SIMFONI RASA

40 1 0
                                    

Semester 2 telah menemui dirinya. Setelah merasakan liburan panjang di Surabaya dan Tanggerang Selatan, mereka kembali berkutat dengan sebuah aktivitas yang menjadi penentu keberhasilan pendidikan mereka. Setidaknya, pengalaman persahabatan mereka menjadi penyemangat baru.

Di selasar kampus, Intan langsung menyapa Gio dan menanyakan sesuatu.

" Gio. Benar kalau kalian mau keluar dari IKMK?"

" Iya." jawab Gio dengan tenang. Intan pun bertanya serupa dengan Tyo, Aji dan Daniel. Jawaban mereka serupa. Pertanyaan berlanjut hingga mencari alasan. Jawaban Gio membuka semuanya. " Aku dan yang lain sadar bila organisasi ini memberi kami wadah untuk mengembangkan diri. Tapi aku ingin memberi alasan utama. Kami keluar karena ada idealisme yang berlainan dengan apa yang menjadi prinsip kami. Kamu bisa lihat apa yang anak-anak KMFT lakukan pada Astrin, Zain, Fajri dan kawan-kawan ketika mereka tahu kalau ada anggotanya yang bersahabat erat dengan orang Katolik. Begitupula dengan kami. Kami gak mau mereka akan menyatakan pendapat yang sama. Ketika ada organisasi yang membatasi anggotanya untuk membina hubungan baik dengan orang dari organisasi lain, maka sudah sepantasnya bila orang itu harus keluar dari sana."

Intan langsung berkilah pada Gio. " Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Gi! Aku tahu, semua anggota harus membina hubungan baik dengan siapa saja, bahkan yang berbeda agama. Tapi bukan berarti kita harus memusuhi yang berbeda dengan kita."

Gio langsung memegang tangan Intan. " Kamu benar. Teman-teman akan menerima semuanya. Semoga kamu dan anak-anak IKMK lainnya bisa lanjutkan kiprah kalian disana. Meski kami bukan bagian dari IKMK, tapi kami masih anggap kalian sebagai sahabat kami karena kita satu angkatan."

Intan yang langsung berurai air mata pun pergi meninggalkan mereka. Meninggalkan yang sudah terbangun dalam hubungan ini di IKMK. Gio dan yang lainnya pergi dari selasar dengan awan mendung yang bergelayut di hati mereka.

..............................................................................

Di semester ini, kejutan mulai menghiasi hati Tyo dan Dimas. Pasalnya, mereka mendapat kejutan ulang tahun dari teman-teman mereka. Bedanya,pada ulang tahun Dimas, Tyo dikenalkan dengan teman-teman Dimas di kampusnya.

" Tyo, Ini Mas Angga dan Mas Rico, kakak angkatan di jurusanku. Cah 08!. Kalau ini Dito, Ivan dan Dylan, teman satu jurusan.

Angga adalah kakak angkatan Dimas di jurusannya. Dia adalah pemenang Ultimate Bodybuilder Grand Contess tahun 2008. Rico atau Rico Dwi Putranto adalah kakak angkatannya sekaligus pacar dari Angga Julian Pramono atau Angga. Dia adalah finalis Dimas Diajeng Kota Yogyakarta tahun 2009. Dito atau Dito Adityandi adalah teman seangkatannya sekaligus sahabatnya. Dia juga merupakan mantannya Aji saat SMA. Sekarang, dia berpacaran dengan Dika, anak kampus tetangga. Ivan Setiawan atau Ivan adalah teman Dimas. Anak Basket yang terlihat modis dan maskulin. Kesempurnaan adalah identitasnya. Badannya tidak terlalu jauh dengan Aji dan Dimas. Dylan atau Dylan Matthew Parker adalah teman Dimas sekaligus pacarnya Ivan. Kelahiran Salt Lake City dan bertempat tinggal di New York namun dia sangat tertarik dengan Indonesia. Ketika pertama kali menginjakan kaki di Jogja, kebingungan masih menyelimuti pikirannya. Mungkin terkait dengan Culture Shock. Tapi Ivan bersedia membantunya. Dylan pun sedikit demi sedikit memahami kebiasaan yang dianut di daerah yang dijuluki Kota Budaya ini.

Melihat teman-temannya dan Dimas bersedia merayakan ulang tahunnya, terlihat ada rasa kebersamaan yang tercipta. Dimas dan Tyo sangat senang merasakannya. Namun ada satu pertanyaan yang mengganjal di hatiku. Akankah sebuah persahabatan itu menjadi benih atas rasa sedangkan norma sosial dengan sangat tegas sudah memberikan larangan yang dianut selama ratusan atau bahkan ribuan tahun? Apakah akan mereka pertahankan? Waktu yang akan menjawabnya.

First and LastWhere stories live. Discover now