Meet Hanabi the Psikiater

242 25 1
                                    

1 minggu kemudian

SAI'S POV

Selama perjalanan, aku masih memikirkan ini..

Aneh sekali dia itu. Awal kami bertemu, dia sangat jutek dan juga bertingkah seolah dia penguasa. Aku dimarahi, dibentak, dan juga dia selalu menyuruh-nyuruh aku.

Aku tau dia begitu mungkin karena waktu itu dia masih berpikiran bahwa aku adalah pelayan pribadinya. Tapi, setelah sekian lama aku bersama dengannya, dia mulai berubah sedikit demi sedikit. Yah, walaupun tetap saja susah untuk merubahnya, dia mulai menyadari kehidupan di sekitarnya. Ino mulai menjadi lebih rendah hati, dan dia juga mulai bersikap lembut.

Tapi, aneh sekali. Setiap ada masalah yang menimpanya, Ino selalu berubah menjadi pribadi yang buruk lagi. Kenapa, sih? Ada masalah apa? Seperti sekarang ini. Tiba-tiba dia berkeinginan yang aneh dan egois. Dia malah sampai mengancamku lagi. Padahal dia pasti tau, kalau dia mengancamku, dia akan mendapat hukuman dariku. Tapi, wajah sedihnya yang membuat hatiku luluh!

Argghhh.. Aku pusing memikirkannya.

"Sir, hello? Sir.. "

"Oh, yeah what is it? " tanyaku.

"Here. This is your flight ticket. The plane will take off at 08.00 pm. "

"Ahh, thanks. "

"You're welcome, sir. By the way, are you okay? "

"No.. I mean. Ehemm.. Yes, I'm okay. "

"Okay, enjoy the flight journey, Sir. "

Yahh, aku telah memesan satu tiket pesawat untuk pergi ke Jepang. Entah sudah berapa negara aku kunjungi untuk mencari tas apalah itu.

BRUKK!!

"Ahh!! I'm so sorry, miss. Here, I'll help you. "

Aduhhh!! Cerobohnya aku. Karena memikirkan hal-hal tadi, aku sampai menabrak seorang wanita berkacamata dan berkuncir dua. Sekarang, aku harus membantunya untuk merapikan buku-buku yang dia bawa tadi.

"Ahh, no problem, sir. It's o.. Kakak Sai!!! "

"Wait, wh.. Hanabi!? " aku terkejut ketika menyadari bahwa orang yang kutabrak tadi adalah adik Hinata.

"Haii.. Apa yang kakak lakukan di sini? "

"Aku sedang ingin membeli sesuatu pesanan Ino. Kalau kau? Apa yang kau lakukan di sini? "

"Ahh, hanya pekerjaan biasa. Mau ngobrol sebentar gak? "

"Boleh, deh.. Apa salahnya mengobrol sedikit dengan psikiater terkenal di dunia? " jawabku.

"Ahh.. Kakak bisa aja. " katanya sambil terkekeh.

"Ayo. Aku traktir kau minum. Mau kopi atau teh? "

"Aku mau teh. " jawabnya sambil tersenyum.

~~~~~~~~

"One tea, please. " sahutku.

"Coming right up, sir. " jawab pelayan sebuah kafe.

"Oke. Oke... Jadi, kau punya pacar, dan pacarmu selalu mengikutimu sampai ke kamar mandi? "

"Hahaha, iya.. Kalau aku menegurnya, dia pasti langsung menari India supaya aku tertawa. Joget-joget gak jelas begitu lah. "

"Hahahaha.. Ada-ada saja pacarmu itu. Lalu, apa yang kau lakukan? "

"Aku langsung menendangnya ke luar kamar mandi. Di luar, dia hanya memasang 'puppy eyes' nya. "

Kami tertawa bersama-sama.

"Bagaimana denganmu? Apa kau dengan Ino baik-baik saja? "

"Bagaimana kau bisa tau? " tanyaku.

"Heii.. Aku yang bertanya di sini. Lagipula, di dunia ini, tidak ada yang tidak tau tentang hubungan cowo kaya sedunia dengan wanita sombong yang berubah. "

"Hahaha.. Bisa aja kau ini. " sahutku.

"Jadi? Jadi? Jadi? " desaknya terus menerus.

"Hubungan kami baik-baik saja. Tapi, ada satu hal yang mengusikku. Dia sudah berubah. Berubah 180° menjadi lebih baik. Tapi, sewaktu dia bertemu dengan yang namanya masalah, dia selalu kembali menjadi Ino yang kasar. "

Hanabi terlihat seperti berpikir. Tetapi, tiba-tiba, wajahnya berubah sangat pucat. Ia menggebrak meja pelan dan memelototiku.

"Ceritakan dengan jelas, kak! " perintahnya.

"Maksudmu? " tanyaku tidak mengerti.

"Ceritakan semua detailnya. Sampai kejadian terkecil pun. Tapi secara garis besar saja. "

"Hmm.. Sewaktu aku berpura-pura jadi pelayan pribadinya, dia bersikap kasar dan sombong. Aku dimarahi, dibentak, dan disuruh-suruh olehnya. "

CKLIK!! SRETT! SRET!

Hanabi mengeluarkan pulpen dan bukunya, sambil mencatat sesuatu di sana.

"Hn, lanjutkan, kak! "

"Oke oke.. Jadi, aku berusaha untuk merubah sikapnya menjadi lebih baik. Singkat cerita, lama kelamaan Ino menjadi lebih baik dan lembut. "

"Ohhh, begitu. Terus? "

"Terus, uhmm.. Waktu temannya mengancamnya, dia menjadi lebih emosional. Dia menangis dan cepat memaafkan temannya itu. "

"Ouuuhh, apakah teman yang mengancamnya ada hubungan dengan Ino sewaktu kecil? "

"Ada. "

SRETT! SRETT!!

Ah!! Dia menulis sesuatu lagi.

"Lanjutkan ceritamu kak. "

"Setelah kejadian itu, dia menjadi lebih riang dan bahagia. Dia selalu tersenyum dan juga ramah pada semua orang. Tapi, semua itu berubah lagi ketika Ino tau orang tuanya meninggal. "

"Hmmm.. "

"Saat itu, aku melamarnya. Aku menyatakan cintaku padanya. Dia tidak menolak, tapi bersikap sangat dingin padaku. Wajahnya dan tatapannya benar-benar kosong. Seolah kehilangan semangat hidup. Tapi, ada hal lain yang tersirat di wajahnya. Ada kesan bingung(?) mungkin. " jelasku.

Hanabi menaruh catatannya di atas meja. Dia mendekatkan wajahnya ke arahku dan berbicara dalam suara yang sangat kecil.

"Apakah dia memiliki masalah yang menganggunya sampai saat ini? Masalah masa kecil, mungkin? "

Aku berpikir. Apa yang Hanabi maksud adalah masalah yang mengusik hati Ino?

"Ya, ada. Sewaktu kecil dia sering dibully karena dia orang kaya. Semua orang membencinya dan memiliki pemahaman yang salah tentangnya. Sepertinya itu yang mengusik hatinya. "

"Hyaa!! Aku tau!! " serunya.

SRETT!! SRET! SRET!! SRET!!

Hanabi mangambil kembali catatannya, setelah itu, dia menulis sesuatu dengan sangat cepat.

"Lihat ini. Dugaanku, Ino mengalami... "

"Apa? " tanyaku penasaran.










"Kepribadian Ganda~. "

-Bersambung-

Thin Line ( Completed )حيث تعيش القصص. اكتشف الآن