Chapter VI

1.2K 145 21
                                    

Have a Nice Read!

.

-Red Thread-

.

.

.

St. Mary Seoul

Sebuah Foto hasil x-Ray di layar, Jin perlihatkan pada Mr. Dan Mrs. Kim.

"Hanya Retak dok?! Bukankah uri Namjoon terkena bom?! Harusnya ada penanganan lebih lanjut bukan?!" protes Mrs. Kim. Pada Jin.

Jin menunjuk monitor dengan ballpoinnya "Dari hasil pemeriksaan kami, luka retak ringan seperti ini, kemungkinan besar karena terbentur benda keras atau mungkin beberapa khasus karena terjatuh. Jika terkena bom kemungkinan luka akan merusak jaringan daging disekitar tulang yang retak."

Mr. Kim mentap Jin penuh tanya "Jadi maksud dokter anak kami tidak terkena bom?"

Jin menggeleng, memberikan senyum ramahnya. "Saya yakin Tuan Kim Namjoon hanya terjatuh!"

Mr. Kim dan Mrs. Kim menghela nafas lega

"Syukurlah kalau begitu."

"kalau begitu apa kami sudah bisa melihat putera kami?"

"ne! tentu saja."

Jin menatap kepergian kedua orang tua itu. "Waah! Berapa usia putera mereka? Samapai mereka begitu sayang dan perhatian pada puteranya seperti itu?"

.

-RT-

.

Sepulang kantor Tae mengajak Jimin makan diluar. Di restoran daging sapi dekat kantor, tempat makan langganan mereka. Tae bercerita tentang mimpinya siang tadi. Jimin kesulitan mencerna kalimat Tae karena apa yang Tae ceritakan berbeda dengan mimik wajahnya. Tae bercerita dengan senyuman bahagia seolah ia mendapat mimpi indah.

"Itu mimpi buruk bukan?!"

"Ani! Itu mimpi indah!" Jelas Tae menampik pertanyaan Jimin.

"bagaimana bisa kau anggap itu mimpi indah?!"

"Di dunia ini aku percaya yang namanya ramalan dan pertanda-pertanda tertentu. Seperti mimpiku yang jadi kenyataan. Itu pasti bagian dari karma untuk Min Sajang!"

Jimin menatap horror senyum lebar Tae. "Yah! Aku tau kita membencinya tapi, tidakah terlalu kasar menertawakan sebuah musibah?!"

Tae berfikir dengan wajah blank yang membuat Jimin ilfil "Benar! Tak seharusnya aku bahagia!" Tae mengangguk, memakan dagingnya kemudian menatap Jimin "Tapi kenapa aku merasa senang?!"

"Makan saja! makan!" Jimin kini mengomel. Heran dengan pemikiran Taehyung yang aneh sejak lahir.

"Oh iya. Kami sudah membagi untuk company gathering."

"benarkah?! Kemana tim pemasaran akan pergi?!"

"Nayoung membaginya dengan baik. Team kita akan ke Jejuuuu~"

Jimin dan Tae tersenyum dan tertawa bersama seperti orang mabuk. Mereka senang karena setelah lama bekerja di IbigHit, akhirnya mereka bisa liburan bersama terutama ke Jeju.

"Erik bagaiman?!"

"Entahlah! Sepertinya dia berniat mencampakanku!"

"Aku tau tempat peramal yang bagus ayo kita kesana!"
....
Jungkook menghela nafas, menatap sedih pada tiket pesawatnya. Harusnya besok pagi ia terbang tapi, musibah kali ini mengharuskannya tinggal di seoul lebih lama karena pasti besok bosnya akan kembali kerja, karena tak jadi menikah. Jungkook membuka lemari pendinginnya dan tak ada bahan makanan apapun. Hanya tinggal air mineral, dua butir telur dan satu buah tomat. Ia lupa untuk belanja bulanan. Jungkook walau dia sibuk tetapi ia tetap masak sendiri untuk sarapan maupun makan malam atau kadang noonanya akan memasakan sesuatu dan disimpan di lemari pendingin. Merasa harus mengisi lemari pendinginnya, ia mengambil kunci mobil lalu pergi ke mall.
.

Red ThreadOnde histórias criam vida. Descubra agora