Untuk Bang Radit

1K 33 0
                                    

Makan malam bisnis, ini hari terakhir kedua bule Australia berada di Indonesia. Setelah melakukan makan malam aku melesat cepat dengan S-Class untuk mengantar mereka ke bandara. Makan malam berjalan lancar. Mr Peter sempat menanyakan keberadaan Nyonya Fachri namun pria klimis ini mampu memberi alasan yang membuat Mr Peter maklum dan berharap dilain kesempatan mereka dapat berdiskusi dengan Mr & Mrs Fachri.

"Assalammu'alaikum... Aku pulang."

Ayah, Ibu dan kakak Fachri berkumpul di Meja makan. Mereka hampir bersamaan menjawab salam. Namun Fachri lebih memilih langsung menuju kamarnya. Sang Ayah yang melihat segera menyusul Fachri. Meninggalkan meja makan. Kakak Fachri hendak mengejar namun sang ibu melarang.

Dari balik pintu yang terbuka sang Ayah berdiri memandang Putranya,

"Ayah tahu kamu masih marah. Tapi...." Ayah melangkah mendekati Fachri

"Yah." Fachri membalikkan badan, menatap dimana posisi sang Ayah berdiri.

"Ayah tahu aku ingin mandiri, membangun karirku. Aku tidak ingin menjadi bayang-bayang ayah. Aku ingin mendapatkan semua dengan usahaku."

Ayah berjalan mendekat. Fachri Menjatuhkan diri ke tempat tidur dalam posisi duduk. Ayah disamping putranya dan memegang pundak Fachri.

"Hampir seminggu terakhir kamu sudah membuktikan pada Ayah, Kamu mampu menjalankan perusahaan Ayah, namun Ayah tidak melihat kebahagiaan. Yang ada hanyalah perpecahan. Frekuensi kita bertemu tidak memiliki kualitas. Kakakmu pun mulai merasa bahwa Ayah tidak mempercayainya. Hubungan orang tua dan anak menjadi kosong."

"Apa?" Fachri terkejut

"Hari ini kakakmu berusaha membuktikan kepada Ayah bahwa dia mampu menghandle perusahaan. Dia mengambil alih segala yang berhubungan dengan operasional perusahaan. Diam-diam dia mempelajari dan menemukan beberapa hal. Seorang manager keuangan bersekongkol dengan manager operasional, seorang kepercayaan Ayah. Pemakaian uang perusahaan yang tidak lagi bisa ditoleransi. Akhirnya dia mengambil keputusan, menyelidiki diam-diam. Dan baru memberi tahu Ayah setelah terbukti."

"Aku tahu bang Radit mampu, hanya saja dia butuh sedikit dorongan."

"Yaa... Jadi Ayah mengambil keputusan kamu boleh kembali ke Jakarta."

Fachri menghempas nafas lega, memandang dalam mata Ayahnya dan sang Ayah menepuk pundak putra keduanya dengan penuh rasa bangga.

Namun tiba-tiba Fachri berubah pikiran dan justru menegur sang Ayah.

"Sebentar, Ayah sengaja meng-hire anak Ayah hanya untuk satu client dari Australia? Oh... Okey... jadi mana bagian Fahmi karena sudah mendapatkan proyek ini?" Matanya menatap sang Ayah dengan kejam. Namun sang Ayah justru tertawa

"Oh jadi Fachrudin Aamiin berhasil mendapatkan satu proyek dalam kurun waktu tidak sampai satu minggu." Ayah mulai menggoda

Mereka tertawa bersama. Fahmi adalah panggilan kecil Fachri untuk kalangan keluarga dekat. Fahmi sendiri di ambil dari potongan Fachrudin Aamiin. Ibu dan Kakak Fachri menyadari keberadaan mereka dengan senyum mengembang. Ayah dan anak yang sempat perang dingin mulai akur, dari pintu kemudian berjalan mendekat untuk ikut tertawa bersama.

"Jadi sekarang Bunda dan bang Radit di cuekin Yah?" Gurau Radit

"Hemm... Selamat ya pak direktur baru." Fachri bangkit dari posisi duduknya dan menggoda sang kakak, kemudian merangkul Radit

Hasil tidak pernah membohongi proses, jadi jangan terburu kecewa dengan apapun. Karena semua selalu menjadi lebih baik di waktu yang tepat.

"Lagi ada meeting keluarga?" Kemunculan Feronika dengan suara cempreng khas membuat semua orang menoleh kemudian tertawa.

The ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang