BAB 1

133K 7.5K 473
                                    

"Kalau gue suka tidur sama orang, suka-suka gue dong," kata Gia kepada Tackie pria yang selalu menjadi supirnya, ajudannya, dan teman dekatnya sekaligus. "Dasar aja si Safira sirik sama gue karena dia nggak ada yang mau tidur sama dia. Ya, nggak Tackie?"

"Hmm," pria itu bergumam sama sekali tidak memerhatikan kata-kata Gia. Tackie membenarkan letak kacamata tebalnya, lalu kembali mengetikkan jawaban untuk soal-soal tugas Gia yang seharusnya dikumpulkan satu jam lagi. Gia terlihat santai dan kembali wanita itu sibuk dengan handphone-nya.

"Bitch banget si Safira itu, masa nyokap gue sampai tahu gue minggu lalu tidur sama Michael. Tackie, lo harus bantuin gue bully Safira, okay?" Gia Nicolette Tjahrir merengek kepadanya dengan gaya anak tujuh tahun yang Tackie sudah sangat kenal.

"Berisik, gue kerjain dulu paper Kimia lo G, satu jam lagi kan dikumpul diruangan Prof. Frans dan lo belum nge-print."

"Ah udah gampang," kata Gia menganggap sepele mata kuliah Bio-Chemistry Level A yang sangat sulit sebenarnya. "Prof. Frans kalau lihat gue..."

Tackie menghentikan kata-kata Gia dan berkata, "Kalau dia lihat lo, lo cuman cewek manja yang datang dari orangtua yang sangat kaya raya dan terkenal suka tidur sama semua cowok yang lewat dimatanya."

"Lo kok jahat sih Tackie," gerutu Gia.

"Biar lo sadar."

"Eh by the way, lo ditunangin sama Gusti Raden Annanta siapa, apa nama belakangnya?" tanya Gia dengan asal-asalan. "Itu loh yang menang Miss Universe tahun ini kan? Aduh lupa, Tackie, lo nanti jadi raja dong ya?"

"Hahahahaha," Gia tertawa dan tidak berhenti, "Tackie jadi raja, dapetin cewek aja nggak bisa kan?"

"..." Tackie yang mempunyai nama panjang Bendara Raden Mas Thackeray Agnibrata sama sekali tidak peduli dengan kata-kata yang sedang Gia ucapkan karena menurutnya wanita itu benar-benar mengganggunya.

"Tackie, jawab dong."

"G, berisik sumpah, lo mau lulus apa nggak sih?"

"Not really, bosen juga ya sekolah kedokteran. Gue maunya sih sekolah fashion, tapi kakak gue, Maximillian Tjahrir telah membuat standar yang terlalu besar bagi semua orang dirumah. Kesel juga sih, but oh well..." jawab Gia dengan asal-asalan sekali lagi.

"Raden Mas Thackeray, habis ini makan yuk, gue yang traktir deh," kata Gia yang sekarang memperbaiki dandanannya sama sekali tidak peduli dengan tugasnya yang belum selesai.

"Lo mau ngulang lagi kelas Prof. Frans?" Tackie kembali memperbaiki letak kacamata tebalnya dan sibuk mengetik paragraf demi paragraf. Entah kenapa ia masih berteman dengan Gia yang terkenal bodoh dan hanya sibuk dengan penampilannya saja.

Mungkin karena ia merasa nyaman.

Mungkin karena Gia Nicolette Tjahrir sama sekali tidak menganggapnya sebagai pangeran mahkota.

"Gia, nomor induk lo berapa? Gue udah selesai," kata Tackie kepada Gia.

"Gue lupa, kosongin aja. Masa Prof. Frans lupa sama cewek secantik gue. Nggak perlu nomor induk, dia pasti inget. Yuk ah, lapar."

Gia lalu melepaskan kancing teratas kemeja Tackie dengan mudahnya dan berkata dengan bibir merahnya, "Eh Tackie, cewek mana yang bakal melirik lo kalau lo dandannya kaya gini. Kemeja tuh dibuka kancingnya. Lo kan bukan pendeta."

Tackie mengancingkannya kembali, "Kan kemeja gue. Rese lo, ah."

"Malu gue jalan sama cowok cupu kaya lo." 

INVITATION ONLY | PINK SERIES #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang