Chapter VII

1.2K 154 6
                                    

Jimin memasukan segala macam barang yang berhubungan dengan mantan kekasihnya ke dalam dus. Jimin tak bisa menyimpannya karena ia memang tak pernah suka melihat barang-barang yang bisa mengingatkannya akan hal buruk masalalu. Jimin bukan jenis wanita yang mudah terpuruk, ia tipe wanita yang mudah bangkit. Hubungannya sudah jelas berakhir maka ia juga berfikir untuk berhenti memikirkan Erik meski sulit. Tapi tak akan sesulit masa dimana orang tuanya meninggal bukan?.

Tae muncul dari pintu ia menatap tumpukan barang didalam kardus. "Sebenarnya daripada kau buang, lebih baik kau jual saja!" Tae memberi saran dengan mulut masih mengunyah apel.

Mendengar saran bodoh sahabatnya, Jimin mencibir, menatap orang mana yang meiliki pemikiran konyol seperti itu. Taehyung yang diberi tatapan membunuh dari Jimin malah tersenyum dengan wajah bodohnya lalu pergi. Jimin membuang kardus berisi tumpukan barang ke dalam tempat pembuangan sampah. Jimin sebenarnya ingin membakarnya, tapi ia tak tau dimana ia bisa mendapatkan minyak. Lagipula apa jadinya kalau ia membakar sesuatu di dekat gedung, ia pasti akan terkena teguran dari security.

Jimin merebut gelas yang baru diisi air putih oleh Taehyung. Kali ini Taehyung yang mencibir dan menatap Jimin seolah ingin membunuhnya. Jimin cuek dan bersandar pada dinding didekatnya. Jimin tiba-tiba berfikir tentang Jeon Jungkook yang ia robek bajunya, ia merasa bersalah dan malu. Dia merasa harus melakukan sesuatu sebagai permintaan maaf. Tapi jimin tak tau dimana ia bisa membeli pakaian yang sama seperti pakaian Jungkook yang ia robek. Bersama Taehyung, Jimin pergi ke mall terdekat. Toko barang mewah ada dilantai satu, mereka terus berjalan menuju deretan pakaian pria dengan berbagai merk. Jimin sedikit bingung melihat sebuah pakaian berbahan katun berwarna merah dan hitam. Ada dua corak yang mirip disana, Ia mencoba mengingat yang mana yang paling mirip dengan pakaian Jungkook yang ia robek.

Tae yang melihat sahabatnya bingung menunjuk salah satu pakaian yang Jimin pegang. Ia ingat betul setiap bagian pakain Jungkook yang sobek kala itu. "Yang ini!"

Jimin melihat Tae. "Yang ini? Kau yakin?!"

"Aku bahkan bisa ingat begitu detile bahkan bagian mana saja yang kau sobek. Itu korban mabukmu yang paling parah Park Jimin. Kau harus memberinya langsung dan meminta maaf!

Jimin menunduk malu, menyalahkan dirinya atas kebodohan yang ia buat, ia bahkan menjambak rambut Jungkook. "Arghhh! Ini sangat memalukan!"

...

Tae yang baru kembali dari toilet melewati toko perhiasan yang kemarin dan matanya menatap anting itu penuh harap. Itu anting yang secantik harganya dan ia tak akan pernah bisa membelinya. Dengan uang satu juta dolar ia lebih memilih untuk membeli tanah dan membangun rumah di atasnya. Tae pergi mencari toko lain berharap bisa menemukan anting dengan gantungan bintang lain, tapi tak ada.

"Dari semua toko perhiasan disini kenapa tak ada yang memiliki anting dengan gantungan bintang merah selain si satu juta dolar itu?! Arhggg..."

.

-RT-

.

3 unit bus berhenti depan hotel. Pintu bus itu terbuka, membuat semua orang dari dalam bus keluar dan teriak bahagia. Akhirnya sampai di Pulau Jeju. Mereka langsung masuk ke dalam hotel begitu Nayoung meminta seluruh staf masuk ke hotel untuk pembagian kamar. Tae membantu sekertarisnya membagikan kunci kamar dan tentu Tae mengatur agar ia bisa sekamar dengan Jimin. Tae tersenyum manis tak seperti biasanya dan memberikan sebuah kunci kamar Vip pada Direkturnya. "Panthouse, Vip Sir. Have a nice day!"

"Thanks!" ucap Yoongi singkat dan langsung pergi bersama bellboy yang membawakan kopernya.

Yoongi heran kenapa ia dipisahkan sendirian padahal karyawan lain di lantai bawah. Yoongi tak pernah ikut Trip sebelumnya, jadi ia berfikir jika pangkat tinggi memang diberi fasilitas baik. Tapi sungguh, kamarnya terlalu tinggi dan ia benci sesuatu hal yang tak efisien, meski ada untungnya juga, karena ia bisa menikmati malam berdua dengan Hoseok tanpa gangguan.

Red ThreadWhere stories live. Discover now