The Proposal

1K 32 1
                                    

Stasiun Shibuya-Ku.

Aku berjalan seperti setrikaan tepat di depan monument Hachiko, Namun ketertarikaan untuk mengabadikan diri bersama si Anjing Setia kandas. Hingga panggilan untuk penumpang Yamanote Line berakhir Anya tak kunjung muncul, Apalagi Mas Radit. Entah ada di ujung negeri matahari terbit manakah mereka. Beberapa kali aku coba hubungi ponsel Anya namun tak juga tersambung. Akhirnya kuputuskan untuk naik kereta sendiri. Seorang pria yang sepertinya juga sedang menunggu seseorang pun berjalan mengikutiku masuk ke stasiun.

"Taman Asukayama, Fuchunimori Park, Harajuku, dan ...." Berdiri sembari melihat catatan beberapa destinasiku hari ini

"Haaah... coba Risa gak kurang sehat, setidaknya aku memiliki teman untuk bicara." Keluhku

Tanpa menyadari 10 menit perjalanan seorang pria membuntuti dari belakang, tiba-tiba dia hampir memegang pundakku. Namun seorang pria lain yang duduk di depanku menggenggam lengan dan menarikku untuk duduk di kursinya. Pria lokal tak dikenal itu terjatuh. Tak selang beberapa detik pria tinggi 170 centimeter bersyal tersebut menarik kra baju pria yang membuntutiku dari posisinya saat terjatuh. Suasana menjadi ricuh. Dengan bahasa Jepang yang kurang begitu aku mengerti ia memberi pelajaran pria yang membuntutiku tersebut. Setelah didesak ternyata dia salah satu pembaca buku karyakdan ingin meminta tanda tangan.

Karena tarikan pria tinggi yang sebagian wajahnya tertutup syal tersebut terlalu kencang hingga membuat ponselku jatuh dan tak bisa digunakan lagi setelah terinjak olehnya.

"Lain kali gunakan cara yang lebih sopan." Tegur pria setengah wajahnya tertutup syal, berkacamata kepada warga Jepang yang ternyata pembaca buku-bukuku

"Thank you." Ucapku manis

"Are you Indonesian?" Tanya pria tinggi sekitar 170 centi dengan syal yang menutup sebagian wajahnya

Aku membuka sebagian wajahku yang juga tertutup syal. Begitu menyadari itu aku, pria dengan tinggi sekitar 170 centimeter tersebut membuka pula syal nya. Kami saling berpandangan sejenak dan akhirnya saling bicara.

"Mau kemana?" Tanya Pria klimis kepadaku

"Hmm... ke taman Asukayama, Fuchunimori Park dan...."

"Harajuku...." Pria Klimis melanjutkan

"Kok tahu?"

"Ya kali kamu bacanya keras banget tadi."

"Sendirian aja atau ada rombongan trip?"

"Sebenernya sih bareng beberapa temen tapi mereka memiliki destinasi masing-masing, sementara yang seharusnya menemaniku entah kemana dia. terus sekarang ponselku rusak."

"Sorry ya karna aku ponselnya..."

"Udah gak apa, toh niat kamu baik. Kamu sendiri mau kemana?"

Pria klimis bercerita panjang lebar dan mengatakan bahwa sebenarnya yang punya tujuan adalah sang kakak, namun karena terlambat akhirnya dia iseng jalan-jalan sendiri.

Berkilo meter dari jarak yang sudah ditempuh kereta, Radit dan Anya datang bersamaan dengan nafas terengah-engah.

Keduanya berusaha menghubungi namun Pria Klimis dan Aku, karena kereta melewati terowongan bawah tanah Radit tak bisa menghubungi Adik, sementara Anya sama sekali tak bisa tersambung ke ponselku.

Setelah berbicara panjang lebar akhirnya Aku dan pria klimis sepakat untuk jalan-jalan bersama. Sesuai rute kereta maka perjalanan pertama kami adalah Taman Asukayama. Karena ini bertepatan dengan musim semi maka bunga sakura akan terlihat sangat cantik.

The ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang