BAB 5

47.4K 6K 336
                                    

Empat hari kemudian, pesta ulang tahun ketujuh belas adik Tackie, Bendara Raden Ajeng Tharasya Agnibrata dirayakan di salah satu hotel berbintang lima dan Tackie mengundang Gia bersamanya.

"Ah males," kata perempuan itu pada awalnya. "Gue males kalau harus dandan rapih-rapih," kata Gia menolaknya. Tackie yang tahu kalau Gia sama sekali tidak menyukai berpakaian sopan, pasti akan dengan gampang menolak hal ini, sampai Tackie memberikan ultimatum kepada temannya.

"Gue nggak kerjain tugas neurology lo nih, enam sks kan?" tantang Tackie kepada Gia.

Dengan malas Gia membalas Tackie, "Kebaya, kan?"

"Yang rapih dan sopan ya, bukan kayak bulan lalu, kebaya lo hampir membuat dada lo tumpah dan membuat semua orang melihatnya, alright?"

Gia meringis dan berkata, "Nyokap lo ada, ya?"

"Dan bokap gue."

"Oke," jawab Gia dengan bibirnya yang mengkerut tidak suka dan terpaksa.

Malam ini Gia ia jemput dan ketika wanita itu keluar dengan pakaian kebaya tradisional berwarna hitam yang mereka ditubuhnya, ada senyum yang keluar di bibir Tackie. "Tumben."

"Diem lo setan, gue sama sekali nggak suka sama kebaya ini."

"Tapi kan ketat banget Gia," kata Tackie memandangi tubuh Gia sekali lagi yang dibalut kebaya tradisional yang begitu ketat dan pas ditubuh wanita itu.

"Ayo cepetan, pemaksaan ini namanya," kata Gia masuk kedalam mobil. Ketika Tackie menutup pintu mobilnya untuk Gia dan masuk melalui pintu pengemudi, Tackie memutar tubuhnya kepada Gia sebelum menyalakan mobil. "Ikat dasi pita gue dong."

Gia mengerutkdan dahinya, "Eh dimana-mana, cowok tuh bisa sendiri ikat dasi pitanya."

"Gue nggak bisa."

"Beneran cupu lo Thackeray Agnibrata," Gia mengambil dasi pita dari tangan Tackie dan mengalungkan dasi pita berwarna hitam ke leher Tackie. Ketika Gia melakukan itu, Tackie dapat mencium wangi tubuh wanita itu. Mawar liar. Semua inderanya mengenali wangi tubuh wanita itu semenjak ia kenal wanita itu empat tahun yang lalu. Selalu sama wanginya.

"Udah nih," kata Gia menarik dirinya. Detik berikutnya Gia sudah sibuk dengan handphone-nya dan Tackie menyalakan mobilnya.

"Hari ini Annanta datang G," kata Tackie kepada Gia.

"Oh ya? Cieeee..." kata Gia yang menanggapi sambil memainkan handphone-nya.

"Gue nggak tahu apakah dia bakalan suka sama gue apa nggak."

"Kalau rambut lo nggak cepak dan tuksedo lo nggak kegedean, ya mungkin. Mungkin dia bakalan melihat personality lo kali. Or your title. Raden Mas sang pangeran mahkota," jawab Gia dengan khas malas-malasan wanita itu.

"Kalo lo liat gue dari apanya?" tanya Tackie tiba-tiba.

"Dari cara lo nyupir. Mirip supir gue. Tackie supir gue yang paling pinter," jawab Gia.

Satu jam setengah kemudian mereka sampai di hotel dan Tackie menggandeng Gia yang tampil sangat percaya diri disampingnya. Ketika mereka memasuki aula ballroom utama acara ulang tahun adik-adiknya semua rekan dan saudara Tackie memandangi wanita yang sedang berada disampingnya. "Semunya pada ngeliatin gue ya?" bisik Gia menyadari orang-orang mulai memandanginya.

"Iya, karena kebaya lo sobek," bisik Tackie sebagai balasan.

"Seriusan?" Gia mulai panik dan Tackie tertawa karena ia telah menipu temannya. "Nggak boongan, you look just fine."

"Cantik kan?"

"Iya, cantik," jawab Tackie dengan datar.

