Memories

298 35 4
                                    

'AHHH!! APA YANG BARUSAN AKU LAKUKAN!? INI BUKAN AKU!'

Ino baru menyadari perubahan dalam dirinya. Dia bukanlah Ino yang dulu.

'Kenapa aku tunduk padanya? Karena tidak mau terkena masalah? ' batin Ino.

"Hm.. Enak sekali, nona. " ucap Sai.

Sambil merapikan piring dan gelas kotor, Sai tersenyum pada Ino, lalu membawa piring dan gelas tadi ke dapur untuk dicuci.  Setelah Sai pergi, Ino langsung bergegas ke kamar mandi dan mencuci mukanya.

"Aku tidak boleh jatuh cinta! " gumam Ino.

Ini menepuk mukanya berkali-kali secara perlahan. Setelah itu, Ia mengambil piyama tidurnya dan mengganti pakainnya. Lalu, ia keluar dari kamar mandi dan membaringkan tubuhnya di atas kasur.

TOK!! TOK!! TOK!!

Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar Ino. Sai masuk dengan memasang senyuman khas miliknya. Melihat itu, Ino langsung memutar balikkan tubuhnya. Sekarang, dia sedang membelakangi Sai.

"Waktunya tidur, nona. Apakah ada yang nona inginkan sebelum tidur? "

"Kau tidur dimana? "

"Saya sendiri tidur di sebelah kamar nona. "

"Oh. "

"Oyasumi, misu. "

"Hn. " jawab Ino singkat.

Setelah mendengar jawaban dari Ino, Sai mematikan lampu utama dan berjalan mendekati ranjang Ino. Ia memasang sebuah lampu kecil yang remang-remang berbentuk bunga berwarna ungu di samping tempat tidur Ino.

"Selamat tinggal, nona. "

CKLEK!!

Pintu kamar Ino tertutup. Ino yang sedari tadi terdiam, kini dia menarik selimut ungunya sehingga menutupi seluruh tubuhnya.

'Bagaimana dia bisa tau bahwa aku takut gelap? Bagaimana dia tau aku menyukai anjing ras samoyed ? Bagaimana dia tau kamar Rumah Sakit Tokyo kesukaanku? Bagaimana...? Bagaimana...? ' batin Ino.

Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam benak Ino sejak tadi pagi. Dan sampai sekarang, pertanyaan itu tidak pernah terjawab satu pun.

Lelah dengan pikirannya, Ino memejamkan matanya lalu tertidur.

-——-——- Sai's Room -——-——-

'Sepertinya kau kebingungan, ya, Ino? Kau mudah ditebak. Benih-benih cinta sudah mucul di hatimu. Benarkan? ' batin Sai.

BRAK!!

Sai menggebrak mejanya. Tetapi, kamar Sai ditutupi oleh dinding kedap suara sehingga orang luar tidak mendengarnya.

"Ino. " gumamnya.

Sai terlihat begitu kesal. Mukanya memerah menahan emosi.

"Yamanaka Ino. " gumamnya lagi.

"Apakah kau masih tidak mengenaliku? "

Sebetulnya, Ino dan Sai adalah teman dekat sejak mereka berdua bersekolah di Taman Kanak-kanak. Mereka selalu bertengkar karena masalah-masalah sepele.

/-/-/-/-/-/-/-/-/-/

"Ino!!! "  teriak Sai.

"Apa, sih!? " balas Ino sambil berteriak.

"Kembalikan buku gambarku! "

Ino memeletkan lidahnya lalu tertawa. Ia berlari meninggalkan lapangan sekolahnya. Ketika ia melewati jalanan yang kosong, ia bertemu dengan teman perempuannya. Tidak sengaja, ia melihat temannya itu menjatuhkan dompetnya. Melihat itu, Ino langsung mengambilnya, berniat untuk memberikannya kembali. Bersamaan dengannya, temannya itu memutar badannya dan mendapati Ino sedang mengambil dompetnya. Ia mengira bahwa Ino sedang berniat untuk mencuri.

Thin Line ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang