PECEL LELE

67 2 0
                                    

Hari Raya Idul Fitri tinggal 10 hari lagi. Namun, suasana perkuliahan tetap ramai. Ruang kelas bagaikan pasar yang menjajakan aneka barang. Namun suasana pasar perlahan meredup karena ada polisi galak. Ya! Siapa lagi kalau bukan Bayu, dosen yang aku ceritakan ini. Bab tentang sifat komutatif seperti penjara paling buruk di pikiran Tyo dan yang lainnya. Terlalu dogma-teoretis, namun sangat diperlukan saat ujian. Setidaknya, menerima adalah cara yang yang harus mereka lalui.

Selasar dekat meja sekuriti ini menjadi basis anak-anak 2009 berkumpul. Tyo dan teman-teman lainnya merajut obrolan demi mengobati rasa sakit akibat pelajaran yang terlalu kaku. Menurutku, tidak ada pelajaran yang kaku dan membosankan. Yang ada, cara pembawaan materi yang tidak menyenangkan dan dosen yang tidak gampang memberi nilai. Terlepas itu semua, benih-benih persahabatan tercermin dengan indah.

" Tyo. Tugas Pak Doni dikumpulkan besok yo?" tanya Eko dengan menggeledah tasnya. Mencari selebaran catatan kuliah.

Tyo memberi argumen penenang layaknya seorang dokter. " Iya. Tapi ini kan tugas kelompok. Dan lagi, 1 kelompok isinya 80 orang. Jadi, ndak perlu khawatir!"

Ucapan Tyo manjur. Eko menjadi lebih tenang. Dan selebaran itu ia temukan di sela-sela kumpulan catatan matematika. Perlahan, Fajri, Zain, Hasan, Pardi, Warno, Kimin dan Amir menghampiri Eko dan Tyo.

" Eko. Ayo kita kerjakan tugas Pak Doni! Besok kan harus dikumpul!" ucap Fajri dengan ekspresi seperti orang yang ingin membeli barang-barang mewah.

" Ayo! Tinggal nunggu yang lain."

Tidak menunggu terlalu lama, anak-anak angkatan 2009 berdatangan bagai semut yang menghampiri aroma gula. Dengan kesadaran penuh, mereka sudah menyiapkan laptop, bulpen dan kertas. Eko mulai memeriksa kehadiran teman satu persatu. Semua hadir dalam diskusi tugas kelompok, kecuali Kevin.

" Teman-tema, ada yang ngeliat Kevin ndak?" tanya Eko dengan ekspresi penasaran.

Semua seperti melakukan koor, menjawab tidak melihat Kevin. memang, Kevin selalu dikenal sebagai teman yang misterius. Saat orang ingin mencarinya, ia selalu tidak ada. Jangankan teman-teman 09, anak-anak IKMK saja sulit menemui orang misterius ini. Tyo berinisiatif mencarinya. Saat melewati kantor Dekan, ia dipanggil Pak Doni.

" Mas Tyo. Saya mau menyampaikan sesuatu tentang mata kuliah Ilmu Pangan ini."

Tyo bergegas masuk ke ruang kantor Dekan. 5 menit ia mendengar sebuah pengumuman langsung. Setelah itu, Tyo bergegas kembali ke tempat berkumpul anak 09. Dan pengumuman ia ceritakan. Diketahui, kalau Pak Doni akan absen mengajar ilmu pangan selama 3 bulan karena harus menghadiri Konferensi Pariwisata Kuliner di Zurich. Selain itu, Tyo memberi kertas berisi daftar tugas yang harus dibuat kepada Eko. Tugas mata kuliah tersebut adalah mencari permasalahan terkait dunia pariwisata kuliner namun harus memakai sudut pandang ilmu pangan dan minimal berjumlah 5000 kalimat. Tidak dapat diduga, aura terkejut mulai mewarnai anak-anak 09 ini. Namun, Eko melanjutkan bahwa tugas ini memiliki bobot 90% dari nilai dari Pak Doni. Tidak dapat diduga, aura terkejut berubah menjadi senang. Senang karena tidak perlu memikirkan beban untuk ujian tulis. Eko melanjutkan, selama 3 bulan itu, ia diganti Bu Dewi, dosen PKM, mata kuliah yang membahas tentang kuliner Asia Timur.

Tyo langsung mencari Kevin setelah pengumuman itu diucapkan. Semua sudut kampus sudah ia susuri, namun jejaknya tidak dapat ia temukan. Ia pun menuju ke tempat lain. Saat berada disamping sebuah museum, ia melihat Kevin yang sedang membaca buku dengan headset terpasang di telinganya.Dengan gerakan secepat angin, Tyo menghampirinya.

" Vin. Lo ngapain disini. Bukannya kerja kelompok buat tugas IP!"

Kevin terkejut seperti mendengar suara halilintar. " Lho! Bukannya jam satu siang baru mulai!"

First and LastWhere stories live. Discover now