Part 16

561 58 19
                                    


"DAADDDY!!"

Quinn berteriak dari luar kamar saat aku sedang sibuk memakaikan Zachary seragam sekolah. Aku mendengus pelan seraya menggelengkan kepalaku. Zachary menyengir kearahku sambil berkata, "Dasar perempuan," Kami berdua sudah tahu alasan mengapa Quinn berteriak. Ia saat ini sedang frustasi sepatu mana yang harus ia pakai hari ini untuk kesekolah.

"Daddy, baju ku berwarna merah muda, sepatu hitam atau putih yang harus ku pakai?" tanya Quinn saat aku dan Zachary sudah berpakaian rapi dan siap untuk sarapan. Aku tersenyum sambil mengarahku telunjukku pada sepatu berwarna putih.

Sekarang, suasana di rumah ku sudah ramai. Ayah memutuskan untuk tinggal, sementara peternakan kami diurus oleh saudara dari keluarga Ayah. "Selamat pagi, sayang," sapa Ibu setelah mendaratkan kecupannya di pipi ku, "Pagi, Bu," sahutku dengan senyuman merekah. Selesai menyantap sarapan, aku segera mengantar Quinn dan Zachary ke sekolah mereka.

Sansa's POV

Tubuhku pegal-pegal setelah satu jam berdiri sambil berpose. Kemudian mengganti beberapa pakaian karena pemotretan kali ini untuk edisi musim dingin, maka pakaian berat dan tebal lah yang harus ku kenakan. Orang-orang berkata, menjadi seorang model adalah pekerjaan yang sangat mudah, namun sebenarnya tidak. Kau harus menjaga bentuk tubuh ideal mu jika tidak mau di caci maki oleh para perancang baju yang bajunya ingin di promosikan oleh mu.

"Kerja bagus, Sansa! Sampai jumpa minggu depan," ujar Mason sang juru potret. Akhirnya aku bisa bernafas lega. Ku luruskan kedua kaki ku diatas kursi sambil menengadahkan leherku. Aku hanya ingin pulang, bergelung didalam selimut lalu tidur sampai pagi. Khayalanku terbuyarkan dengan dering ponsel. Satu pesan masuk, ku lihat nama si pengirim –Greyson—

"Suhu cuaca hari ini minus sembilan belas derajat. Apa kau mau minum kopi bersamaku?"

Aku tak kuasa menahan senyuman membaca isi pesan dari Greyson yang terkadang isinya aneh. Ku gerakan jemari ku untuk membalas pesan yang berisikan bahwa aku menerima ajakannya. Kami bertemu di kedai kopi di dekat supermarket. Greyson sudah lebih dulu berada disana. Ia sedang duduk, tersenyum melihat kedatanganku, "Kau sudah memesan duluan?" tanyaku saat mendaratkan bokongku pada kursi. Ia mengangguk, "Aku memesankan mu segelas coklat panas agar rasa lelah mu hilang," mataku menyipit, menatapnya dengan tatapan curiga, "Dari mana kau tahu bahwa aku lelah?"

"Instingku yang berkata,"

Greyson terlihat mengagumkan hari ini meskipun gaya berbusananya sangat simpel bahkan ini tidak menunjukkan bahwa ia seorang duda dengan dua anak.

"Bagaimana kabar Quinn dan Zachary?" tanyaku sembari menyesap minumanku. Senyuman di wajahnya tak hilang selama berbincang denganku, "Kabar mereka baik. Zach sempat bertanya kapan kau akan main kerumah lagi,"

"Aw, aku merindukan bocah itu," Sejujurnya aku bukan tipikal orang yang suka dengan anak kecil, namun ada pengecualian untuk Zachary dan Quinn. Mereka sangat lucu dan menggemaskan, tidak rewel seperti anak kecil lainnya. Kami berdua menghabiskan waktu bersama cukup lama. Aku mengakui bahwa Greyson adalah pria yang menarik, namun aku belum bisa memutuskan apakah hubungan kami ini akan berganti nama dari pertemanan menjadi berpacaran. Terjun ke dunia model membuatku lebih selektif dalam memilih laki-laki yang akan mengisi hari ku. Aku cukup pandai membedakan mana laki-laki yang tulus baik padaku dan mana yang hanya ingin merasakan tubuhku, namun tanda-tanda laki-laki terakhir yang tadi ku sebutkan tidak ada pada diri Greyson. Ia laki-laki yang bijaksana dan baik—ku rasa.

"Kapan kau mau mengajari ku bermain piano?" selaku diantara percakapan. Ia sempat menatapku tidak percaya karena tiba-tiba aku menanyakan hal ini. Ya, ia memang pernah menawariku untuk belajar bermain piano di sekolah musik miliknya, maka dari itu ku tagih janjinya tempo hari, "Kapan pun kau mau," jawabnya sambil mengangkat cangkir kopinya lalu mengerling kearahku. Aku sempat tersentak karena kerlingan matanya, namun segera ku alihkan dengan suara tawa.

New Journey [Greyson Chance]Where stories live. Discover now