah" tu Ci yen segera menghimpun Han Im sin Kang (Tenaga sakti Hawa Dingin), ia ingin menyerang Pek Giok Liong dengan Han Im ciang.
"oooh, Han Im sin Kang"
"Betul" tu Ci yen tertawa dingin.
"Engkau takut?"
"Takut?" Pek Giok Liong tertawa gelak-
"Ha ha ha Engkau boleh menyerangku dengan jurus Han Im ciang, aku tidak akan balas menyerangmu"
"Baik Bersiap-siaplah" tu Ci yen langsung menyerang dengan Han Im ciang jurus swat Hoat Phiau-Phiau (Bunga salju Berterbangan).
Pek Giok Liong tertawa panjang, secepat kilat ia mengelak mematahkan jurus itu.
tu Ci yen penasaran sekali, cepat-cepat ia menyerang lagi dengan jurus Leng Thian Hong Khi (Hembusan Angin Dingin). Betapa dinginnya hawa pukulan itu, namun Pek Giok Liong sama sekali tidak merasakan itu Mendadak tubuhnya meluncur ke atas sehingga tu Ci yen menyerang tempat kosong. Ketika tubuh Pek Giok Liong mulai melayang turun, tu Ci yen tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menyerang Pek Giok Liong dengan jurus Man Thian swat Hoa (Bunga salju di Langit).
Terjadi sesuatu yang amat mengejutkan tu Ci yen, karena mendadak tubuh Pek Giok Liong kembali meluncur ke atas, sehingga membuat serangan tu Ci yen terluput.
"TU Ci yen, sudah tiga jurus" ujar Pek Giok Liong yang tubuhnya mulai melayang turun.
"Kini aku akan menyerangmu satu jurus Kalau engkau dapat mengelak, aku pasti melepaskanmu"
Usai berkata begitu, Pek Giok Liong pun menyentilkan jari telunjuknya ke arah TU ci yen. Itu adalah ilmu Ceng Thian sin ci (Telunjuk sakti Penggetar Langit)-
TU Ci yen merasa heran dan ketika ia baru mau melompat ke belakang, tahu-tahu sekujur badannya sudah kaku, sama sekali tidak bisa bergerak dan merasa dadanya seperti tertusuk ribuan jarum.
"Aaaakh" TU Ci yen mengerang sambil mendekap dadanya, kemudian memuntahkan darah segar. "uaaakh"
"TU Ci yen" Pek Giok Liong tertawa dingin.
"Nyawamu cuma tinggal beberapa detik lagi, engkau mau pesan apa?"
"Betulkah engkau Pek Giok Liong?" tanya tu Ci yen lemah-
"Betul" Pek Giok Liong mengangguk-
"Kenapa mukamu ditutup dengan kain putih?"
"Mukaku telah rusak terhantam pukulan Hek sim TOk Ciang, ilmu rahasia gurumu, Kiu Thian mo Cun"
"Engkau, engkau " Mendadak sepasang mata tu Ci yen mendelik dan tak lama nafasnya pun putus.
Pek Giok Liong memandang mayat tu Ci yen, ia menggeleng-gelengkan kepala sambil menarik nafas, lalu melangkah pergi.

ESTÁS LEYENDO
Panji Sakti - Gu Long
AcciónJIT GOAT SENG SIM KI (Panji Hati Suci Matahari Bulan) Suatu kejadian telah menggemparkan bu lim (Rimba persilatan), yakni musnahnya CIOK LAU SAN CUNG (Perkampungan Loteng Batu). Seluruh penghuni perkampungan itu terbunuh, termasuk majikan perkampung...