○ 09. Hadiah Tanpa Rencana ○

268 51 18
                                    

Dengan pasti dan tanpa ragu, Benny memasuki gedung perkantoran tempat Wendy bekerja yang belakangan sering sekali dikunjunginya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan pasti dan tanpa ragu, Benny memasuki gedung perkantoran tempat Wendy bekerja yang belakangan sering sekali dikunjunginya. Seperti biasa, jantungnya kembali berdegup kencang seiring dengan langkah yang makin dekat pada gadis yang sudah berhasil mencuri hatinya baru-baru ini. Bahkan saking senangnya, ia sempat beberapa kali membuat sang ibunda khawatir karena sering tertawa sendiri di rumah. Sampai-sampai beliau sempat mengira bahwa sang putra semata wayang sudah kerasukan jin yang mungkin saja dikirim oleh lawan bisnisnya.

"Sore, Mas Benny! Mau meeting apa jemput mbak pacar, Mas?" Sapa salah seorang resepsionis sesampainya ia di lantai tempat perusahaan gadis itu berada.

"Mau jemput Wendy, nih." Lelaki itu sedikit tersipu. Ia yang dulu dikenal sebagai client perusahaan oleh resepsionis kantor tersebut, kini memiliki gelar tambahan sebagai 'pacar Wendy'.

"Duduk dulu sambil nunggu, Mas. Kayaknya tadi Mbak Wendy udah beres kerja, sih. Bentar lagi juga keluar, kok."

Benar saja, perkataannya. Belum sempat lelaki itu mendaratkan bokongnya, gadis yang bagi Benny masih saja tampak cantik bahkan setelah seharian bekerja, mulai berjalan ke hadapan keduanya. Senyum manis Wendy yang tampak kian merekah, seakan me-refresh kembali segala ingatan di otak Benny tentang hari-hari mereka yang juga menjadi kian berwarna.

"Wah, panjang umur, nih, Mbak Wendy. Baru aja diomongin, udah nongol aja." Canda sang resepsionis.

"Hayo! Ketauan pada ngeghibahin aku, kan?!" Kekehnya pelan.

Benny yang menanggap semua tingkah Wendy begitu manis dan menggemaskan hanya tersenyum kecil melihatnya.

"Ya udah, mbak. Kita balik dulu, ya. Semangat kerjanya!"

Mengingat waktu yang terus bergerak semakin malam, Wendy dan Benny memutuskan pergi makan malam bersama sebelum melanjutkan kencan di Jumat malam ini. Dengan menggunakan mobil SUV milik Benny, dua manusia dimabuk asmara tersebut segera meluncur ke salah satu restoran bernuansa Jawa yang cukup ternama dan prestisius. Walau begitu, beruntung di jam makan malam yang cukup ramai ini, mereka berhasil mendapatkan meja.

Benny tersenyum memandangi gadis yang seakan tak pernah membosankan baginya. "Gimana hari ini?"

"So so, sih. Cuma sekarang, kerjaan aku jadi mulai kerasa agak enteng, deh, sejak ada beberapa anak intern yang masuk di divisi aku. Jadinya aku bisa fokus nyelesain projectnya SM." Cerita Wendy penuh semangat.

"Asyik, dong! Jadi bisa lebih banyak istirahat. Kan, kamu bilang belakangan suka pegel-pegel kan pinggang kamu?"

"Iya, sih. Oh iya, how was your day?" Gadis itu balik bertanya.

"Totally good! Aku lagi nyelesain finishing buat produk ear in baru, nih. Kemarin sih udah beres, tinggal tunggu feedback dari responden aja."

"Oh iya?! Aku bakal pesen kalo udah pre order!"

Benny tentu saja mengernyit bingung mendengar pernyataan Wendy baru saja. "Nggak usah, lah! Aku kasih nanti kalo kamu."

Last Night Story [REPUBLISH]Where stories live. Discover now