Kota kecil, jalan panjang. Matahari musim semi seperti wajahnya gadis kecil, akhirnya dengan malu-malu keluar dari lapisan awan, dan dengan hangat menyinari jalan panjang yang amat ramai ini.
Tua muda, pria wanita, semuanya menanggalkan pakaian musim dingin mereka, menggantinya dengan pakaian musim semi yang warna-warni, lalu berjalan santai sambil berjemur sinar matahari, dan mempertontonkan pakaian baru mereka pada orang lain.Anak-anak kecil bermain dengan riang-riang di jalan, di atas langit yang biru penuh dengan layang-layang warna-warni dengan berbagai bentuk.
Musim dingin yang panjang akhirnya berlalu, semua orang sudah siap untuk menikmati kesukacitaan musim semi.
Hu Tiehua jadi sangat gembira, menunjuk sebuah kedai teh di pinggir jalan yang merangkap menjual berbagai makanan kecil, dan berkata: "Mari kita duduk-duduk di sana".
"Baik", Chu Liuxiang segera setuju: "Kau ke sana dulu".
"Kau bagaimana?"
"Aku mau pergi dulu ke salon yang di depan itu".
***
Di depan kedai teh memang ada sebuah salon kecil, di depan pintunya tergantung sebuah papan kayu putih yang tertulis: "Salon lama milik Nyonya Cui. Khusus menjual: perona pipi, bedak dan minyak wangi kelas satu. Terima tamu wanita untuk membersihkan muka, keramas dan lain-lain. Semuanya dengan harga rata-rata 20 sen".
Hu Tiehua agak terkejut ketika melihat Chu Liuxiang betulbetul masuk ke dalam salon itu."Kali ini si bocah tua ini bermain apa lagi ya?"
Yang lebih aneh adalah: tidak saja Chu Liuxiang masuk ke salon itu, bahkan masuk ke pintu belakang yang bergorden kain kapas, begitu masuk tidak keluar lagi.
Hu Tiehua telah makan habis banyak sekali bakpao dan kue, juga telah minum habis 2 teko teh manis, masih juga tidak melihat Chu Liuxiang keluar.
Kemudian dari dalam keluar seorang tua berjenggot putih dan berwajah sabar, berjalan dengan tongkat panjang, sampai di depan Hu Tiehua, dan duduk di kursi yang ada di pinggirnya dengan tidak sungkan-sungkan, lalu memesan 1 mangkok besar ham, 20 roti bakar dan 2 piring kepiting, dan makan dengan lahapnya!Hu Tiehua memandang sampai terkesima.
Untung dia bukan seorang yang benar tolol, jadi masih bisa tahu bahwa orang tua itu adalah Chu Liuxiang.
"Kau si haram jadah! Mengapa kamu membuat dirimu jadi begini jelek?"
Chu Liuxiang sama sekali tidak menggubrisnya, setelah makan lalu berdiri, mengelap mulutnya lalu pergi.
Hu Tiehua cepat-cepat berdiri dan ingin pergi bersama dia, namun ada seorang pegawai kedai yang membawa sebuah teko teh besar berdiri di hadapannya, memandangnya dengan mata yang dipicingkan, sambil berkata dengan senyum sinis: "Tuan besar, setiap tamu yang makan di tempat kami ini, bayar dulu baru pergi, tuan besar, betul atau tidak?"
Tentu saja betul, setelah makan ya memang harus bayar! "Harus dengan uang, tapi yang tidak beruntung adalah tuan besar Hu ini tidak punya kebiasaan membawa uang!"
Tidak bayar lalu pergi tentu saja bisa, meskipun ada 10 pegawai kedai semacam ini yang menghadangnya juga tak mampu menghentikannya.
Cuma sayangnya tuan besar kita ini tidak punya muka yang demikian tebal!
Oleh karena itu ia terpaksa duduk lagi, asal tidak pergi, tak usah buruan bayar, sebab di kedai teh semacam ini, tamu mau duduk berapa lama pun boleh, mau duduk dari pagi sampai malam pun boleh.
Pegawai teh itu memang tidak bisa berbuat apa-apa, tapi ia pergi kemanapun, mata yang dipicingkan itu terus meliriknya.
Pas Hu Tiehua sedang risau, tiba-tiba ia melihat keadatangan seorang yang pasti bisa bantu dia membayar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Pendekar Harum - Gu Long
General FictionPendekar Harum yang nama aslinya adalah Chu Liu Xiang (Coh Liu Hiang) adalah karakter yang diangkat dari novel karya Gu Long (Khu Lung) yang diterbitkan pada tahun 1968. Novel petualangan Chu Liu Xiang sangat digemari karena dianggap berbeda dengan...