Part 34

1.8K 113 9
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya;) kalau ada typo maaf ya, soalnya gue males ngecek hehe.

Pagi ini, Kayla berangkat ke sekolah dengan mood yang tidak bagus. Semalaman, ia berpikir tentang Joshua terus menerus. Joshua seakan diam di pikirannya, dan tidak mau pergi, sekeras apa pun Kayla mencoba untuk mengusirnya.

Bukannya terbiasa dengan menjauhi Joshua, hati Kayla malah semakin memberontak. Kayla benar-benar merindukan sosok yang telah menemaninya sejak kecil, walaupun sempat hilang enam tahun. Kayla seharusnya sudah bisa terbiasa tanpa kehadiran Joshua di sisinya, toh dia sudah pernah merasakan hal itu sebelumnya, bahkan selama enam tahun.

Tetapi, entah kenapa, Kayla merasa lebih kehilangan dan rindu setengah mati dengan Joshua. Mungkin, karena akhir-akhir ini hari-harinya selalu diwarnai dengan senyuman cowok itu. Kayla yang sebelumnya telah terbiasa lagi dengan senyuman teduh dan candaan cowok itu, sekarang harus menimbun harapannya dalam-dalam untuk melihat hal-hal seperti itu lagi.

Kayla tidak akan mendapatkan kesempatan lagi untuk merasakan kehangatan genggaman Joshua. Kayla tidak akan dapat merasakan kenyamanan yang hanya ia dapatkan saat bersama Joshua lagi. Yang terpenting, Kayla harus mengubur perasaannya dalam-dalam. Ia tidak ingin merasa menyesal mengorbankan perasaannya demi kesehatan Alex.

Senyum Kak Alex lebih penting daripada perasaan gue, batin Kayla sambil tersenyum miris.

Kayla berjalan memasuki gerbang sekolah dengan langkah gontai. Ia kini sudah seperti manekin hidup dan tidak memiliki gairah untuk hidup. Senyum ceria yang selalu ditampakkannya dulu, kini telah sirna. Kebahagiaan yang selalu mendampinginya, kini telah menguap dan hilang bersama dengan semangat hidupnya.

Kata orang, cinta itu akan membuatmu bahagia dan terluka di saat yang sama. Orang juga bilang, ketika kita mencintai seseorang, kita harus siap untuk terluka dan patah hati. Mungkin ini lah saatnya Kayla merasakan sakit hati itu. Selama ini, Kayla hanya membaca cerita tentang patah hati dari novel-novel yang dibacanya. Tidak pernah terbayang di benak Kayla bahwa ia akan merasakan perasaan macam itu. Tapi nyatanya, Tuhan berkehendak lain dan mengijinkan Kayla untuk merasakan hal itu sekarang.

Kenapa cinta itu harus muncul, kalau nyatanya hanya akan menorehkan luka?

Kenapa Tuhan harus menciptakan perasaan abstrak yang namanya cinta, kalau ujung-ujungnya hanya akan menyakiti?

Pertanyaan semacam itu terus saja berkelebat di benak Kayla layaknya kaset rusak. Kayla mengeleng-gelengkan kepalanya berusaha untuk menghilangkan pikiran semacam itu. Dirinya seperti malah menyalahkan Tuhan, padahal itu kan salah Kayla sendiri yang tidak dapat menahan perasaannya dan berujung pada cinta pada sahabat sendiri.

Mencintai sahabat sendiri itu memang tidak pernah berujung happy ending. Mungkin, happy ending itu hanya ada di cerita-cerita fiksi, dan kalau pun memang ada di dunia nyata, palingan hanya 1 dari 1000 pasangan sahabat lawan jenis di dunia ini yang berujung pacaran dan jadi happy ending.

Sambil terus menatap ke depan, Kayla merasa aneh karena melihat ada adik kelas yang ia rasa berjalan ke arahnya sambil membawa bunga. Benar dugaan Kayla, adik kelas yang ia kenali sebagai Ratna itu berhanti tepat di depannya sambil menyodorkan bunga mawar merah yang ia genggam sedari tadi.

"Buat kakak," ujar Ratna sambil tersenyum manis.

Kayla mengerutkan keningnya bingung. "Buat gue?" tanya Kayla sambil menunjuk dirinya sendiri, memastikan kalau ia tidak salah dengar.

Tanpa ba-bi-bu, Ratna langsung meraih tangan kanan Kayla dan mengaitkan bunga yang dibawanya tadi itu ke tangan Kayla. Kayla sekarang menatap bunga mawar merah itu dengan tatapan aneh dan tidak mengerti. Baru saja ia hendak bertanya pada Ratna, perempun itu sudah berlalu dan berjalan menjauh.

Broken EnoughWhere stories live. Discover now