Chapter 2

2.4K 260 1
                                    

Draco melihatnya. Dia melihat gadis itu di danau hitam. "Tentu saja dia pasti sedang membaca buku di sini. Seperti kekurangan tempat saja. Menganggu pemandangan saja,"sinis Draco dalam hati. Sepertinya niat awalnya ke danau hitam tidak akan terlaksana. Ataupun kalau terlaksana mungkin akan tertunda sebentar. Well, tidak ada salahnya bukan bersenang-senang dengan mudblood itu. Sepertinya akan sangat menyenangkan bukan melihat muka marah mudblood tersebut.

Dengan segera, Draco memanggil sapu terbangnya. Nimbus Dua Ribu Empat miliknya segera terbang menghampirinya. Sapu yerbang yang sangat bagus bukan? Dengan sapu ini,  Draco yakin ia akan dapat menendang si Potthead dalam pertandingan gryffindor berikutnya. Sapu ini tentunya sangat bagus dan cepat dibandingkan dengan  nimbus dua ribu milik Potter. Dengan segera, Draco menaiki sapu tersebut dan terbang mendekati Granger itu. Segera, ia menarik buku yang sedang dibaca Hermione dan membawanya melayang-layang bersamanya di atas kepala Granger itu.

"Kembalikan bukuku dasar Malfoy ferret pirang busuk,"jerit Hermione marah. "Well, ambil saja kalau kau bisa mudblood,"ejek Draco. Hermione pun mengeluarkan tongkatnya dan bersiap siap mengeluarkan mantra untuk mengutuk 'malfoy ferret pirang busuk'itu. Dengan sigap, Draco pun melemparkan buku tersebut ke Danau Hitam tanpa sadar. Hermione yang melihat bukunya mengambang indah di Danau Hitam hanya bisa memandangi buku tersebut. Setelah menyadari apa yang terjadi, Draco pun tertawa terbahak-bahak. "Well Granger, kenapa tidak kau ambil bukumu? Bukankah sudah kuturunkan?"ujar Draco sambil menyeringai dan berlalu pergi. "Aku benci kau Malfoy,"teriak Hermione menggeram tertahan.

Wuzzz, Draco dengan cepat memacu sapu terbangnya dengan kecepatan paling tinggi. Semua yang dilaluinya hanya terlihat sperti berbagai spektrum warna. Tak terdefinisikan. Menembus Hutan Terlarang dengan kecepatan penuh. Meliuk liuk di antara pepohonan. Naik turun menghindari ranting ranting pohon. Dia pernah melihat Potter melakukan ini. Dan ternyata rasanya menegangkan dan menyenangkan. Memacu adrenal dengan ketinggian dan kecepatan. Jika ia mengurangi kecepatannya, dalam sekejap saja ia akan menjadi mangsa para makhluk buas penghuni Hutan Terlarang.

Wuzz,wuzzz,,. Tetap tanpa mengurangi kecepatan ia memacu adrenalnya. Terkadang ranting ranting pohon menampar wajahnya tapi tak ia kurangi kecepatannya. Sudah cukup ia menanggung malu dan kekalahan. Semenjak Potter masuk menjadi seeker gryffindor, semenjak itu pulalah slytherin tidak pernah memenangkan piala quidditch maupun piala asrama. Dia sudah mendengar gosip itu. Bahwa ia dapat masuk ke tim quidditch dan menjadi ketua karena bantuan Fathernya. "Orang-orang bodoh,"dengus Draco. Ia dapat masuk tim slytherin karena kemampuannya sendiri, bukan karena Father nya. Kali ini Draco tidak akan menjadi seeker. Ia terlalu besar untuk menjadi seeker tetapi terlalu kecil untuk menjadi keeper. Ia akan menjadi sang play maker di timnya. Ia tidak akan memasukkan quaffle ke gawang. Ia lah yang akan mengoper quaffle dan memperintahkan yang lainnya. Sejak awal tahun ajaran ini ia sudah bertekat untuk menang. Sejak dia bertekad maka kemenangan ada di tangannya. Itulah yang selalu ia yakini.

TWO SIDESWhere stories live. Discover now