Part 3

138K 5.9K 19
                                    

"Hai Mark!"panggil Isabelle saat melihat teman masa kecilnya sedang menggiring sekawanan domba dan kambing menuju kandang dengan bantuan anjing penggembala berwarna hitam. Isabelle berlari mendekatinya. Rumah mereka memang tidak berjauhan. Yang membuat mereka semakin dekat dan akrab.

"Hei awas jatuh!"kata Mark sambil menatap Isabelle dengan mata birunya. Begitu biru seperti warna langit saat ini. "Kenapa sih kau suka sekali berlari?!"

"Kau sudah pulang dari padang rumput."kata Isabelle sambil mengelus punggung Skye, anjing milik Mark. Matanya melihat bunga di tangan Mark.
"Itu untukku ya?!"

"kau tahu saja... nih untukmu..."ujar Mark sambil menyelipkan bunga rumput putih di telinga Isabelle.
"Hm jadi cantik, sayang kau pesek, hahaha..."

"Enak saja!"teriak Isabelle hendak meninjunya. Tapi Mark terlalu tinggi dan tangan kecil Isabelle hanya sampai di dadanya.

Mark tertawa melihat usaha Isabelle yang hendak meninjunya. "Dasar anak kecil!"ledeknya sambil mengacak rambut Isabelle yang di sambut dengan protes sang gadis. "Hei, dombaku kabur!!!"serunya dengan gesit mengambil langkah seribu mengejar hewan berkaki empat itu.

Isabelle menoleh dan ikut mengejarnya. Domba itu berlari dan menghindar dengan gesit dari tangkapan mereka berdua. Lalu Isabelle mendengar ayah memanggilnya.
"Mark, teruskan mengejarnya ya! Hahaha..."serunya berlari ke arah sang ayah.

"Hati-hati, Abelle, kau sudah besar tapi masih bertingkah kaya anak kecil!"kata Anthony tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Lalu ia diam terpaku menatap ke arah bawah. Dahinya berkerut, seperti sedang memikirkan sesuatu .

Isabelle menoleh hendak melihat apa yang membuat ayahnya diam seperti itu. Ia melihat punggung seorang pria tinggi besar dengan kemeja putihnya berjalan menuruni bukit. Isabelle heran melihat reaksi ayah. "Ayah.."panggil Isabelle seraya melambaikan tangan di depan wajah ayahnya.

"Ah... Ayo kita masuk. Ibu mencarimu.."kata Anthony.

Isabelle langsung masuk menuju dapur sementara ayah berdiam di lobby penginapan bersama pegawainya. Minggu ini memang penginapan agak sepi karena bukan musim liburan. Di tambah sudah banyak saingan penginapan yang lebih keren dan mewah. Namun tempat penginapan ini masih memiliki banyak pelanggan tetap yang setia saat musim liburan.

Isabelle membantu ibu memasak bersama Cecil. Ia membantu memotong wortel dan sayuran hijau lainnya sementara Cecil memasukkannya ke dalam wajan dan mengolahnya. Ia terpana melihat keahlian kakaknya memasak. Cecil memang pintar dalam melakukan pekerjaan wanita dibandingkan Isabelle.

"Wow... Kakak hebat sekali. Masakannya pasti enak!"kata Isabelle mengintip dari balik bahu Cecil. Dengan segera ia merasa lapar mencium aroma lezat yang menguar. Ia menelan lidah

"Hahaha ayo belajar masak, kuajarkan!"

"Oh tidak, terima kasih. Aku masih trauma salah kasih bumbu.."kata Isabelle sambil nyengir. Ia kembali teringat pernah salah memberi bumbu saat memasak dan merebus telur hingga air di kuali habis. Ia hanya bisa meringis jika ada yang mengejek caranya memasak.

"Hahaha belajarlah pelan-pelan, nanti bagaimana kalau kau sudah menikah dan tidak bisa memasak?"tanya Cecil

"Oh kakak, aku masih kecil. Belum waktunya memikirkan pernikahan. Usiaku baru 17 tahun."

"17 tahun usia yang pas untuk merencanakan menikah. Ada baiknya kau coba belajar memasak, Abelle."kata Pauline. "Memang kau tidak mau punya pacar?"

"Iya bu..."sahut Isabelle nyengir. "Ibu tenang saja. Aku masih mau tinggal di sini bersama kalian."

"Kenapa kau tidak pacaran saja dengan Mark?!"tanya Cecil nyengir.

"Ya ampun kak, dia hanya temanku?!"ujar Isabelle dengan wajah merona.

"Kalau dia memang menyukaimu, apa salahnya?!"sahut Cecil.

"Ah tak mungkin, kak!"

"Yah mungkin saja ia menyukai kau. Kalian sudah dekat sejak kecil. Dan kulihat ia perhatian padamu loh..."

"Kakak!"pekik Isabelle malu

"Hei ayo sudah, jangan bertengkar! Abelle, bantu ibu bawa piring ke meja."kata Pauline

Isabelle pun segera membantunya membawakan piring dan sendok ke meja makan serta menatanya dengan rapi sementara Cecil menaruh mangkok berisi masakannya di meja. Lalu mereka pun makan malam sekeluarga. Isabelle heran melihat ayahnya yang lebih banyak diam saat makan malam. Ia menduga ayah pasti kelelahan. Selesai makan malam, Isabelle dan Cecil membereskan meja dan mencuci piring sambil berbincang.

Cecil segera naik dan masuk ke kamar setelah selesai. Sementara Isabelle mendekati ruang kerja di ujung hendak mengucapkan selamat malam pada orang tuanya. Ia baru saja hendak mengetuk pintu ketika mendengar isak tangis dari dalam. Isabelle terdiam. Siapa yang menangis? Ibu? Kenapa ibu menangis? Isabelle tahu ia tidak boleh menguping tapi rasa penasaran menguasai dirinya dan ia menempelkan telinga di pintu.

"Lalu kita harus bagaimana, Ayah?!"

Isabelle mendengar sang ibu bertanya dengan terisak-isak.

"Aku akan coba mencari bantuan. Pasti ada jalan keluar untuk masalah kita ini..."kata Anthony.

"Tapi bagaimana kita bisa melunasi semua hutang itu? Hotel kita sudah tidak seramai dulu lagi..."

Isabelle terdiam dan shock mendengarnya. Ia tahu memang bisnis penginapannya tidak seramai dulu karena sudah banyak saingan yang lebih bagus dan baik. Ia yakin ayahnya pasti terpaksa meminjam uang untuk meneruskan hotelnya. Isabelle mendengar suara gerakan ayah beranjak dari bangku dan ia langsung kabur karena tidak ingin ketahuan mereka. Isabelle bergegas melangkah menuju kamar. Ia langsung masuk kamar pelan-pelan. Ia melihat Cecil di dalam sedang menyisir rambut panjangnya.

"Hei dari mana saja kau?"tanya Cecil menatap dari balik cermin.

"Oh..aku...aku habis beres-beres sedikit di dapur..."kata Isabelle berbohong. Ia tidak ingin memberitahu kakaknya mengenai apa yang sudah didengarnya tadi. Dirinya yakin Cecil pun pasti tidak mengetahui masalah ini.

"Kau tidak memecahkan piring kan?!"tanya Cecil dengan nada curiga. Ia terkekeh geli dengan adiknya yang kadang ceroboh.

"Hahaha tidak kok kak...."sahut Isabelle.
Lalu Isabelle mengganti baju piyama dan berbaring di ranjang sambil memikirkan masalah yang sedang dihadapi orang tuanya. Ia hanya bisa berharap semua berjalan dengan lancar.

❤️❤️❤️❤️
To be continue.....

25 April 2018

You're Mine (Sudah terbit)Where stories live. Discover now