BAB 2

60.5K 6.9K 404
                                    

"Bangsat!" kata Gia ketika Tackie menginjak rem mobil kodok tuanya dengan mendadak membuat lipstik yang dipegang Gia hampir terjatuh ke celana putih Versace-nya.

"Eh Tackie, kalau mau rem mendadak bilang dong, lo mau ganti celana putih baru gue? This is Versace!"

"Sorry, sorry, gue nggak sengaja," kata Tackie yang sekarang membenarkan letak kacamatanya. "Gue harus cek ke bengkel kali ya mobil gue habis ini. Nggak enak remnya."

"Tackie, mobil lo ini harus dijadiin pajangan rongsokan of the year di Museum Indonesia. Eh wait, kita ada nggak sih Musem Indonesia?" tanya Gia dengan penasaran.

"Museum Nasional maksud lo kali," Tackie membenarkan kata-kata Gia.

"Whatever," Gia menaikkan kedua bahunya dengan acuh tak acuh. "By the way, nih liat," Gia menekan layar handphone-nya dan Tackie dengan cepat melihat sebuah artikel sebelum kembali menatap jalan raya yang padat dihadapan mereka.

"Apaan?"

"Ini tunangan lo, Annanta Rararawrr-dinosaurus apalah namanya," Gia malas menyebutkan nama belakang tunangan Tackie dan dengan cepat meneruskan kata-katanya, "Masa dia bilang, pertunangan lo sama dia bagaikan cerita Prince & Me. The hell, dia kan juga putri raja! Aneh-aneh aja deh ini si eneng."

"Annanta dari kecil tidak tahu kalau dia sebenarnya memiliki gelar Raden Ajeng karena ibunya bercerai dengan ayahnya tidak lama setelah ia lahir. Setelah ibunya meninggal Annanta kembali tinggal dengan ayahnya. Puas lo?"

"Oh..." ujar Gia dengan malas-malasan. "Suka ya lo sama dia?" tanya Gia dengan asal-asalan. "Kalau dari fotonya sih cantik, anggun kali ya kata halusnya. HAHAHAHA. Emang mau sama lo Tackie?"

"..." Seperti biasa ketika Tackie tahu kalau Gia ingin menghinanya ia akan membiarkan wanita itu dan berdiam diri sampai ia selesai.

"Lo jelek, kacamata lo tebal, dan please your sense of style is so out of date. Kemeja lo selalu kebesaran dan oh my Goooood, siapa sih yang masih pakai celana jins lebar kayak lo? Kalau lo lagi berdiri di tengah-tengah Tanah Abang, lo mirip sama tukang parkirnya."

"..."

"HAHAHAHAHA, jahat ya gue?"

Dengan diam Tackie memutar mobilnya memasuki kompleks eksklusif perumahan orangtua Gia, dan ketika ia berada di depan pos satpam rumah Gia, seperti biasa Tackie menurunkan jendelanya dan membiarkan satpam-satpam rumah Gia melihat muka tuan putri mereka. "Gia, anaknya Warren Tjahrir, princess-nya Papa, buka dong Bang Saleem gerbangnya."

Saleem tertawa dan menekan tombol pagar otomatis hingga terbuka sepenuhnya, membiarkan mobil kodok Tackie memasuki pelataran utama rumah mewah Warren Oetama Tjahrir. "Oke, jemput gue jam lima ya Tackie."

"Kenapa sih lo nggak pakai mobil lo sendiri?" gerutu Tackie kepada Gia, karena sebenarnya ia tahu kalau seorang Gia Nicolette Tjahrir mempunyai setidaknya empat buah mobil.

"Karena lo supir gue yang nggak bakalan ngadu ke bokap gue. Nanti lo turun aja ya jam lima, bokap gue ada di rumah. Nanti bilang kita mau belajar."

"Oke," Tackie mengangguk.

Pada saat Gia turun Jacob Langham, ayah dari ibunya yang juga kakeknya juga turun dari mobil bersama dengan beberapa ajudan-ajudan yang berdiri dibelakangnya membuat suatu barisan untuk menghormati mantan presiden tersebut. "Bonjour kakekku yang seksi," Gia menghamburkan dirinya dan memeluk kakeknya dengan erat.

"Hello princess," Jacob mencium kedua pipi cucunya. "Sama siapa itu?" tanya Jacob yang dengan cepat menyadari mobil kodok jelek milik Tackie.

"Sama Tackie, Kek," jawab Gia dengan cepat dan asal-asalan.

"Kenalin dong sama Kakek," Jacob meminta dengan santai. "Masa Kakek tidak tahu teman cucu Kakek sendiri?"

"Tackieeee! Turun!!!" Sebelum Tackie memutar mobilnya kembali ke gerbang utama, Gia sudah menghentikkan mobil kodok tersebut dan membuat Tackie mengerutkan dahinya. "Tackie, turun!"

Tackie menghentikkan mesin mobilnya dan turun dari mobil. Hal pertama yang Tackie lakukan adalah memperbaiki letak kacamatanya dan memastikan kancing teratas kemejanya sudah ia kancingkan. "Apa?" tanya Tackie kepada Gia.

"Kenalan dong sama Kakek gue," Gia menarik lengan Tackie dengan paksa dan membawanya ke depan kakeknya yang menatap Tackie dengan penasaran. "Kek, this is Tackie. Tackie, ini Kakek gue, Jacob Langham."

Kakeknya memberikan tangan sebagai gestur sopan kepada Tackie yang pria itu terima, "Jacob Langham."

"Tackheray Agnibrata, Sir. Sangat senang saya bertemu dengan Anda, dan menjadi suatu kehormatan," ujar Tackie berbasa-basi.

"Lebay Kek, biasa," kata Gia dengan malas.

"Tackheray Agnibrata? Bendara Raden Mas Tackheray Agnibrata?"

Tackie tersenyum, "Semua orang memanggil saya Agnibrata, atau mungkin Tackie saja karena Gia memanggil saya begitu."

"Gia," Jacob menatap serius kepada cucunya karena ia benar-benar tidak mengerti dimana sopan santun cucunya dihadapan pangeran mahkota yang akan sebentar lagi akan naik takhta menggantikan ayahnya, Sri Sultan Adjibrata Rajaputra.

"Kek," Gia mencoba menenangkan kakeknya dengan berkata, "Aku sama Tackie itu sudah sangat dekat. Masa ia aku panggil dia Raden Mas, keenakan nanti dia."

"Maafkan cucu saya Raden Mas..."

"No, no, please Sir, Agnibrata saja."

Jacob Langham tersenyum sekali lagi, "Agnibrata, nama yang tinggi untuk seorang calon raja. Saya yang merasa terhormat hari ini bertemu dengan Anda."

Gia dengan malas menghentikkan pembicaraan itu dengan berkata kepada kakeknya, "Kek, ayo masuk. Papa pasti nungguin. Tackie juga sibuk. Mobil kerajaannya payah banget Kek sampai harus ke bengkel."

"Nama setinggi langit, tapi mobil kaya rongsokan. Payah banget calon raja satu ini Kek."

INVITATION ONLY | PINK SERIES #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang