○ 10. (Bukan) Pertama ○

383 41 20
                                    

Content Warning:Part ini mengandung adegan dewasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Content Warning:
Part ini mengandung adegan dewasa. Bagi teman-teman di bawah umur, boleh skip ke part selanjutnya langsung aja, ya. Terima kasih ❤

Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, Wendy menjadi sedikit pendiam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, Wendy menjadi sedikit pendiam. Kepalanya terus dibayangi rasa pensaran dengan sosok yang ditangkapnya sebagai Irene. Walaupun sedikit mabuk, namun ia masih sangat yakin bahwa sosok yang dilihatnya tadi adalah benar kekasih Chandra. Rasanya terlalu banyak kemiripan yang mereka miliki kalau memang ia salah mengenali. Postur tubuh, wajah, rambut, bahkan gerak geriknya terlalu persis dengan perempuan itu.

Wendy rasanya jadi ingin sekali menelepon Chandra untuk memastikan kondisi hubungannya dan kekasihnya itu. Sudah lama pria itu tak bercerita soal Irene, jadi ia pikir percintaan sahabatnya sudah kembali mesra seperti semula. Namun melihat bahwa sosok lelaki tadi sama sekali tak tampak seperti dirinya, gadis itu jadi sedikit menaruh curiga.

"Tapi bagaimana kalau aku salah? Mungkin aku salah lihat dan ternyata gadis tersebut bukanlah Irene? Atau mungkin itu benar Irene, namun dengan teman atau rekannya mungkin? Tapi kenapa mereka tampak begitu mesra?" Pikiran Wendy terus menerus dipenuhi dengan rasa penasaran.

Benny yang baru saja berhasil memarkirkan mobilnya di basement apartemen Wendy dengan aman, menatap gadis itu bingung. Ia rasa gadis itu sedang sedikit mabuk, sampai-sampai tak sadar kalau mereka sudah sampai. "Wen?"

"Hah?" Ia tampak sedikit terkejut mendengar suara Benny.

"Kamu mikirin apa, sih?"

Gadis itu akhirnya kembali tersadar bahwa ada seorang lelaki yang tak boleh didiamkannya saat ini. "Nggak, kok!"

"Beneran?" Lelaki itu menyipitkan mata seakan curiga pada perempuan disampingnya.

Wendy lantas mengangguk lembut dan mengusap lengan pria itu karena tak ingin merusak suasana yang baik antara mereka. "Iya, Ben. Aku nggak mikirin apa-apa, kok."

Pria itu tersenyum senang dan melepaskan seatbeltnya agar bisa bergerak lebih leluasa. Jari-jari Benny perlahan membelai lembut rahang gadis itu sayang seraya memperhatikan tiap-tiap sudut wajah cantiknya. "Wen..."

Last Night Story [REPUBLISH]Where stories live. Discover now