15. Ada yang Janggal

2.5K 152 2
                                    

Ify's POV

    Hari demi hari, aku muai terbiasa dengan semuanya. Mulai terbiasa dengan adegan mesra Dika-Keyla yang tanpa sengaja kulihat di sekolah. Mulai terbiasa dengan gosip teman sekelasku yang selalu membicarakan hubungan Dika-Keyla yang katanya 'goals'. Mulai terbiasa dengan segalanya. Ya, segalanya yang membuatku sakit hati, cemburu, dan lain-lain.

      Sekarang, aku mulai bisa tersenyum tulus dalam rasa sakit. Jangan ditanya mengapa aku bisa menjadi lebih kuat seperti ini. Raffa. Yap, dialah yang membuatku mulai lapang dada dan menerima semuanya.

"Raffa?" orang yang sedang memainkan ponsel di sampingku itu menoleh dan menatapku sambil menaikkan sebelah alisnya seolah mengatakan "apa?"

"Uhm, gue mau nanya sesuatu."

"Tanya aja."

"Hubungan lo sama Kak April, gimana?" tanyaku dengan nada pelan karena kami sedang ada di kelas sekarang. Ya, jaga-jaga kalau nanti ada penguping.

"Baik." jawabnya singkat lalu kembali memainkan lagi ponselnya. Aku tahu, Raffa berbohong. Jelas dari raut wajahnya yang tidak menunjukkan bahwa hubungannya baik dengan Kak April.

"Raf, kalo ada masalah, cerita aja sama gue. Gue selalu cerita apapun ke lo. Setidaknya, gua bisa angkat beban lo walaupun sedikit. Cerita masalah lo ke orang lain 'kan bisa bikin beban lo sedikit terangkat." ujarku. Ia hanya menanggapi ucapanku dengan senyuman paksanya.

"Gue bakal cerita, tapi gak sekarang." aku hanya mengangguk mengerti menanggapi jawabannya.

"Eh, kok guru gak masuk-masuk sih? Udah masuk jam pelajaran pertama tau." tanya Dita yang menoleh ke belakang, ke arahku.

"Gak tau. Coba tanya Fiki." jawabku.

"Lo aja deh, gue jauh. Males teriak-teriak." ucap Dita. Aku mengangguk lalu memutar tubuhku ke belakang. Memang, jarak tempat duduk Dita ke tempat duduk Fiki terpisah dengan 2 meja dan kursi. Tempat dudukku, tempat duduk Shasha, baru tempat duduk Fiki.

"Fik, kok guru belom masuk kelas?" tanyaku. Ia hanya menaikkan bahunya pertanda ia tidak tahu.

"Gak tau, Dit." ucapku yang memutar tubuhku kembali ke depan.

"Fiki, guru kok belom masuk?" tanya Lia setengah berteriak yang baru saja masuk kelas saat ia duduk di kursinya dan memutar tubuhnya ke belakang. Kayaknya sih, abis dari toilet. Sebelum ke toilet, soalnya aku dengar Lia bilang ke Dita kalau dia mau ke toilet.

"Free class kayaknya. Bu Kiki katanya lagi pelatihan." jawab Fiki lengkap sambil senyum-senyum gak jelas. Loh, giliran aku yang nanya, kenapa jawabnya gak tau? Dasar Fiki.

"Lah, itu Fiki tau." ucap Dita bingung.

"Lia yang nanya mah dijawab lengkap." sindirku sambil tersnyum penuh arti pada Lia. Sedangkan Lia hanya menatapku bingung.

"Ekhem! Ya ya ya gue paham, Fy. Gue peka." ucap Dita yang ikut-ikutan tersenyum penuh arti pada Lia. Sedangkan Lia yang bingung hanya menggeleng heran lalu kembali memutar tubuhnya ke depan lalu memainkan ponsel.

Drttt... Drttt...

      Ponselku bergetar. Akupun mengambil ponsel yang kuletakkan di saku seragam. Ternyata, ada panggilan video dari Bang Zyan. WHAT? BANG ZYAN? Dengan cepat, aku mengangkat panggilan video tersebut.

"Hai little star!" ucapnya disebrang sana sambil tersenyum. Ya Tuhan, aku merindukan pria ini!

"Hai big bro!"

"Maaf ya, abang baru hubungin sekarang. Abang bener-bener sibuk akhir-akhir ini. Eh, Ify lagi ada di kelas ya?"

"Gak apa-apa. Iya nih lagi free class. Gurunya lagi pelatihan. Eh iya, gimana kabar bang Zyan disana? Masih jomblo?" ia tertawa mendengar pertanyaanku.

FRIENDZONE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang