So Much Gifts

304 31 12
                                    

NORMAL POV

"Hermoso Regalo. "

Ino tersenyum lebar sambil memanjakan anjingnya. Sai menatap wajah Ino dengan tatapan bingung.

"Apa artinya, nona? "

"Artinya, hadiah terindah. Kau tau kenapa aku memberikan nama itu? "

"Kenapa? " tanya Sai lagi.

Ino tertawa kecil. Tapi, Sai bisa melihat bahwa tawanya barusan, menyiratkan rasa sedih dan sakit yang terpendam sangat dalam.

"Karena, tidak pernah ada orang yang sangat baik padaku. Tidak ada orang yang pernah memberikan hadiah padaku. Tidak ada orang yang benar-benar menjadi temanku. Bahkan, peduli padaku pun, tidak. " jawab Ino sambil tersenyum kecut.

Setelah berkata begitu, senyuman di wajah Ino hilang perlahan-lahan.

SAI'S POV

Yamanaka Ino. Aku sudah mendengar segala tentangmu dari orang tuamu. Kau adalah gadis yang sombong, jutek, sinis, dan kata-kata yang keluar dari bibirmu selalu bisa menyakiti perasaan orang lain. Tapi, di balik itu semua, kau tidak pernah mendapat perhatian dari orang lain selain kedua orang tuamu.

Kalau kau mau tau, aku tertarik dengan latar belakangmu. Aku tertarik untuk mendekatimu, dan merubah sikapmu. Aku tertarik untuk membuatmu bahagia. Yah, bisa dibilang bahwa aku menyukaimu. Ah! Tidak, aku bahkan mencintaimu. Maka dari itu, aku akan melakukan apapun agar kau bahagia. Untuk rasa cintaku padamu, hmm.. Aku akan biarkan dulu sementara sampai kau menyadarinya sendiri.

"Nona, itu nama yang bagus. " ucapku sambil tersenyum.

Dia membalas senyumanku. Ha! Kau sudah mulai berubah Ino. Aku yakin, dengan bantuanku, hidupmu akan lebih bahagia. Aku jamin itu.

"Terima kasih, Sai. "

"Ah, saya tidak melakukan apa-apa, kok, nona. "

"Tidak, kau sudah membuatku bahagia dengan hal-hal kecil yang kau berikan. "

"Sudah saya bilang, asalkan nona bahagia, saya pun ikut merasa bahagia dan juga lega. "

GUK!! GUK!!

"Ahahahaha. Kau juga bahagia ya, Hermoso? " tanya Ino pada anjingnya.

Hm.. Lucu sekali.

"Sekarang nona mau pergi ke mana? " tanyaku.

"Sebaiknya kita pulang, aku ingin bermain-main dengan Hermoso. "

Hermoso menjilat pipi Ino. Melihat tingkah laku Ino yang kekanakan membuatku tersenyum bahagia.

Aku mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang standar. Jalanan tidak terlalu padat, tapi aku ingin berlama-lama di mobil agar bisa melihat wajah bahagianya.

NORMAL POV

TIN!! TIN!!

Klakson mobil Ino berbunyi. Mereka telah sampai di depan gerbang rumah.

"Aku pulang. " sahut Ino riang sambil memeluk anjingnya.

"Ah, Ino. Bagaimana hasil pengecekan kesehatanmu? " tanya Ibu Ino.

"Semuanya baik. Aku sehat, kok, Ma. "

"Kau yakin? " tanya Ayah Ino dingin.

"Hn. Aku yakin. " jawab Ino sinis.

'Kalian memang tidak bisa berdamai yah. Aha' batin Sai dan Ibu Ino berbarengan.

"Ma, Papa dan Mama mau pergi kapan? " tanya Ino.

"15 menit lagi kami akan berangkat. Kami sudah menunggumu. Jaga diri yah, Nak. "

"Baik, Ma. " jawab Ino sambil tersenyum.

Melihat tingkah laku Ino yang mengalami perubahan, Ayah dan Ibu Ino saling berpandangan, lalu menatap Sai lekat-lekat. Sai yang merasa diperhatikan itu pun menatap balik kedua orang tua Ino sambil tersenyum.

'Ah.. Pandangan mereka seperti ingin menerkamku saja. ' batin Sai.

"Sai, apakah kau mau ikut denganku ke kamar? "

"Baiklah, nona. "

Setelah berkata begitu, Ino memandang Ibu nya dan tersenyum. Lalu, pandangannya beralih kepada ayahnya. Bibirnya langsung tertekuk ke bawah. Ayahnya juga sama. Mereka membuang muka masing-masing secara bersamaan.

"Huh! " ucap mereka serentak.

-——-——-

Di kamar, Ino sedang mengeluarkan semua isi lemari pakainnya. Ia mencari baju yang cocok untuk pergi mengantar orang tuanya. Sudah 5 menit berlalu, dan Ino masih saja belum menemukan pakain yang cocok.

"KENAPA TIDAK ADA YANG COCOK?" teriak Ino.

Sai tersenyum melihat kelakuan Ino. Dia pergi mendekati sebuah rak yang terletak di samping tempat tidur Ino dan mengambil sebuah kotak yang berukuran sedang lalu memberikannya pada Ino.

"Pakailah ini, nona. Saya sendiri yang membelinya untuk nona. Saya jamin, pakaian ini akan sangat cocok dengan anda." ucap Sai.

Ino membuka kotak itu dan terkejut melihat isinya.

Rok putih dengan motif bunga-bunga hitam, ukurannya sedikit di atas lutut. Sebuah kemeja tanpa lengan berwarna hitam dengan motif cipratan cat berwarna abu-abu muda. Sepatu 'angkle strap shoes' bermerk 'Louis Vuitton' dengan warna abu-abu muda polos dan sedikit garis putih di bagian bawahnya. Dan terakhir, terdapat sebuah jepit kecil berbentuk pita berwarna putih dengan permata kecil yang menghias bagian tengahnya.

"Apakah nona mau mencoba dulu? " tanya Sai membuyarkan lamunan Ino.

Ino mengangguk pelan dan memasuki kamar ganti nya.

'Hitam, putih, abu-abu muda. Semua itu adalah warna-warna kesukaanku. Mini skirt, kemeja tanpa lengan, dan angkle strap shoes. Semua adalah seleraku. ' batin Ino sambil memakai pakaian barunya itu.

Setelah mengganti bajunya, Ino keluar dari kamar gantinya.

"Ah.. Bagaimana? " tanya Ino sambil tersipu.

"Hn. Sangat bagus."

"Hah? Benarkah? Ba.. Bagaimana kau tau seleraku? "

"Ah. Itu rahasia. "

"Apakah pakaian ini cocok untukku, Sai? "

GUK!! GUK!! GUK!!

Hermoso menggonggong seolah mengatakan 'Kau sangat cantik! Aku ingin menciummu. ' lalu lompat ke pelukan Ino.

"Haaa.. Kau ikutan saja, Hermoso. " ucap Ino sambil tertawa.

"Nona. "

"Ya? "

"Nona bagaikan tuan Putri. "

DEG!!

-Bersambung-

Thin Line ( Completed )Where stories live. Discover now