CHAPTER 1

53.1K 1.7K 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Rio yang cukup besar itu kini selalu penuh dengan tawa riang dari Sevan yang bermain bersama Qia. Ya, Sevan yang saat itu berusia 1 bulan, kini telah berusia 2 tahun. Qia juga bukan lagi gadis SMA yang setiap hari berangkat ke sekolah. Kini ia telah menjadi mahasiswi di salah satu kampus di Jakarta. Qia juga memiliki lebih banyak waktu dengan Sevan karena waktu kuliah jauh lebih sedikit daripada sekolah.

Tin...tin...tin...

Terdengar suara klakson mobil dari luar gerbang rumah besar tersebut. Mang Asep, tukang kebun di kediaman Rio bergegas membukakakn gerbang. Dengan sopan, Rio menyapa mang Asep yang jauh lebih tua darinya. Setelah itu, Rio segera masuk ke dalam dan memarkirkan mobilnya di garasi.

"Sevan. Wah.. Anak papa lagi main. Main apa sih?"

Rio yang baru saja memarkirkan mobilnya di garasi langsung berjalan dan menghampiri Sevan yang tengah bermain di teras bersama Qia. Ia begitu senang ketika melihat Sevan begitu aktif bermain. Tak disangka, kini putranya itu bukan lagi bayi mungil yang setiap hari selalu menangis melainkan anak kecil yang sudah mulai mengerti dunia sekitarnya.
"Papa.."

Dengan polosnya Sevan berlari dan memeluk papa nya yang baru saja pulang dari kantor. Qia juga tersenyum setiap kali melihat adegan seperti itu.
"Mas Rio sudah pulang? Bukan nya ini masih jam 4?"

Tanya Qia setelah menyadari jam tangan yang ia pakai masih menunjukkan waktu pukul 16.00
"Iya, Qia. Kebetulan hari ini hanya ada jadwal meeting, jadi setelah itu bisa langsung pulang."

Jawab Rio sembari meletakkan tas kantornya di atas meja yang ada di teras.

Drrttt..Drrtt..

Ponsel milik Qia berbunyi. Qia merogoh saku celana nya dan melihat ada panggilan masuk yang tertera.
"Iya, hallo."
"....."
"Oh,iya. Baik. Saya akan segera kesana. Terimakasih."

Panggilan itu berakhir. Qia meminta izin Rio untuk meninggalkan Sevan sebentar saja.

"Maaf, mas Rio. Saya harus pergi ke toko buku sekarang, buku yang saya pesan sudah datang."

Ucap Qia. Kini justru tampak raut wajah yang berbeda ditunjukkan oleh Sevan. Seakan mengetahui gadis yang dipanggilnya 'kakak' akan pergi, Sevan berlari kearah Qia dan memeluk nya.
"Sevan, kakak harus pergi dulu ya.. Sebentar kok, nanti kakak kesini lagi."

Qia mencoba membujuk Sevan, tapi Sevan menggeleng dan tidak mau melepas pelukannya.
"Saya akan antar kamu ke sana."

Dengan spontan Rio berkata demikian seakan menawari Qia untuk diantar saja.
"Ti-tidak usah,mas. Saya bisa naik taksi atau ojek. Saya tidak ingin merepotkan mas Rio. Mas Rio pasti lelah karena baru saja pulang dari kantor.

Tolak Qia dengan halus. Sebenarnya Qia sungkan untuk pergi bersama Rio. Ia menyadari dia dan Rio tak pantas jika jalan bersama, terlebih lagi Qia hanyalah pengasuh untuk anaknya.
"Tapi lihat Sevan, dia enggak ngizinin kamu pergi. Sudah, saya akan ambil mobil dan saya antarkan kamu pergi ke toko buku."

I Choose You -  "QIA & RIO"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang