Harajuku

921 30 0
                                    

Harajuku, Pukul 3.00 PM waktu setempat.

Mengalami keterlambatan membuat Anya dan Radit akhirnya mengambil arah yang sama. Perjalanan mereka tak semulus perjalanku dan Fachri. Radit yang memiliki sifat manja lebih sering membuat Anya jengkel. Perkenalan mereka dimulai di stasiun Shibuya-Ku saat panik Karena ketinggalan kereta. Mereka mondar mandir hingga akhirnya saling bertabrakan. Setelah tahu sama-sama dari Indonesia Radit memutuskan untuk ikut Anya ke Masjid Camii' menemui Amirah, Meira, Udin dan Senpai. Radit mendengar saat Anya menelfon bahwa dari Masjid Camii mereka akan ke Harajuku.

"Sudah lah Yah, aku udah lihat foto yang dikirim om, gak ada yang lebih cantik apa. Ndeso tahu. Nantilah Radit bawa calon yang sesuai type Radit ke depan Ayah. Okey. Yaa..... Waalaikummussalam." Radit memutus sambungan internasionalnya

Radit tipikal pria manja yang tidak bisa apa-apa sendiri, bahkan air minumpun si mbok yang ambilkan. Ia sengaja pergi ke Jepang dengan alasan menghadiri pameran produk di Jepang, padahal tujuan utamanya adalah menghindari perjodohan sang Ayah. Bujukan kepada si adik berhasil. Ia tidak pergi sendiri. Yah, bagaimana bisa pergi sendiri jika untuk mengambil minum saja masih meminta orang lain. Pekerjaannya sejauh ini hanya main game, entah apa yang ia pikirkan. Mungkin merasa telah cukup segalanya sehingga di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, Radit sama sekali tidak memiliki sifat dewasa. Perubahan terjadi dalam dua tahun terakhir, seperti ada yang mendorong hingga akhirnya ia berhasil meyakinkan sang Ayah dengan Action yang telah dilakukan bahwa perusahaan akan baik-baik saja ditangannya. Tapi tetap saja Manja yang mengakar masih sesekali muncul.

Anya melirik sambil bergumam dalam hatinya.

"Eh... masih jauh kah perjalanan kita, beli minum yuk." Radit menabrak lengan Anya dari belakang

"Om, itu menara uda kelihatan. Temen aku udah pada nunggu. Kalau mau minum, jalan sendiri aja."

"Aku traktir deh."

Anya dengan wajah nyolot menghentikan langkahnya dan menghadap ke Radit.

"Oke... oke... tinggal bentar toh. Lanjut aja." Kata Radit menciut

Meira dan Senpai melambaikan tangan pada Anya, sementara Amirah dan Udin masih berkeliling dan berjanji akan menyusul ke Harujuku.

"Doi masih keliling, kita jalan duluan aja nanti mereka nyusul." Kata Meira

"Loh Zizi mana Nya." Tanya Senpai

"Ah iya cerita nya panjang, dan entah kenapa ponselnya gak bisa dihubungi sama sekali."

Radit menyadari Anya adalah teman yang Zizi ceritakan akan melakukan perjalanan bersamanya.

"Apa kita perlu lapor polisi Nya." Meira mulai panik

"Dia satu kereta dengan adikku tadi kan." Sahut Radit

"Satu kereta belum tentu satu gerbongkan?!" suara Anya mulai mengeras karena kesal

"Siapa dia?" Meira membisik Anya

"Orang nyasar." Jawab Anya ketus

Mereka memutuskan ke Harajuku bersama, Amirah dan Udin menyusul setelah puas berkeliling Masjid Camii

"Beb... kita nikah disini keren ya."

"Nikah di Indonesia aja ditunda-tunda mulu." Jawab Udin pendek

"Yaaa, kan aku bilang nunggu aku selesai S2 terus jadi bupati, barulah kita nikah." Balas Amirah sambil mengejar Udin yang berjalan ngeloyor

Dari stasiun Higachi Fuchu menuju stasiun JR Harajuku kurang lebih menghabiskan waktu 1 jam 10 menit, begitu tiba di Harajuku aku dan Fachri mengambil arah ke Takeshita Dori, melihat Pernik-pernik khas Harajuku, Jepang. Karena ini merupakan weekday jalanan sepanjang 500 meter tersebut lebih lenggang dari hari libur. Sepanjang jalan menuju Omotesando, aku dan Fachri melewati Meiji dori, aku membeli beberapa barang oleh-oleh untuk keponakan dan saudara di Indonesia. Tiba di Laforet bola mataku menangkap sosok Anya dan Meira. Fachri memutuskan untuk berpisah, karena diapun ingin mencari sang kakak. Tak lama kemudian Amirah dan Udin muncul, formasi sudah lengkap. Ups... Lisa.

"Haiii...." Teriak Lisa dari kejauhan

Kami bersama belanja oleh-oleh dan beberapa souvenir menarik. Aku yang dikhawatirkan banyak orang hanya tersenyum-senyum menjawab kepanikan Anya dan Meira.

"Zi, are you okay?"

"Aku baik-baik saja Nya, Tadi itu ada seorang pria membuntutiku. Terus ketemu pria Indonesia yang curiga dengan gelagat pria lokal tersebut. Pria Indo itu memelanting pria lokal yang di ujung cerita ternyata dia pembaca buku-bukuku dan minta tanda tangan. Ponsel ku jatuh dan terinjak saat drama action itu berlangsung." Ceritaku kemudian tertawa

"Syukurlah, kita khawatir aja." Sambung Meira

"Kasihan dong ya si fans kamu itu." Amirah mulai dengan banyolannya

"Ketemu pangeran dong di negeriiii......" Seakan bisa membaca isi hatiku Lisa mulai menggoda

"Udah ahh, yuk belanja." Kataku memotong

Aku jalan beriringan dengan Lisa sambil mendorong trolly Baby Zafran, sementara Amirah terus bercerita tentang konsep pernikahannya bersama Udin di Masjid Camii. Udin selalu menjawab dengan Bahasa khas nya yang membuat kita semua tertawa.

"Nya... bukannya dia pria yang bareng kamu tadi." Meira menunjuk ke arah seorang pria berdarah sunda, Namun seketika menghilang dari pandangan saat aku mencoba mencarinya

"Bodoh ah, paling juga udah ketemu adiknya."Jawab Anya cuek tanpa rasa penasaran sedikitpun dengan masih melanjutkan mencari pernak-pernik

"Anya ketemu siapa?" Tanyaku

"Gak ada kok, Cuma orang Indo nyasar ke Jepang aja."

"Serius amat sebelnya, biasanya jodoh loh." Godaku menimpali

Tak terasa tiga jam berlalu. Kami puas dengan berbagai belanjaan untuk oleh-oleh. Seperti biasa memasuki waktu maghrib, bekal sajadah di ranselpun mulai dimanfaatkan, bergegas mengambil wudhu dan mencari tempat yang bisa digunakan untuk sholat.

Jalan-jalan tanpa menikmati kuliner sekitaran Harujuku akan menjadi kurang lengkap. Kami menghabiskan sisa kebersamaan di Jepang sebelum akhirnya besok Aku, Meira, Senpai, Amirah dan Udin kembali ke Indonesia.

The ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang