3. Wedding Gift

16.3K 2.7K 117
                                    

"Eungh.." beriringan dengan lenguhan kecil yang lolos dari bibirnya, kelopak mata Imarasti terbuka perlahan. Kali ini paginya terasa berbeda, jadi lebih....hangat?

Imarasti pun mulai sadar bahwa kini ia terbangun bukan di kamarnya. Ketika kesadarnnya berangsur-angsur mulai pulih, ia tidak bodoh hanya untuk menyadari bahwa yang membuat paginya menjadi lebih hangat adalah sebuah pelukan dan pelukan itu bukan milik ibunya atau pun ayahnya. Dengan amat sangat perlahan Imarasti mendongak, mendapati Yuta yang tengah tidur nyenyak sambil memeluknya posesif.

Imarasti bahkan tidak bisa berteriak karena saking shocknya. Lalu dengan perasaan takut bercampur ragu, ia memberanikan diri membuka selimut yang masih menutupi sebagian tubuhnya. Dan hembusan nafas lega keluar dari bibirnya ketika mendapati bajunya masih lengkap.

Imarasti sempat tertegun untuk beberapa detik ketika Yuta semakin menariknya ke dalam pelukan laki-laki itu. Kemudian..

BUGH

"AW!" Yuta mengusap kepalanya yang sempat terbentur lantai.

Ya, Imarasti menendang laki-laki yang berstatus sebagai suaminya ini sampai jatuh dari ranjang.

"APA-APAAN SIH LO?" murka Yuta yang telah dibangunkan secara tidak manusiawi oleh perempuan yang kini menyandang status sebagai istrinya.

Imarasti pun langsung bangun dan duduk di ranjang sambil bersila.

"LO LAH YANG APA-APAAN! MAKSUD LO APA PELUK-PELUK GUE HA? CARI KESEMPATAN LO YA?"

Yuta pun bangkit dan menatap Imarasti kesal.

"Bukannya lo yang cari kesempatan? Lo yang tadi malem deket-deket gue! Noh liat!" Yuta menunjuk dua guling yang tergeletak di lantai. "Lo udah melewati batas suci yang lo buat sendiri."

Dan benar saja, kini Imarasti duduk di tempat yang harusnya menjadi milik Yuta. Imarasti mengercutkan bubirnya sebal merutuki kebodohannya.

"Tapi lo yang meluk gue!" seru Imarasti tidak mau kalah.

"Gue nggak akan peluk lo kalo lo nggak nempel-nempel gue dan bisa diem samalem!" Yuta melemparkan guling yang tadinya tergeletak di lantai ke arah Imarasti.

Imarasti baru saja akan memekik namun sebuah suara yang terdengar asing lebih dulu masuk ke dalam pendengarannya.

Suara tangisan bayi.

"Yut, lo denger sesuatu nggak?"

Yuta terdiam menajamkan indera pendengarannya.

"Suara bayi?" tanya Yuta yang diangguki oleh Imarasti.

"Nggak mungkin kan kita langsung punya bayi cuma gara-gara kita tidur pelukan?" lanjut Yuta.

"Lo gila! Kapan gue hamilnya coba?!"

"Terus itu suara bayi siapa? Eh nyet, itu kayaknya suaranya dari luar deh," ujar Yuta.

Imarasti langsung lompat turun dari ranjang dan memegang lengan Yuta.

"Jangan-jangan anak kuntilanak penghuni rumah ini," gumam Imarasti.

Tuk

Yuta menyentil kening Imarasti.

"Mana ada setan pagi-pagi buta gini?"

Imarasti menggigit bibir bawahnya sembari mengerjapkan matanya menatap Yuta. Yuta hanya mendengus pelan kemudian ia berjalan ke arah pintu kamar.

"Yuta, mau ke mana?"

"Mau ngecek di luar lah.."

"Ikuuut.." Imarasti berlari kecil menyusul Yuta kemudian ikut berjalan sambil memegang lengan Yuta.

Mereka berdua pun berjalan ke arah ruang tamu. Imarasti masih terus memegang lengan suaminya. Dia paling benci hal-hal yang berhubungan dengan hantu.

