Part 1

343K 9K 72
                                    

Tahun 1888....di sebuah pegunungan Eropa...

Isabelle adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Ia memiliki kakak perempuan yang cantik bernama Cecil dan mereka memiliki hubungan yang dekat. Keluarga Isabelle mempunyai sebuah penginapan yang merupakan warisan turun temurun. Saat ini ayah Isabelle yang mengelolanya di bantu ke dua anak serta beberapa karyawan. Penginapan milik ayah Isabelle memang kecil dan hidup mereka sederhana tapi Isabelle merasa puas dengan kehidupannya selama ini.

Penginapan itu terletak di gunung yang menjadi kelebihannya. Dari jendela kamar penginapan, para tamu bisa menatap pemandangan gunung yang indah. Keluarga Isabelle tinggal di rumah kecil yang bersebelahan dengan penginapan. Lantai bawah terdiri dari ruang keluarga, ruang makan dan dapur. Lantai atas berisi kamar tidur milik keluarga Isabelle dan ruang kerja sang ayah.

Isabelle memiliki tubuh kecil mungil. Berbeda dengan Cecil yang bertubuh tinggi langsing serta cantik. Rambutnya panjang dan berkilau indah. Matanya bulat indah dengan bola mata hijau lembut warisan mama Isabelle. Semuanya sempurna untuk Cecil. Sedangkan Isabelle, tubuhnya sangat kecil. Ia sering diejek dan sering dipanggil anak kecil karena kemungilannya. Hal itu tentu saja membuat hati Isabelle sedih. Tapi ayah Isabelle selalu menghiburnya bahwa bagaimanapun Isabelle tetap putri kecilnya. Ia tak boleh kecil hati karena kekurangannya. Pipinya memiliki noda coklat karena ia lebih suka bermain di luar. Perawakan Isabelle memang lebih tomboy. Meski demikian ia memiliki rambut ikal indah. Hatinya baik dan ramah pada semua orang.

"Isabelle...."panggil Pauline, sang ibu, dari arah luar.

"Ya bu, aku segera datang!"sahut Isabelle sambil berlari.

"Hei, hati-hati. Nanti kau jatuh!"kata Cecil tertawa melihat tingkah adiknya yang memang suka berlari.

"Isabelle, tolong bantu ibu pergi ke pasar membeli keperluan dapur ya."kata Pauline sambil menyerahkan secarik kertas berisi daftar belanjaan beserta sejumlah uang.

"Oh baik bu! Siap!"sahut Isabelle semangat. Ia memang paling senang pergi ke pasar. Di sana Isabelle bisa bertemu banyak teman. Gadis itu pun langsung mengambil tas belanja dan bergegas pergi.

"Hei hati-hati, gadis kecilku."kata Anthony tertawa melihat Isabelle yang semangat.

"Ya Ayah!"sahut Isabelle sambil mencium pipi pria yang paling berharga dalam hidupnya. Lalu ia berjalan menuju pasar yang terletak di bawah gunung. Isabelle berjalan sambil menatap pemandangan indah di depannya. Tercium aroma segar pepohonan. Langit sangat biru cerah siang itu. Matahari bersinar dengan hangat. Ia membiarkan angin menerbangkan rambut ikal sebahunya. Sejenak menutup mata saat angin membelai wajahnya.

"Hai mungil!"sapa tukang daging saat Isabelle sampai di pasar. Ia seorang pria baik dengan lengan berotot dan kulit coklat gelap.

"Hai Sam!"sahut Isabelle tertawa. "Apa kabar?"

"Baik. Bagaimana kau? Kenapa tiap bertemu tinggimu hanya seperti ini saja?!"goda Sam.

"Hahaha..."tawa Isabelle. Selalu godaan yang sama. "Sudah tak bisa tumbuh tinggi lagi..."

"Hahaha...."tawa tukang daging itu keras membahana. "Well, akan kuberikan ayam untukmu supaya cepat tinggi." Lalu ia memotong bagian dada ayam, memasukkan ke dalam kantong dan memberikannya pada Isabelle.

Isabelle membelalakkan matanya. "Serius?!!"

"Cepat ambil sebelum aku berubah pikiran!"katanya pura-pura galak.

"Oh... Terimakasih banyak, Sam!"sahut Isabelle senang mengambil dan memeluk bungkusan itu.

"Hai masukkan ke dalam keranjangmu. Bukan kau peluk. Nanti bajumu bau amis, mana ada pria yang akan menyukaimu kalau kau bau amis!"

"Ah... Eh... Maaf..."kata Isabelle nyengir memasukkan daging itu ke dalam keranjang. Lalu ia pamit dan segera mencari bahan yang dibutuhkan mamanya.

Isabelle habis membeli bumbu di sebuah toko ketika keluar dan menabrak orang hingga terjatuh. "Aduh..."

"Hei kau tidak apa-apa?"tanya seorang pria dengan suara berat.

Isabelle mendongak dan melihat seorang pria dewasa membantunya berdiri. Mata hijaunya terpana melihat sang pria. Pria itu bertubuh tinggi besar. Rambutnya coklat gelap dan agak bergelombang. Ia mengenakan pakaian jas abu-abu yang terbuat dari bahan halus dan mahal. Terlihat berwibawa. Tercium aroma mint dari tubuhnya. Dan yang paling membuat Isabelle terpana adalah matanya. Mata berwarna biru seindah laut. Mata yang bisa menghipnotis. Wajahnya juga tampan dengan bibir tipisnya. Dia pasti orang berada, batinnya. Sesaat Isabelle merasa malu dengan penampilannya yang kumal dan bau.
"Ya terimakasih..."gumam Isabelle seraya merapikan gaunnya dan beranjak pergi

***Henry side****
Henry...seorang pria keturunan dari keluarga Cavill. Ayahnya, Collin, adalah orang kaya yang terkenal dan memiliki perkebunan luas. Dalam kesehariannya ia selalu membantu usaha keluarganya, di bantu Nick, kakaknya. Di usianya yang menginjak 23 tahun, sang ibu mengharapkan dirinya untuk segera menikah. Usia yang masih sangat muda bagi Henry. Ia sendiri belum terpikir untuk mencari pasangan, apalagi menikah. Bukan berarti Henry pria yang jelek. Ia memiliki tubuh tinggi tegap dengan mata birunya. Hampir semua wanita mengincar dirinya. Yah siapa yang tak mau memiliki pasangan seorang pria muda kaya dan tampan. Ia menjadi incaran banyak wanita muda maupun para ibu. Tak terhitung banyaknya pertemuan yang sudah di atur Ibu Henry tapi Henry sama sekali tidak menaruh minat.

Pagi itu Henry habis mengunjungi salah satu perkebunan milik ayahnya yang dikelola oleh salah satu penduduk desa. Ia memutuskan untuk melewati pasar. Salah satu tempat yang sangat jarang ia kunjungi. Saat itu pasar sangat ramai dengan para penjual dan pembeli. Banyak pedagang yang menawarkan barang jualan mereka saat pejalan kaki lewat. Termasuk dirinya. Ia hanya berjalan melewati para pedagang. Tidak ada niat untuk membeli apapun karena semua kebutuhan dirinya sudah tersedia di rumah. Ia sendiri pun heran kenapa hari ini dirinya mau pergi ke pasar.

Ia sedang berjalan melewati sebuah toko ketika seseorang menabrak dirinya. Henry melihat seorang gadis muda terjatuh di hadapannya. Ia segera membantunya berdiri.

"Hei kau tidak apa-apa?"tanyanya

Saat gadis itu mendongak, Henry terpana. Seakan ada sengatan listrik yang menyambar dirinya hingga terdiam beberapa saat. Ia melihat manik mata hijau indah dan lembut. Lalu matanya menatap wajah manis sang gadis. Begitu cantik dan mempesona meski ia mengenakan pakaian sederhana. Rambut ikalnya panjang tergerai dan menguarkan aroma rumput segar. Tubuhnya kecil mungil membuat Henry ingin melindungi gadis itu.

"Ya terima kasih..."gumam sang gadis dengan suara lirih dan merdu

Henry hendak memanggil namun sang gadis sudah terlalu jauh. Ia menatap punggung kecil itu dalam diam. Siapa dia, batinnya. Apa dia penduduk di sini? Henry berniat untuk mencari tahu mengenai gadis itu. Ia memaki dalam hati, seharusnya ia menanyakan namanya, bukan hanya diam terpaku seperti orang kena hipnotis. Henry mengacak rambutnya dengan kasar lalu berlalu pergi. Bertekad untuk bisa mendapatkan gadis itu...apapun yang terjadi.

***





To be continue....
Cerita ini aku repost ulang untuk memperbaiki typo dan POV
Terima kasih yang sudah mau membaca ceritaku
Jangan lupa voment nya

25 April 2018

You're Mine (Sudah terbit)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora