Pure Love 5

1.7K 130 1
                                    

part 1


"Hallo? Iya.. Aku akan pulang terlambat, hmm.. Iya. Mizuki dan Sena makan saja dulu. Jangan menungguku. Hm..Hmm.. banyak pasien hari ini. baiklah aku tutup yah.."

Ucapnya menutup teleponnya.

"Dokter Kamio, ruang operasi sudah kami persiapkan."

Ucap seorang suster yang masuk ke dalam ruangan Kamio tanpa mengetuk.

"Aku mengerti. Aku akan segera ke sana."

Ucapnya memakai jubahnya dan stethoscop dia saku kan ke jubahnya kemudian berjalan pergi.

Suster memberikan data-data tentang pasien.

"Pria berumur 38 tahun, leukimia stadiaum akhir. Kemudian operasi paru-paru. Wah orang tua ini orang yang kuat. Pekerjaannya.. mengurus sebuah organisasi?"

Gumamnya sambil membaca data-datanya.

Sekilas dia melewati seorang gadis cantik yang memakai kimono merah nan indah dengan rambut bergelombang panjang dan pirang. Kamio terpesonanya padanya sejenak sebelum suster membangunkannya dari imajinasi.

"Dia tipeku sekali.."

Gumamnya dengan senyuman. Dia pun masuk ke dalam ruang bedah.

Gadis yang dia lewati ini menangis sedih sambil melihat ruang bedah yang cukup jauh darinya.

"Tuan akan baik-baik saja kan?"

Tanyanya pada seseorang yang berdiri tidak jauh darinya.

"Anda tidak perlu khawatir. Tuan besar akan baik-baik saja."

"Dia benar-benar akan baik-baik saja kan? Dia tidak akan pergi meninggalkan kita kan?"

"Tidak. Tuan besar akan baik-baik saja."

Ucapnya lagi membuat gadis ini sedikit tenang.

Kemudian dia mendengar perbincangan dari belakangnya.

"Kenapa pria tidak tahu diri ini di sini?"

"Tuan besar kenapa memelihara pria kecentilan ini?"

"Setelah nyonya meninggal, tuan besar justru berdalik pada pria."

"Apa pria ini tidur bersama tuan besar?"

Mereka bergumam sambil menatap jijik pria yang terduduk di lantai sambil menangis itu. Ternyata dia bukan seorang gadis, melainkan seorang pria cantik.

"Jangan dengarkan percakapan mereka Akito sama. Justru karena anda, tuan besar hidupnya lebih berwarna daripada sebelum nyonya meninggal. Akito sama benar-benar mirip sekali dengan nyonya."

Ucap pelayannya sambil menyemangati Akito. Akito mengangguk mengerti.

"Aku akan membahagiakan tuan yang sudah memberikanku kehidupan yang layak."

Tekadnya bulat.

Pelayannya tersenyum senang melihatnya kembali bersemangat. Tidak lama setelahnya lampu bedah pun padam. Dokter keluar dan kembali melewati mereka semua. matanya masih memandang Akito yang menunggu tuannya keluar dari ruang operasi.

"Dia menangis.."

Gumam Kamio menatap Akito sekilas. Saat melihat Strecher tuannya keluar Akito langsung menghampirinya.

"Tuan.."

"Maaf tolong jangan menghalangi jalan."

Ucap Suster mendorong Akito menjauh.

Pure LoveWhere stories live. Discover now