Part 15

645 66 14
                                    


Aku menunjukkan Sansa setiap ruangan yang ada. Ia tidak banyak menunjukkan ekspresi senang maupun sedih. Wajahnya datar namun menampakkan banyak tanya, "Terima kasih atas tur ruangannya," Ujar Sansa saat kami berdua berada diruang tunggu.

"Kau bisa mengunjungi tempat ini kapan saja kau mau," tawarku sembari memasukkan sebelah tanganku kedalam saku celana. Ia mengangguk, "Aku pamit," Sansa menatap Niall sesaat sambil melempar senyuman, lalu pergi.

Tubuh Sansa menghilang setelah melewati pintu kaca, "Kau menyukainya?" pertanyaan Niall menyembur tiba-tiba. Aku memutar kepala kearahnya, "Tidak." Niall mendesah kecewa, "Jangan berdusta, kau pembohong yang payah," Sudut bibirnya membentuk sebuah garis, lalu menatapku sekali lagi, "Tapi ia menarik, 'kan?" Bibir ku berkedut membuat sebuah senyuman dan bergegas memutar tumit pergi. Aku masih bisa mendengar suara umpatan Niall di belakang punggungku, mengatakan bahwa aku seorang pria yang payah dalam urusan cinta.

"Cepatlah kencani gadis itu sebelum jadi milik orang lain!" teriaknya. "JANGAN GILA," balasku berteriak. Hanya sebentar aku singgah kedalam ruang kerjaku, mengingat waktu sudah mulai larut. Quinn dan Zachary mungkin sedang menungguku pulang saat ini. Setelah merapikan meja kerjaku, aku melangkah menuju pintu keluar.

"Kau menyukainya?" Deru nafasku sempat terhenti beberapa detik, terkejut karena tiba-tiba aku seperti melihat bayangan Elsa. Ku usap kedua mataku lalu memandang kesekitar, "Apa itu tadi?" tanyaku pada diri sendiri.

Satu minggu berlalu, aku belum melihat Sansa sejak pertemuan terakhir kami waktu itu. Pandangan ku lurus keluar jendela. Latte ku pun masih mengepulkan asap, aku tidak mengerti pada diriku sendiri. Akhir-akhir ini aku menjadi kurang bersemangat dan lebih memilih banyak diam. Kyle lagi-lagi menyarankan ku untuk mengambil cuti jika aku terlalu stres dengan pekerjaan, "Mengapa kau selalu menyuruhku mengambil cuti? Apa keberadaan ku di kantor mengusikmu?" tanyaku pada Kyle yang sedang menyesap Americanonya. Ya, aku sedang minum kopi bersamanya di jam istirahat. Ia terbatuk, meraih tisu lalu mengelap bibirnya, "Tidak Mr. Chance, maafkan aku. Karena aku sering melihat mu jadi aku mengambil kesimpulan bahwa kau sedang stres karena pekerjaan."

"Aku mungkin hanya butuh seseorang saat ini," ujarku lalu menyesap latte. Kyle memiringkan kepalanya, "Pasangan?" Mendesah panjang, "Mungkin ya, mungkin tidak," wajah Kyle berubah menjadi bingung, "Jangan bertanya kenapa. Aku sendiri tidak mengerti dengan jawabanku," ujarku lalu berdiri dari kursi, "Ayo kembali ke kantor,"

Waktu bergulir begitu cepat, sampai aku tidak menyadari bahwa jam kerja ku sudah usai. Sebelum pulang kerumah, aku menyempatkan diri mampir ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan ku yang sudah habis. Menyusuri lorong sayuran, aku ingin Ibu memasakkan ku makanan sehat well sebenarnya setiap hari beliau memasak makanan sehat, namun jarang ku sentuh. Sibuk melihat-lihat sayuran, mataku menangkap Sansa yang sedang berdiri di depan tumpukkan buah jeruk. Tanpa ragu ku hampiri ia yang tidak menyadari keberadaan ku.

"Sansa?" panggil ku, ia menoleh dan tersenyum, "Greyson,"

"Bagaimana kabarmu?" tanyaku mencoba mencairkan suasana, "Kabarku baik. Bagaimana denganmu?" Aku menyengir kecil, "Well aku baik... um sedikit membutuhkan asupan penghilang stres," jawabku sambil mengangkat keranjang yang berisikan sayuran. Sansa tergelak, "Kau berencana memasak apa?" Aku mengendikkan bahu, "Entahlah. Aku hanya membelikan bahan dan Ibu ku yang selanjutnya menyulap sayuran ini menjadi lezat,"

"Jadi kau tidak bisa masak?" Tersenyum malu, aku mengangguk kecil bersamaan dengan berderingnya teleponku, "Sebentar ya," Sansa mengangguk dan aku pun menjawab panggilan teleponnya.

"Halo?"

"Daddy, kapan pulang?"

Aku menatap arlojiku, "Sebentar lagi, Nak. Ada apa?"

New Journey [Greyson Chance]Where stories live. Discover now