"Nenek??" pekik Yuta dan Imarasti bersamaan.

Nenek Tanu hanya tersenyum simpul melihat cucunya yang tengah memasang wajah kosong.

"Nenek ngapain di sini? Dan itu bayi siapa?" tanya Yuta beruntun ketika melihat sosok bayi laki-laki di pangkuan neneknya.

Nenek Tanu berjalan mendekati Yuta dan Imarasti.

"Sayang, itu papa sama mama kamu.." ujar Nenek Tanu lembut ke bayi yang sedang ia gendong.

Yuta membulatkan matanya dan sedikit membuka mulutnya karena kaget.

"Pa-pa? Ma-ma?" lirih Imarasti yang tidak kalah kaget.

"Iya sayang, kalian adalah orangtua dari bayi ini.."

"Tapi, Nek tapi—"

Ucapan Imarasti barusan langsung dipotong oleh Nenek Tanu, "nggak ada tapi-tapian. Yuto adalah hadiah ke dua pernikahan kalian."

"Yu-yuto?" Yuta masih memasang wajah blanknya.

"Iya, Yuto. Yuto Alvaro Tanubrata. Nenek yang kasih nama. Kemarin waktu Nenek ada kegiatan amal di panti asuhan Nenek melihat bayi lucu ini, dia mirip banget sama kamu Yuta. Nenek juga sudah mengurus surat adopsi Yuto atas nama kalian. Nenek pengen kalian yang merawat Yuto biar dia bisa merasakan kasih sayang orangtua. Jadi nenek nggak mau sewa babysitter," jelas Nenek Tanu.

Imarasti memijat keningnya yang saat ini terasa penat. Sementara Yuta masih menatap neneknya tidak percaya.

Imarasti menatap Nenek Tanu dengan tatapan memelas. "Nek, gimana kami bisa rawat bayi itu? Kami harus kuliah nek dan—"

"Kalian bisa atur jadwal kalian gimana caranya biar kalian berdua bisa gantian merawat Yuto."

Baiklah, sepertinya Nenek Tanu sekarang hobi memotong perkataaan Immarasti.

"Nek, kami terlalu muda buat merawat seorang bayi," keluh Yuta.

"Kalian bisa saling belajar dalam mengurus Yuto. Ini kamu gendong anak kamu!" Nenek Tanu menyerahkan gendongan Yuto ke Imarasti.

"Itu nenek sudah bawa semua perlengkapan Yuto termasuk box bayinya," ujar Nenek Tanu sembari menunjuk perlengkapan bayi yang ia maksud kemudian melanjutkan, "Nenek harus segera pergi karena ada urusan."

Baru saja tiga langkah Nenek Tanu berjalan pergi, namun ia berhenti dan berbalik.

"Oiya, jadi gimana malam pertama kalian?" Nenek Tanu tampak tersenyum jahil. "Bilangnya aja nggak mau dinikahin tapi malam pertama dijalani juga. Dasar anak muda jaman sekarang!"

Yuta dan Imarasti kembali bengong.

"Kami nggak ngapa-ngapain nek!" protes Yuta.

"Kamu pikir nenek percaya setelah melihat keadaan baju istri kamu kayak gitu?"

Imarasti refleks menunduk melihat keadaan bajunya. Hampir saja ia berteriak karena tiga kancing teratasnya terlepas sampai sedikit menampakkan dadanya. Namun apa daya ia tidak mau membuat Yuto menangis karena teriakannya. Ia hanya bisa menutup bagian itu dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menahan Yuto di gendongannya. Lalu ia beralih menatap Yuta tajam, sedangkan Yuta membuang pandangannya ke segala arah.

"Sudah-sudah kalian nggak usah malu-malu. Nenek juga pernah muda! Yaudah nenek pamit dulu. Kalian baik-baik di rumah," kali ini Nenek Tanu benar-benar pergi.

Imarasti sekarang benar-benar ingin menangis menghadapi kenyataan hidupnya.

..

..

..

TBC

What a Married? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang