Part 15

11.3K 494 3
                                    

"Tapi bukan dengan cara seperti ini, Renn. Kau hanya akan menyakitiku." lirih Allea menyadarkan Renno.

Renno pun sadar dan langsung bangun, ia sangat menyesal dengan apa yang barusan dia lakukan.

"Maafkan aku, All." ucap Renno duduk di ranjang Allea menyesali perbuatannya.

Allea ikut terbangun, ia merapikan bajunya yang tadi sempat terbuka. Dengan airmata yang membasahi pipinya ia lalu duduk disamping Renno.

"Tidak apa apa, kau sedang emosi tadi. Aku yang salah, maafkan aku." ucap Allea lirih.

"Tidak, kau tidak salah apa apa, semua ini adalah salahku, All. Aku terlalu emosi." ucap Renno menghadap Allea dengan tangan yang terulur untuk menghapus airmata Allea.

"Aku juga terkejut tadi, tapi aku bisa apa, Renn. Bunda dan aku sangat berhutang budi kepada Nyonya Winata." jelas Allea.

"Rayyan sangat keterlaluan, dia memanfaatkan sifat baikmu untuk mendapatkanmu. Tak akan aku biarkan itu terjadi." kesal Renno.

"Bunda sudah menyetujuinya, aku tidak bisa apa apa sekarang, Renn" khawatir Allea.

"Tidak, aku akan melakukan berbagai cara agar kau tidak jadi bertunangan dengan Rayyan, tak akan aku biarkan semua itu terjadi, All." yakin Renno.

"Tap..."

"Percayalah padaku, All." sela Renno meyakinkan Allea.

Allea hanya menganguk setuju, ia juga sangat bingung dengan semua ini. Rennopun sama, ia sekarang sangat bingung dengan apa yang harus ia lakukan nanti.

Wajah Allea dan Renno bertatapan, Rennopun dengan berani mendekatkan wajahnya ke wajah Allea, ia pun dengan perlahan mencium bibir Allea. Allea pasrah dengan ciuman itu, ciuman itu sangat lembut, tidak seperti ciuman Renno yang mengebu gebu tadi.

"Maafkan aku atas tindakanku tadi, All. Aku sangat menyesal." sesal Renno saat ciuman itu terputus.

"Tidak apa apa, aku mengerti tadi." ucap Allea lembut sambil membelai pipi Renno.

Renno memejamkan matanya, menikmati belaian tangan Allea pada pipinya. Iapun mengambil tangan itu dan mendekatkannya ke bibirnya, ia mencium tangan Allea dengan lembut.

"Aku akan pulang dulu, kau istirahatlah." ucap Renno kemudian.

"Baiklah, hati hati di jalan." ucap Allea lembut.

Renno tersenyum, ia lantas bangkit dan keluar dari kamar tersebut. Meninggalkan Allea yang masih duduk diranjang itu.

***

Renno sedang melamun di ruangannya saat pintu ruangan terdengar diketuk dari luar, lalu Tasya terlihat masuk dari pintu tersebut.

"Kenapa kau kesini terus, kau seperti satpam kantor ini saja." kesal Renno.

"Aku sebentar lagi bertunangan dan akan segera menikah, kau pasti akan merindukannku nanti, makanya aku mengunjungimu terus agar kau tak kesepian lagi." jelas Tasya.

"Halah, itu hanya alasanmu saja, kau pasti ingin bertemu dengan Radit kan." ejek Renno.

"Itu kau tahu, makanya aku tidak memberitahumu." jelas Tasya tidak terintimidasi ejekan Renno.

"Kau itu!! Kau ini hanya menambah kekesalanku saja." marah Renno.

"Kesal?? Memang kau kesal kenapa?" tanya Tasya penasaran.

"Tidak ada apa apa." lirih Renno.

"Apa ini berhubungan dengan Allea?" tanya Tasya lagi.

Renno terdiam, mengingat Allea, ia jadi teringat perdebatannya tadi pagi dengan Allea, Allea bersikeras tetap berangkat kerja walaupun Renno telah melarangnya, itu semua yang membuat Renno kesal seharian ini.

"Kau jangan lupa, ajaklah Allea kepertunanganku minggu depan, aku ingin sekali bertemu dengannya." ucap Tasya.

"Baiklah, aku akan mengajaknya, sekarang kau pergi saja, aku ingin bekerja." usir Renno kepada Tasya.

"Bekerja?? Mungkin yang kau maksud akan meneruskan acara melamunmu itu." ejek Tasya kemudian keluar dari ruangan Renno.

"Aish, kau ini." kesal Renno melihat punggung Tasya yang sudah keluar dari ruangannya.

***

Ditempat kerja Allea, ia menjadi tidak fokus sama sekali, ia terus memikirkan masalah yang tengah ia hadapi.

"Allea, kau kenapa?." tanya Bu Silvi.

"Oh, tidak ada apa apa, Bu." jelas Allea.

"Kau dipanggil oleh Pak Rayyan, cepatlah pergi sebelum beliau mengamuk nanti." ucap Bu Silvi memberitahu Allea.

Allea mendesah pelan, Rayyan memanggilnya. Ia jadi malas bertemu dengannya sejak kejadian kemarin, Alleapun lantas bangkit untuk menemui atasannya tersebut.

Allea mengetuk pintu tersebut setelah mendengar suara yang menyuruhnya masuk, iapun membuka pintu itu.

"Ada perlu apa Bapak memanggil saya?" tanya Allea sopan.

"Saya hanya ingin bertanya, apa kau sudah mendengar kabar pertunangan kita dari Bundamu?" tanya Rayyan santai.

"Maaf, tapi itu diluar masalah pekerjaan, jadi kalau Bapak tidak perlu apa apa dengan saya, saya permisi keluar." elak Allea bersiap keluar dari ruangan tersebut.

"Apa kau menolakku?" marah Rayyan yang sekarang sudah menarik tangan Allea.

"Maaf Pak, bisakah anda melepaskan tangan saya." ucap Allea kesakitan menahan gengaman tangan Rayyan dilengannya.

"Aku tak akan melepaskanmu sebelum kau menjawab pertanyaanku." ucap Rayyan semakin erat mengengam.

"Ini sakit sekali, Pak. Bisakah kau melepaskan tanganku sekarang." mohon Allea.

"Apa kau menolakku karena Renno, kenapa kau selalu bersama dengan dia, All." ucap Rayyan tanpa melepaskan lengan Allea.

"Aku mencintainya, sekarang bisakah kau lepaskan tanganku." ucap Allea kesal sambil menarik lengannya kasar.

"Mencintainya? Bagaimana denganku?" sinis Rayyan.

"Kenapa dengan anda?" tanya Allea bingung mendengar perkataan sinis Rayyan.

"Aku juga mencintaimu, apa kau tak bisa melihatnya juga." ucap Rayyan menarik lengan Allea lagi yang tadi terlepas.

"A..paa." kaget Allea.

"Aku sangat menyukaimu sejak dulu, tapi kau selalu saja bersama dengan Renno itu, selalu membantunya berada disampingnya. Kenapa harus selalu dia, Haa." bentak Rayyan tepat didepan wajah Allea.

Allea kaget dengan pernyataan Rayyan barusan, Rayyan mengatakan bahwa ia menyukainya. Padahal dia kira, Rayyan sangat membencinya.

"Tapi saya tidak menyukai anda, Pak. Dan saya menolak bertunangan dengan anda, saya permisi." ucap Allea yang ingin segera keluar dari ruangan ini.

Alleapun bergegas keluar, dia sangat tidak nyaman dengan situasi ini. Tapi Rayyan menarik tangannya lagi.

"Aku akan memastikan bahwa pertunangan kita akan segera dilaksanakan, kau tak akan bisa lari lagi." ancam Rayyan.

"Silahkan, tapi saya tetap tidak akan mau menyetujui pertunangan itu." pungkas Allea lalu berjalan keluar.

Allea berhenti sejenak ketika mengingat sesuatu, iapun berbalik lagi menghadap Rayyan yang masih berdiri.

"Saya mengundurkan diri dari perusahaan anda sekarang juga, Pak Rayyan. Saya permisi. " tutup Allea lalu keluar dari ruangan tersebut.

Rayyan sangat marah mendengar itu, iapun mengepalkan tangannya tanda ia menahan amarahnya. Iapun membanting setiap barang yang ada didekatnya, ia melihat pintu itu dengan kilatan amarah dimatanya.

"Aku takkan membiarkan kau bersama Renno, All. Aku pastikan itu." ucap Rayyan tegas.




TBC

Loving YouWhere stories live. Discover now