Challenge

12.7K 828 32
                                    

Seluruh netra milik mahluk hidup di tempat itu terarah pada suatu cahaya besar yang meletupkan panas hebat. Aroma terbakar segera melingkupi udara, diikuti dengan percikan yang menyebar ke seluruh arah.

Asap pekat membumbung ke udara saat bola api besar itu menghilang, menyisakan pemandangan mengerikan berupa beberapa tubuh yang jatuh tersungkur dan beberapa pasang mata yang kehilangan cahaya kehidupannya. Suara erangan dan gertak gigi menyeruak diantara irama berdesis dari sisa api yang bersentuhan dengan butir butir salju yang telah mencair dan kembali kedalam bumi.

Cahaya bulan malam itu terpantulkan oleh sebilah besi panjang dan tajam, membuat suatu kilau yang mengirimkan rasa ngeri pada siapa saja yang melihatnya.

Sebilah pedang kusanagi.

Cahaya yang terpantul oleh pedang itu tengah menyinari sepasang bola mata berwarna emerald milik seorang kunoichi yang tengah terduduk diatas rumput dingin. Surai merah muda yang telah menjadi miliknya sejak lahir terurai membingkai wajahnya yang sedikit berdebu.

"Perhatikan sekitarmu, Sakura.", sebuah suara memecah dinginnya udara malam. Suara yang cukup berat dan tenang milik seorang pria berambut hitam gelap. Tangan kanannya menggenggam sebilah pedang yang seakan mampu membelah apa saja.

"Sakura-chan! Apa kau terluka?!", seru suara lain dari arah belakang, disusul dengan munculnya wajah seorang pemuda lain berambut pirang cerah bermata biru dengan tanda unik di kedua belah pipinya.

Setelah memastikan bahwa ia tak kehilangan satupun dari bagian tubuhnya, gadis itu kembali mengumpulkan kekuatan pada kedua belah kakinya. Tungkai kirinya yang sedikit terkilir akhirnya sembuh begitu saja dalam hitungan sepersekian detik.

"Terima kasih, aku tak terlihat seperti seseorang yang tengah terluka bukan? Uzumaki Naruto?", jawab gadis itu akhirnya dengan nada yang seakan menyatakan bahwa ia bukanlah seseorang yang hampir dihujami oleh ribuan duri beberapa detik lalu.

"Mm..Hmm. kau hebat, Sakura-chan! Ayo kita urus orang orang ini, ttebayo!"

Sakura memutar bola matanya ketika sahabatnya tadi berseru dengan berjuta ketertarikan dalam nada suaranya.

"Terima kasih, Naruto, Sasuke-kun. Kalian begitu tepat waktu untuk hal ini.", ujar gadis itu lagi tanpa adanya sedikit rasa takut.

"Jika saja kalian muncul lebih lama, rencanaku akan berhasil. Tapi, apa boleh buat.", lanjut Sakura lagi yang membuahkan satu kernyitan dahi dari sang Uchiha yang tengah ditujukan padanya, meminta penjelasan atas kata katanya barusan.

Dengan ekspresi tenang, gadis itu mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah dimana musuh berantai duri tadi tergeletak tak bernyawa. Disampingnya, terlihat sebuah batang pohon dan sekumpulan kertas yang hampir seluruhnya hangus.

"Kawarimi no Jutsu, tadi itu adalah salah satu dari tiruanmu.", ucap Sasuke sembari menghela nafas, mengetahui bahwa tindakannya sedikit sia sia.

"Ya, itu adalah salah satu clone milikku, dan beberapa kertas bersegel yang telah kububuhi dengan bubuk racun. Terima kasih karena kalian berdua telah membuang buang salah satu karyaku yang berharga.', lanjut Sakura lagi sembari berdiri membelakangi kedua rekannya itu. Posisi yang sama dengan posisi yang mereka lakukan selama perang besar.

"Apa dia baru saja memarahiku? Tch."

"Apa telingaku tak salah mendengar? Sakura-chan terdengar seperti sedang memarahi Teme, ttebayo! Luar biasa."

Seakan mampu membaca pikiran yang sedang bergema dalam dinding kepala kedua rekan tim nya itu, Sakura hanya memberikan sebuah sunggingan senyum kecil dan yakin sembari menatap ke arah musuh yang kini tengah mengitari mereka layaknya sekelompok serigala lapar.

UnspeakableWhere stories live. Discover now