"Itu Annanta ya sama nyokap lo?" kata Gia kepada Tackie ketika melihat sosok wanita anggun dihadapannya bersama dengan ibu Tackie sedang sibuk membicarakan sesuatu.

"Ibu," panggil Tackie dengan begitu sopan, Gia hampir tidak mengenali Tackie yang bersikap seperti ini dihadapan ibunya. Tackie tersenyum ketika ibunya memberikannya sebuah pelukan, "Den, kamu telat sekali, tadi Bapak sudah mencari kamu."

"Baik Bu, nanti dalem cari Bapak setelah ini."

"Ini Raden Ajeng Annanta, calon tunangan kamu," ibunya memperkenalkannya untuk pertama kali kepada Annanta. Selama ini Tackie hanya melihat foto calon tunangannya di berita ataupun di artikel-artikel yang Gia berikan kepadanya.

"Senang berkenalan dengan Anda," Tackie memberikan tangannya dan Annanta menatapnya dengan ragu untuk sesaat. Tiba-tiba Tackie merasa canggung dan bertanya, "Kecewa ya melihat saya?"

Annanta mengerutakan dahinya, tapi tersenyum seketika mencoba untuk terlihat sopan, "Bukan begitu Raden Mas, Nanta senang sekali bisa ketemu dengan Raden Mas, semoga perjodohan ini berlanjut ya."

"Quick question, Anda tidak kecewa dengan penampilan saya?"

Dengan ragu Annanta menjawab Tackie, "Ten-Tentu saja tidak Raden Mas, dalem hanya merasa terhormat bertemu dengan Raden Mas hari ini."

Gia tertawa karena melihat kepanikan Annanta, pertama-tama ia menyapa ibu Tackie yang sudah ia kenal dengan baik, "Aku telat karena dia Tante."

"Gia sayang, how's your mother? Jacqueline dan Tante masih bertemu Selasa kemarin untuk board meeting di Genesis," jawab Ibu Tackie senang bertemu dengannya.

"Baik Tante, sorry tadi Tackie harus jemput aku dulu," Gia tersenyum dengan tampang bersalah. Lalu Tackie menambahkan, "Manja, Ibu."

"Sudah, tidak apa-apa. Tidak baik anak gadis ditinggalkan sendiri malam-malam."

Gia hampir tersedak ketika ibu Tackie menyebutkan dirinya sebagai anak gadis dan Tackie pun ikut tetawa. Setelah mereka berbincang-bincang, Gia kembali menatap Annanta yang terlihat gugup, "Honey, Tackie mungkin keliatan cupu, tapi nggak ada cowok yang sebaik dan se-gentleman dia. Jangan lihat dari rambutnya, pakaiannya, atau gelarnya even, Thackeray Agnibrata itu supeeeer baik."

"Masa?" Annanta menanggapi dengan gugupnya.

Ibu Tackie menengahi pembicaraan tersebut dengan berkata, "Apa kamu tahu Gia, kalau Annanta akan juga masuk universitas kedokteran yang sama dengan kamu dan Thackeray?"

"Oh ya?" Gia menaikkan sebelah alisnya. "Seru dong, mereka bisa pacaran di kampus."

"Betul itu, saling mengenal ya Den," kata ibunya kepada Tackie yang menatap tunangannya.

"Ya kalau Annanta menerima saya apa adanya Bu, saya mau mengenal Annanta lebih baik."

"Tackie pinter loh Nanta," kata Gia dengan semangat.

Annanta menatap Gia dan bertanya, "Raden Mas dipanggil Tackie? Maaf saya benar-benar lancang."

Tackie kali ini yang menjawab untuk Gia, "Hanya Gia saja dan teman-teman terdekat saya yang memanggil saya seperti itu. Anda panggil saya Agnibrata saja. Saya akan memanggil Anda Annanta bila Anda tidak keberatan."

"Tentu saja Raden Mas- maksud saya Agnibrata."

"Serius amat sih Tackie malam ini, udah gemetaran tuh Nanta sebelum malam pertama," bisik Gia di telinga pria itu. "By the way, teman lo yang mana lagi yang manggil lo Tackie? Kan cuman gue."

Memang hanya Gia. 

INVITATION ONLY | PINK SERIES #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang