Chapter 5 : Petir Menusuk Api

2.9K 258 14
                                    

[ Iksan POV ]

Tidak ada yang bergerak di antara kami berdua. Kami berdua tetap ditempat, mengamati lawan kami masing - masing sedangkan Yumi tengah sibuk menyembuhkan Jake dan Leon dengan sihir airnya.

Aku genggam erat kedua senjataku dan dapat terlihat percikan petir biru di ujung mata pedangku.

"Baiklah... Aku siap sekarang!"

Aku gesekkan kaki kananku ke belakang dan langsung berlari ke depan sambil membawa katana & rapier dikedua tanganku. Wire juga berlari tapi tidak secepat diriku mungkin itu karena faktor tubuhnya.

Kobaran api menyala ditangan anehnya, kobaran api itu terbang saat Wire mengangkat tangan anehnya. Aku mengubah arah lariku dan berlari ke sisi kanan menghindari setiap terjangan kobaran api yang meloncat terbang dari tangan aneh itu. Aku salurkan petir biruku ke rapier yang ada ditangan kiriku, aku berhenti seraya mengayunkan rapier ke samping kiriku dan terciptalah tebasan tipis biru tua, tebasan itu beradu dengan api Wire yang terbang ke arahku dan meledak. Asap ledakan itu yang aku cari, aku berlari ke dalam asap ledakan itu supaya Wire tidak dapat melihatku dengan jelas.

Aku tutup mataku, memfokuskan indra pendengaran dan penciumanku. Tanpa melihat aku langsung menerjang ke depan sambil menusukkan katana ke depan.

Zlap..

Katana-ku berhasil menusuk sesuatu tapi aku tidak dapat melihat karena aku menutup mataku, yang aku dengan hanyalah suara nafas seseorang.

"Kena ya??" batinku tersenyum.

Aku fokuskan petir biruku ke katana-ku.

Blue Thunder : Blue Impact

Seketika itu juga aku dapat merasakan getaran hebat di depanku, aku rasa Wire sedang tersetrum oleh petir biruku.

Pada saat aku membuka mataku dan benar saja Wire terstrum.

Syuuut.. Bruag..!


"Argh!!!" pekikku setelah terkena pukulan tepat dileher kananku.

Aku terpental ke kiri dan menghantam tanah dengan keras. Darah keluar dari mulutku dan aku tidak bisa menggerakan leherku ke kanan, mungkin tulang leherku patah. Aku kembali memuntahkan darah berbeda dengan Wire yang sekarang seluruh tubuhnya mengeluarkan asap hitam alias gosong.

"Uhuk, uhuk.. H - Hehehe... Aku berhasil!" cetusku pelan sambil tersenyum senang.

"Sialan kau..." geram Wire.

Bagian perut Wire membiru dan anggota badan lainnya memerah, itu semua karena efek dari petir biruku yang menyelinap masuk ke dalam tubuhnya. Dan menjadi perantaranya adalah lubang kecil yang ada di perut Wire, lubang itu adalah bekas tusukan katana-ku. Wire mengambil katana hitam yang masih menusuk perutnya lalu mematahkannya menjadi dua bagian.

"T - Tidak. Sial nanti ayah marah padaku jika mengetahui 'katana' yang dia buat tiga hari lalu patah..." batinku takut sambil membayangkan ayahku yang sedang memarahiku.

Tiba - tiba saja Wire berteriak keras tidak karuan membuat sebelah telingaku sakit. Api keluar dari telapak kakinya lalu naik ke atas dan menyelimuti tubuhnya seutuhnya.

"Iksan hati - hati, dia lebih berbahaya sekarang..." teriak Leon yang duduk di samping kananku.

Aku rasa Yumi telah berhasil menyembuhkan Leon walaupun tidak semuanya.

"Sudah cukup Iksan, kau telah melakukannya dengan bagus..." tambahnya.

Aku tersenyum kecil mendengar perkataan itu bahkan aku sempat terkekeh, Leon yang melihatku terkekeh terdiam bingung.

"Tidak Leon. Aku baru saja mulai..."

Percikan petir biru meledak di bagian kanan leherku dan mengeluarkan asap putih, seketika itu juga aku dapat menggerakan leherku dengan bebas.

"Mari aku tunjukkan kepadamu teknik dari keluarga Hacim..." kataku sambil membuat kuda - kuda.

Aku condongkan sedikit tubuhku ke bawah dan mengangkat rapier tepat di depan mataku. Aura biru tua mulai keluar dari tubuhku dan juga rapier-ku.

Buurrrnn....

Api yang menyelimuti Wire semakin membesar dan menutupi seluruh tubuhnya hanya meninggalkan bagian atas saja yaitu muka.

"HAAAAAAA....." Wire berlari ke tempatku, melupakan rasa sakit atau tepatnya melawan rasa sakit.

Setiap langkah kaki Wire membuat tanah yang dia pijak meleleh karena kepanasan bahkan pakaian yang aku kenakan juga ikut meleleh.

Bzzzzzz.....

Petir biru menjerit di rapier-ku. Mereka menari - nari disana dan menciptakan suara yang sangat menganggu telinga.

Thunder Rapier : Blue Thrust

Aku melakukan dash ke depan lalu menerjang ke depan seraya memposisikan rapier dalam posisi menusuk. Percikan petir biruku menyebar ke sisi kiri dan kananku bahkan atas serta bawah, membuat tombak biru tua yang sangat besar.

Wire menghentikan langkahnya tiba - tiba membuat gesekan pada tanah berubah menjadi hujan api yang mengarah padaku. Wire melancarkan pukulan super panasnya yang membentuk kepala sesosok iblis naga. Iblis itu membuka mulutnya dan bersiap untuk memakanku tapi sialnya dia terlalu lambat untuk melakukan.

Aku masuk terlebih dulu masuk ke dalam mulutnya dan menembus bagian kepalanya sebelum iblis itu menutup mulutnya dan meledak. Kini aku berada di depan Wire yang sudah mati langkah, tidak percaya bahwa serangan mematikannya dikalahkan oleh tusukan sebuah rapier dan percikan petir biru.

Aku lempar rapier yang ada ditangan kiriku, rapier-ku mengenai lubang yang aku buat menggunakan katana terlebih dulu akibatnya rapier itu melesat cepat menembus tubuh Wire. Aku melompat ke depan Wire seraya membuat pedang dari petir biruku. Aku tebaskan pedangku melewati tubuhnya dan mendarat selamat dibelakang punggungnya, pada waktu bersamaan petir biru tua menyambar Wire dari atas.

Wire berdiri tak sadarkan diri, dia berdiri.... Tidak terjatuh.

"Lawan yang tangguh..." gumamku pelan mendengar suara nafas Wire yang tidak teratur, mungkin itu akibat dari sambaran petirku.

Aku hilangkan pedang petirku dan membalikkan badanku menghadap punggung Wire yang besar.

"B - Bunuh aku. Aku tidak ingin kembali ke sana dan bertemu dengan mereka, m - mereka sangat m - menakutkan. A - Aku mohon... Bunuh aku!!"

Aku tidak mengerti apa yang Wire katakan.

Kembali ke sana?

Mereka?

Menakutkan? Siapa?

"C - Cepatlah..." pintanya.

Aku hanya menghela nafasku. Aku angkat tangan kiriku tepat dibelakang dada kirinya.

Bzzzzzz.....

Petir biruku menembus mulus punggung kiri Wire. Wire mengeluarkan banyak darah dari mulutnya dan tidak lama kemudian jatuh tak bernyawa dan rapier-ku... Telah hancur bersamaan dengan sambaran petir itu turun.

Sial aku bakalan kena marah ayah nantinya!

[1]IKSAN : Blue Thunder[END]Where stories live. Discover now