28. Bang Zyan dan Raffa

2.3K 152 0
                                    

“Nah terus tuh gini Fy, eh Fy? Ify lo dengerin gue gak sih?”

      Aku segera kembali ke alam sadarku saat mendengar suara melengking Viona. Aku segera menatapnya dan melihat wajahnya menatapku penasaran.

“Eh i-iya Na, gue denger kok. T-terus gimana?” tanyaku yang seolah-olah mendengarkan cerita Viona tadi.

      Padahal mah boro-boro dengerin Viona cerita, gue sekarang tau-tau udah duduk di bangku kantin aja gak nyadar. Pikiranku terlalu kacau gara-gara kemarin. Hah sudahlah.

“Ck, Fy. Gue tau lo tuh daritadi gak dengerin gue cerita. Lo kenapa sih? Lo itu disini tapi nyawa lo gak tau lagi dimana sekarang.” ucapan Viona benar. Aku mendesah pasrah lalu menggeleng sambil tersenyum.

“Sorry banget, Na gue gak dengerin cerita lo tadi. Tapi gue gapapa kok. Gue Cuma agak gak enak badan aja.” Alibiku. Aku tidak mungkin menceritakan segalanya ke Viona. Aku tidak mau menambahkan beban orang lain karena masalahku.

“Lo sakit?”

“Hey nona-nona! Makanan sudah datanggg!” pertanyaan Viona belum kujawab dikarenakan seorang pria berkacamata yang baru saja muncul dengan tangannya yang membawa nampan berisi 3 mangkok soto dan 3 gelas es jeruk. Siapa lagi kalo bukan Putra.

“Akhirnya nih makanan sampe juga. Lama banget sih lo Put!” omel Viona yang langsung mengambil semangkok soto dan es jeruk miliknya.

“Heh udah nyuruh gak tau berterimakasih lagi, malah gue diomelin. Liat noh! Ngantrinya kayak mau beli tiket konser!” jawab Putra tidak mau kalah sambil mengambil tempat duduk di hadapanku. Aku hanya terkekeh melihat kelakuan mereka berdua.

“Guys, gue duluan ya. Gue kayaknya mau pulang aja. Dah!” aku bangun dari dudukku.

“Eh, Ify terus ini soto lo gimana?” tanya Viona sebelum aku benar-benar melangkah pergi.

“Kalian makan aja. Ini uangnya sekalian soto sama es jeruk kalian oke? Byee!” setelah meletakkan uang 100 ribuan diatas meja, akupun langsung melangkah keluar kantin.
 
      Setelah sampai dikelas di kelas keadaannya benar-benar sepi. Hanya ada satu orang yang sepertinya sedang tertidur. Karena ia meletakkan kepalanya di lipatan tangan di atas meja. Aku tahu orang itu. Shasha. Tanpa mengeluarkan suara, aku mengambil tas di tempat dudukku lalu memakainya.

“Ify?” aku hampir saja berteriak kaget karena suara yang tiba-tiba menyeruak di dalam keheningan. Aku langsung menoleh ke sumber suara sambil mengelus dadaku. Untung aja nih jantung gak copot.

“Astaga Sha, lo ngagetin gue tau gak! Untung aja jantung gue gak copot.” gerutuku yang malah dihadiahi cengiran tanpa dosanya.

“Lagian bukannya lo lagi tidur ya Sha? Apa kebangun gara-gara gue?” tanyaku. Ia menggeleng.

“Tadinya sih mau tidur, biasa lagi galau hehe. Tapi gue kayak ngerasa ada orang yang masuk ke kelas eh ternyata bener ‘kan? Lo ternyata yang masuk.” Aku hanya mengangguk mengerti mendengar jawbaannya.

“Btw Sha, lo galau kenapa?” tanyaku sambil duduk di tempat dudukku dan menghadap ke belakang –jadi kami duduk berhadapan—

“Biasa lah Fy, apalagi kalo bukan masalah cowok. Udahlah gak usah dibahas, makin badmood ntar gue.” Aku hanya mengangguk mengerti mendengar jawabannya.

“Lo mau kemana udah pake tas aja? Mau pulang? Ini ‘kan jam istirahat pertama.” Tanya Shasha. Aku bangkit dari dudukku lalu mengangguk.

“Iya, gue mau pulang. Lagi agak gak enak badan gitu Sha. Yaudah, gue duluan ya. Dah!”

“Dah Fy, btw gws ya.”

“Makasih.”

***

FRIENDZONE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang