Perjodohan?!?

17 0 0
                                    



Keesokannya aku berhasil bangun dari mimpi burukku dengan mata yang cukup membuat mataku semakin sipit. Aku menangis sampai berapa jam aku tidak ingat dan sudah berapa banyak kaleng bir telah ku habiskan aku tak tahu.

Akupun termenung di meja makan sambil menatap nasi goreng yang sudah disiapkan pelayanku tiap pagi. Eh tunggu seingatku pelayanku tidak datang di hari libur, lalu siapa yang menyiapkannya.

"Aku pulang." Ucap seseorang sambil membawa beberapa makanan di dalam plastik.

"Ah.. kau sudah bangun." Ucap Taka sambil tersenyum.

"Sejak kapan kau ada dirumahku?" tanyaku yang tersentak kaget.

"Sejak semalam." Ucapnya sambil tersenyum.

"Semalam?" tanyaku dengan mata sipit yang aku usahakan tidak terlihat sipit.

"Yap.. cepat makan, nanti nasinya semakin dingin." Ucapnya kemudian.

Setelah selesai makan kami terdiam dengan fikiran masing-masing.

"Kau mendengar semuanya?" tanyaku kemudian.

"Hmm.. aku ingin mengatakan tidak, tapi aku dengar semuanya." Ucap Taka sambil tersenyum.

"Kau jahat." Ucapku sambil menatapnya sebal.

"Lihat-lihat ini pasti efek dari tangisan semalam pasti." Ucapnya sambil memegangi wajahku.

"Lepas.." ucapku.

"Haha.. baik-baik." Ucapnya sambil melepaskan wajahku.


"Pulanglah, bukankah hari ini kau harus manggung." Ucapku.

"Ah.. aku lupa, aku harus kembali dan kabari aku bila kau akan datang ke konser kami oke." Ucapnya.

Sebelum ia pergi ia mendekat kearahku dan mencium kening, pipi dan terakhir bibirku singkat.

"Jangan menangis lagi, kau tau betapa hancurnya hatiku saat mendengar tangisanmu." Ucap Taka sambil membelai lembut wajahku.

Aku hanya terdiam sambil menatap kedua matanya dan kemudian ia pergi meninggalkanku di meja makan.

"Yaaaaaaa bodoh, bodoh ini memalukan sekali." Ucapku kemudian sambil memukulkan sendok ke kepalaku.

"Tapi kenapa manusia itu tidak terlihat saat aku keluar mengambil bir. Ah.. apa dia tidur semalam?" ucapku dan mengedarkan pandanganku menuju sofa di ruang tengah.

Terlihat sebuah bantal dan selimut yang sudah rapi disana.

"Apa dia tidur? Kalau ia tidak tidur bagaimana keadaannya sekarang bila ia kurang tidur." Ucapku menyesal.

Setelah bersiap-siap aku pun menghubungi Taka, tetapi ia tidak menjawab panggilanku mungkin ia sedang mempersiapkan untuk konser nanti malam. Akupun menghubungi Toru dan kemudian ia menjawab panggilanku.

"Toruuu.." teriakku.

"Ada apa?" jawabnya malas.

"Taka sedang apa? Mengapa ia tidak menjawab panggilanku." Ucapku to the point.

Ia terdiam sejenak sepertinya sedang mencari keberadaan Taka.

"Ia sedang tertidur pulas di atas sofa." Ucapnya.

"Ah.. ia tidak pulang semalaman, apa ia menginap di tempatmu?" tanyanya kemudian.

"Ya begitulah." Ucapku.

"Ya, ya sudah ku duga." Ucapnya kemudian.

"Baiklah, terimakasih Toru-chaaann." Ucapku dan langsung kuputuskan sambungannya.


Setelah cukup siap dengan beberapa peralatan yang ingin aku bawa, akupun berjalan cepat menuju parkiran. Karena aku harus lebih cepat ke tempat mereka konser. Tetapi seseorang menghubungiku saat di perjalanan.

"Iya?" jawabku sambil menekan tombol di dekat radio mobilku.

"Kau sedang dimana?" tanya seorang wanita.

"Sedang di jalan ingin ke tempat konser Taka, ada sesuatu yang terjadi?" tanyaku.

"Cepatlah datang ke rumah," ucapnya dan langsung memutuskan panggilannya.

"Selalu saja mematikan telefon lebih dulu, sebegitu kesalnya kah dia padaku?" gumamku kesal.

Akupun memutar balikkan mobilku menuju jalan lain dan dengan cepat ke sana agar tidak terlambat di konser Taka nanti.

                                                                                            ***

Akupun tiba disebuah rumah yang cukup besar dengan beberapa penjaga yang berdiri di depannya. Ini rumah orang tuaku dan aku sangat benci untuk datang ke rumah ini sebenarnya.

Ibuku sudah berdiri di depan pintu masuk dengan sedikit gelisah.

"Ada apa?" tanyaku.

"Cepat masuk." Ucapnya sambil menarik tanganku masuk.

"Apa ada tamu atau Nee-chan?" tanyaku saat melihat ada sepatu yang tidak ku tahu milik siapa.

"Nanti kau akan tahu." Ucapnya.

Akupun masuk ke ruang tamu ada Ayahku disana dan juga tamu yang tidak aku ketahui siapa mereka.

"Nah ini anakku, yang aku ceritakan itu." Ucap Ayah ketika melihat kehadiranku sambil tersenyum.

"Ada yang aneh." Gumamku, Ayahku tidak pernah sebahagia ini menyambut ke datanganku.

"Ayo cepat masuk." Ucap Ibuku sambil mendorongku mendekat kearah Ayah.

"Mereka Keluarga Yamashita, sahabat baik Ayah." Ucap Ayahku sambil menepuk pundakku.

"Ah.. halo aku.." ucapku terpotong.

"Ya, ya kami sudah tahu, Ayahmu dan anakku pernah menceritakan tentangmu." Ucap Tuan Yamashita sambil tersenyum.

"Sebentar anak? Apa anakknya denganku saling kenal?" ucapku dalam hati.

Hampir sejam aku terduduk menemani pembicaraan yang aku tidak mengerti sama sekali dan aku masih memikirkan tentang anaknya yang mengenalku.

"Bagaimana kita tentukan tanggal pernikahannya." Ucap Ny. Yamashita kemudian.

Deg.. siapa yang akan menikah? Siapa yang akan mereka nikahi.

                                                                                 ***

CONFUSEDWhere stories live. Discover now