0.7

4K 242 39
                                    

"Love is sweet when it's new. But it is sweeter when it's true"

●●●

Senyap. Hanya hembusan udara dari pendingin ruangan yang mendesis pelan, dan jam digital yang digantung pada dinding bercat putih yang begerak detik demi detik tanpa suara.

"Alice, aku bawain bunga nih" tutur Mario lalu mengganti bunga yang sudah layu dengan bunga yang sore tadi ia beli. "Kapan bangun sih, sahabat mu yang ganteng ini kangen loh" Mario tetap bersuara meskipun tidak ada yang menanggapinya.

"Maaf kemaren gak sempet jenguk. Lagi sibuk banget soalnya" Mario menggenggam tangan Alice dengan erat "kalau boleh jujur, sebenarnya bukan karena aku sibuk, tapi karena aku merasa gak berguna aja untuk kesini terus menerus. Lagian aku juga bukan siapa-siapa kamu kan? Dari dulu kan kamu cuman nganggep aku sahabat."

Mario mencoba tetap tersenyum walaupun terlihat dipaksakan "waktu itu kamu mau minta aku deketin sama Jordan kan? Sekarang aku udah bisa bantuin kamu loh, aku sahabatan sekarang sama Jordan, sama Felix, Aldo, Kevin dan yang lainnya juga. Dan yang harus kamu tau, Jordan tuh otaknya agak-agak miring."

"Aku sadar, kalau misalkan rasa sayang aku ke kamu gak bakalan hilang, tapi setiap orang punya titik lelahnya masing-masing dan sekarang aku lagi ada disaat itu. Aku juga butuh orang lain untuk bersandar, kalau pun memang kamu gak bisa jadi sandaran aku, gak bisa jadi tempat mencurahkan keluh kesah aku. Aku ngerti kok. Aku akan mencoba melepaskan kamu" Mario tersenyum miris "pindah ke hati lain yang bisa nerima aku pastinya, bukan sebagai sahabat" Mario terkekeh lalu menghapus air matanya yang tak terasa sudah memenuhi pelupuk matanya.

"Kamu tau gak kenapa orang takut untuk mengungkapkan perasaannya?"

"Itu karena orang itu takut, setelah ia ngungkapin perasaannya semua bakal berubah, dia takut kalau orang yang diungkapin itu malah semakin menjauh dan semakin susah digapai. Setiap orang punya ekspektasi yang berbeda, sementara aku gak mau punya ekspektasi yang terlalu tinggi, karena tau itu gak akan membuahkan hasil. Kita akan tetap jadi sahabat kan?"

Mario menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan "aku pulang dulu, cepet sembuh" setelah mengatakan hal itu Mario melepaskan genggaman tangannya dengan Alice perlahan.

Ia menganggap semuanya seakan tidak pasti, ia tidak tahu Alice akan bangun, ia tidak tahu jika nanti Alice bangun masih mengingat Mario atau tidak mengingat benturan pada kepalanya cukup kencang akibat kecelakaan tiga bulan lalu silam.

Dan saat itu juga Mario merasa kehilangan, merasa kehilangan sosok yang sangat ia sayangi, bahkan ia cintai sejak dahulu tanpa sepengetahuan orang itu.

Di luar bisa saja Mario berlaku seakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya, tetapi di sisi lain ia adalah sosok yang rapuh, sosok yang rela melepaskan ego nya sendiri bagi orang lain.

"Hai kak" Audi menghampiri Jona yang sedang berbincang-bincang dengan ibunya-- Helen,lalu memeluknya dari belakang. "Pagi" Balas Jona lalu membalas pelukan adik sepupunya itu.

"Jadi nganterin aku kan? Kakak gak ada jadwal kuliah pagi kan hari ini?" Jona terkekeh lalu menjawab "gak ada kok, yuk berangkat sekarang. Soalnya abis ini aku ada urusan sama temen"

"Temen apa temen hayo?" Audi bertanya dengan nada bercanda, Jona hanya tersenyum menanggapi adik sepupunya itu "ada deh" jawab Jona.

Best Mistake Where stories live. Discover now