BAB 7

45.5K 5.7K 378
                                    

"Ah, gue panas," kata Gia tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. "Ayo pulang, nyalain dong mobilnya."

Tackie tersenyum melihat Gia yang menjadi salah tingkah karena kata-katanya. Tackie dengan diam mengambil kunci mobilnya dan menyalakan mobil. Gia dengan cepat duduk di kursi penumpang dan Tackie membuka pintu pengemudi dengan senyum dibibirnya yang belum hilang.

"Kenapa? Kok jadi salting sih?" tanya Tackie kepada Gia.

"Apaan sih, nggak salting. Panas tahu nggak gue berdiri di parkiran," kata Gia membalas kata-kata Tackie dengan terburu-buru.

Tackie menyetir dengan diam dan hanya suara mobil rongsokannya saja yang terdengar. Tidak ada dari keduanya yang berbicara membuat suasana diantara mereka berdua begitu canggung. "Kerjain tugas gue kan?" tanya Gia tiba-tiba.

"Tidur sama gue juga kan?" jawab Tackie tidak menyerah sampai wanita itu menjawabnya.

Sekali lagi Gia mengalihkan pembicaraan dan berkata, "Ke apartemen lo aja ya."

"Langsung tidur sama gue? Ini masih sore."

"Bukan, ngerjain tugas gue Tackie," jawab Gia sekali lagi mengalihkan pembicaraan.

Tackie kembali tersenyum dan menyukai sikap salah tingkah Gia. Mereka sampai di apartemen Tackie satu jam kemudian. Seperti biasa Gia yang sudah menganggap apartemen Tackie sebagai apartemennya, melepaskan sepatu flat-nya di depan pintu, berjalan ke arah dapur, dan mengeluarkan air putih dingin. Tidak sampai lima detik kemudian, air putih yang Gia ambil sudah benar-benar habis diminum wanita itu. "Panas banget ya G?"

"Ayo kerjain tugasnya, nanti Michael mau jemput gue jam tujuh disini."

Ketika wanita itu menyebutkan nama Michael, Tackie mengerutkan dahinya, "Bukannya gue udah bilang sama lo untuk berhenti tidur dengan Michael?"

"Wait, kata-kata lo bukan kaya gitu barusan, bukannya lo bilang jangan tidur dengan laki-laki yang lewat di mata gue. Michael udah nggak lagi lewat di mata gue," ujar Gia yang sekarang sudah melepaskan sweater yang dipakainya dan menaruhnya di sofa.

Tackie yang tidak bisa menerima kata-kata Gia, berhenti memulai tugas wanita itu di laptop-nya dan memperbaiki letak kacamatanya, lalu ia melihat Gia yang sibuk dengan handphone-nya, "Katanya lo mau bantu gue."

"Iya, make-over. Bukan tidur sama lo."

"Jadi siapa yang bakalan membuat gue jadi sex-god kalau gitu Gia Nicolette Tjahrir?"

"Bukan gue Thackeray Agnibrata."

Gia kembali sibuk dengan handphone-nya dan Tackie hanya memandangi perempuan yang sulit ia mengerti dihadapannya. "Gue nggak ganteng ya?" tanya Tackie.

"Apaan sih, Tackie udah mendingan lo kerjain tugas gue."

"Gue nggak ganteng makannya lo nggak mau tidur sama gue?"

"Tahu nggak, kalau lo ngomong gini ke Annanta dan ngajak dia tidur, lo akan dibilang brengsek. Jadi karena gue cewek murahan lo berhak ngomong gini ke gue?" tanya Gia dengan serius kali ini.

"..."

"Gue nggak suka kalau lo merendahkan gue seperti itu. Seperti gue bilang invitation only. Gue nggak merasa gue pernah ngundang lo untuk tidur sama gue."

"I'm sorry," kata Tackie merasa kalau ia benar-benar menjadi pria brengsek yang meminta temannya sendiri untuk tidur bersamanya.

"Coba kalau lo sekarang gue minta buka baju lo di depan gue, pelecehan seksual itu namanya," Gia sepertinya belum selesai mengatakan semua hal yang wanita itu ingin katakan dengan kemarahan yang berapi-api. "Lo gampang ajak gue tidur, tapi kalau gue balikin coba, tetap aja kan gue yang jadi cewek murahan?"

Tackie mendengarkan setiap kata-kata Gia, tapi ia kembali kepada kata-kata Gia sebelumnya dan bertanya, "Jadi cara lo mengundang laki-laki tidur sama lo adalah ketika laki-laki itu mau membuka bajunya G?"

"Gue udah ngomong panjang lebar, dan yang lo terima dari kata-kata gue adalah lo membuka baju lo?" Gia menyipitkan matanya dan merasa kesal karena sepertinya Tackie sama sekali tidak mendengarkannya.

"Iya," jawab Tackie dengan jujur. "Kalau gue buka baju gue sekarang. Gimana?"

"Gue yang buka baju orang yang gue undang."

"Kalau gitu kenapa lo nggak ngundang gue?"

Gia berdiri dari sofa dan berjalan ke arah meja tempat Tackie duduk. "Berdiri."

"Apa?" tanya Tackie tiba-tiba tidak mengerti.

"Berdiri Tackie, lo lama banget deh proses otaknya," Gia memerintahkan sekali lagi.

Gia berjalan mendekat dan tangannya terarah ke kancing teratas kemeja Tackie, "Ini yang lo mau?"

"Apa?" Tackie benar-benar menjadi orang yang bodoh ketika Gia mulai membuka kancing kemejanya yang terkancing semua.

"Gue yang mengundang lo, kan?"

"..."

"Coba gue lihat tubuh cupu lo Tackie. Let's start there."

INVITATION ONLY | PINK SERIES #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang