11. Pertengkaran Hebat

187 12 0
                                    

Sudah dua hari Carla mengundur niatnya untuk mendatangi makam kedua orangtuanya. Kini Restu bisa menemaninya. Setelah pulang sekolah, mereka berdua lebih dulu membeli bunga di Tegalkalong.

Kini, Carla sudah memegang batu nisa yang tertulis nama ibunya. Air matanya perlahan mengalir, mengeluarkan rasa rindunya. Dia ungkapkan semua rasa rindunya dan keluh kesahnya selama ini yang dia alami. Mungkin, keluh kesahnya merasa plong setelah dia ungkapkan. Namun, rasa rindunya tak pernah hilang. Kemudian, dia lakukan hal yang sama terhadap ayahnya.

"Semoga kita bisa ketemu lagi di surga nanti." Ujar Carla sambil menghapus air matanya dan tersenyum.

Restu tersenyum melihat Carla yang berusaha tegar. Dia mengusap bahu Carla. "Aminnnn."

Setelah itu mereka menaburkan bunga di kedua makam tersebut. Mereka langsung pulang ke rumah Carla. Makamnya tak jauh dari rumah Carla, hanya perlu menaiki berpuluh-puluh tangga.

****

Carla dan Restu masuk ke dalam rumah. Di dalam sudah ada Sendi, Agung, Alan dan Ali. Mereka berempat hanya sedang memainkan handphone sambil menikmati makanan ringan yang selalu disediakeun di rumah itu.

Restu menuruni tangga untuk ke kamar pakaian. Dia ingin meminjam kemeja untuk mengganti bajunya. Saat dia mencari kemeja, dia menemukan baju kemeja milik Difa. Dia bingung, kenapa baju Difa bisa di Carla? Dia menghiraukan. Dia berpikir, ya memang mungkin ketinggalan, namun dia menjadi penasaran. Dia hanya merasa takut terjadi apa-apa pada Carla dan Difa. Dia kembali ke atas dengan baju yang sudah diganti.

*Diwaktu yang sama

Carla menyandarkan tubuhnya di sofa. Namun ada yang menganjal, ternyata tas milik Restu. Dia memindahkan tas tersebut, namuan ada perasaan ingin membuka tasnya, akhrinya dia membuka tas milik Resti itu. Dia terkejut saat melihat dua buah tupperware yang berbentuk sama, hanya warna saja yang berbeda. Warna biru milik Carla sendiri, tadi pagi tupperware itu memang dia berikan pada Restu yang berisi roti. Tuperwarre merah milik siapa?

Terdengar seseorang menaiki anak tangga. Ternyata Restu. Restu terlihat terkejut melihat Carla yang memegang dua tupperware. Carla sudah memang wajah garangnya.

"Itu," Kata Restu pelan dan dia ragu mengatakannya. Dia menjadi kebingungan.

"Kalo mamah kamu yang bikin pasti kamu bilang," ujar Carla yang sudah kesal. "Dan ini gak!" tegasnya.

Sendi, Agung, Alan dan Ali terdiam. Mereka melihat Restu dan Carla yang tiba-tiba ribut. Padahal, sepenglihatan mereka beberapa menit yang lalu tak terjadi apa-apa.

Restu terdiam beberapa detik. Dia menjadi teringat dengan baju kemeja Difa yang tergantung di kamar pakai Carla. "Oke aku jelasin semuanya!" dia pun menjadi kesal setelah ingat hal itu.

"Tadi pagi, waktu aku baru dateng ke kelas, di meja udah ada tupperware itu, aku buka dan ternyata sarapan. Aku gak tau itu dari siapa, waktu istirahat, anak-anak sekelas bilang kalo itu dari Ayu." Jelaskan Restu. "Aku takut terjadi apa-apa. Makanan itu dimakan sama anak-anak, aku gak makan dan aku cuman makan punya kamu." Lanjutnya.

Carla melihat Restu dengan tajam. Nafasnya sudah tak karuan. Dia benar-benar kesal. "Udah aku bilang 'kan!" dia mengingat pesannya beberapa hari lalu. "Jangan deket-deket lagi sama Ayu! Dan ini!" Dia menunjukkan tupperware berwarna merah. "Kamu malah makin deket sama dia."

"Car!" Restu berjalan mendekati Carla. "Aku gak makin deket sama dia!" Dia menunjukkan Ayu ke arah kanan yang bermaksud menunjukk ke Ayu. "Bahkan, aku udah lama gak jemput dia lah, baik sama dia lah, ya pokoknya aku udah lama gak berhubungan sama dia!"

"Dan sekarang dia malah makin baikin kamu?!" tanya Carla dengan keras sambil menatap Restu dengan tajam.

Restu menjadi semakin kesal. "Aku gak respon dia Car, gak!" tegasnya kembali.

Carla terdiam.

"Kenapa kemeja Difa bisa ada di kamar?" tanya Restu tiba-tiba yang membuat Carla terkejut.

Carla terdiam dengan kebingungan. Dia menoleh keempat teman laki-lakinya. Dia hanya takut salah satu dari mereka membocorkan rahasia yang terjadi kemarin, mereka berempat memang ikut di acara trip kemarin.

Restu mengerti dengan tatapan Carla pada keempat temannya, seperti untuk tidak ikut campur. "Mereka yang jelasin!" Dia menunjukkan tangannya pada mereka berempat. "Atau kamu yang mau jelasin!"

Carla menarik nafas untuk lebih tenang. Dia menghembuskannya dengan pasrah. Oke! Aku jelasin."

"Jadi waktu trip, Difa ada di belakang aku terus, dia jagain aku terus. Sampai akhrinya aku respon dia karena dia baik." Jelaskannya Carla. Dia berusaha tenang, walau hatinya sejak tadi berdebar setelah Difa mengetahui hal itu. "Ditengah perjalanan kita gerimis, dia pake baju kemeja, dia kasih bajunya ke aku, aku berusaha nolak tapi dia maksa dan bajunya kebawa sama aku." Lanjutnya. Dia menundukkan kepala. Dia menyadari kesalahannya.

Setelah mendengar penjelasan Carla, Restu semakin kesal. Bagaimana tidak, Carla menyuruh untuk terbuka namun dia pun malah tak terbuka. Kejadian trip-nya beberapa hari yang lalu dan artinya Carla sudah membohonginya selama dua hari.

"Sekarang terserah!" Restu mengambil tas dan tupperwarre milik Ayu. "Jadian aja sama Difa. Pilih Difa!" Dia perjalan keluar pintu. "Aku udah cape berantem sama kamu gara-gara mereka."

Carla berjalan mengikuti Restu. "Artinya, komitmen kita buat saling kasih kebebasan itu salah!" Ujarnya keras. Dia teringat dengan omongan Aisyah malam minggu kemarin. "Aku nyesel udah bebasin kamu!" Lanjutnya lebih keras.

Restu melihat Carla dengan tatapan tajam. "Banyak cowok yang lebih baik dari aku." Dia menyalakan motornya dan meninggalkan Carla.

Carla terdiam melihat kepergian Restu. Tak ada kata-kata yang dia keluarkan. Tak ada kata pun mencegah Restu pergi. Dia hanya terdiam, seperti mengikhlaskan sesuatu hal terjadi begitu saja.

Perlahan air mata Carla mengalir di pipinya. Dia menyesali semua yang sudah terjadi.

Setelah melihat Carla menangis, Alan menghampiri. "Itu cuman emosi."

"Gak seharusnya kita kasih kebebasan kalo kita gak bisa saling ngeyakinin." Ujar Carla dengan air matanya yang terus mengalir.

**** 

PERIHAL MENGIKHLASKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang