A Care a Temptation

1.5K 47 0
                                    

Chapter 3

A Care a Temptation

Happy reading!

"Demi Tuhan, sakit sekali!" Rintih Kylie, gigi digemeretakkan, air mata membasahi sudut mata. Ia terus mengusap-usap_menekan bagian kakinya yang terkilir. Mengulanginya sampai beberapa kali dan air mata sudah membasahi bibirnya sehingga ia dapat merasakan rasa asin yang ditimbulkan. Kulitnya sedikit berkeringat di bawah cahaya matahari yang menembus masuk melalui kaca jendela kamarnya.

Saat itulah Justin masuk, duduk di tepian ranjangnya. Pandangannya tidak pernah berpaling darinya. Sementara Kylie memperhatikan, sedikit takut bila Justin memarahinya.

Tanpa disangka, Justin malah mengangkat kaki kanannya yang terkilir dan meletakkan di atas pahanya.

"Sakit?" Kylie mengangguk, meringis. "Dasar ceroboh!"

Mengesampingkan amarahnya yang bergejolak, Justin meraih salep pereda nyeri yang ia letakkan di meja samping tempat tidur. Mengoleskan ke bagian kakinya dan mulai memijatnya dengan pelan. Berusaha mengendurkan otot yang kaku. Sedang Kylie menyeka air mata dan menutup mulutnya, menahan nyeri.

"Merasa baikan?"

"Sedikit." Bibir Justin menegang.

"Harusnya kamu hati-hati, Kylie."

"Iya," jawabnya dengan menunduk, tahu jika dirinya memang salah.

"Untuk dua hari ke depan kamu istirahat, tidak usah ke mana-mana," ujarnya.

"Mengapa? Tapi Just ... "

Justin terus menatap Kylie, bibirnya tiba-tiba berkedut_mengintimidasi. "Jadilah gadis penurut."

"Baiklah."

Justin mencondongkan tubuh ke depan, menyingkirkan rambut dari leher Kylie dengan jemari yang sanggup menghadirkan kenikmatan yang begitu menyiksa sehingga menyakitkan lalu mengecup-menghisapnya. Kecupan itu membuat Kylie gemetar, dan ia mendapati dirinya sudah mengaitkan jari di rambut Justin.

Justin kembali mengecupnya, di bibir, menimbulkan kehangatan yang terurai di perutnya dan menjalar perlahan ke sekujur tubuh, menuntut dalam setiap denyut yang lambat hingga yang dapat ia pikirkan adalah menahan Justin selama mungkin.

"Kurasa aku akan menggugahmu selamanya, seperti sekarang."

Bahkan sekali lagi Kylie mendapati dirinya berusaha menarik Justin semakin dekat, membuat rahangnya menegang. "Jangan, Kylie. Aku bisa lepas kendali. Dan aku bisa membuatmu menyesal."

Justin berdiri, sambil berjalan menuju balkon. "Istirahatlah, aku akan tetap di sini, menjagamu." katanya.

"Just," panggilnya dari dalam.

"Hmmm...."

"Peluk," pintanya. Kylie sendiri tidak tahu, dengan Justin ia berani meminta yang macam-macam tapi berbeda ketika bersama dengan Nyle atau pun Dynant.

"Kylie...." geramnya.

"Please."

Justin berjalan masuk lagi ke dalam kamar. Menghembuskan nafasnya dengan berat."Ini adalah ujian," batinnya berucap.

Kylie sudah berbaring, ia kemudian menepuk bagian kosong di sebelahnya, tersenyum.

"Tunggu sebentar," Justin berjalan ke arah pintu kamar, menguncinya dari dalam. Ia tidak mau kedua kakak atau pun pengurus rumah memergoki mereka. Setelah melepas kaos dan celana, dirinya ikut bergabung bersama Kylie.

Starting from SunsetWhere stories live. Discover now