CHAPTER 47

15.6K 476 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~~

Banyak hal yang harus dikerjakan Qia saat ini. Dari membersihkan rumah dan juga merawat Glory. Ya, Qia harus membersihkan rumah karena bi Minah sedang pulang kampung untuk lima hari.

Semenjak melahirkan, Qia belum pernah membersihkan rumah. Ada mama Ardiya dan bi Minah yang melakukan pekerjaan itu. Sekarang hanya ada Qia, Glory, dan mang Asep yang sedang sibuk membersihkan halaman juga kebun.

Belum selesai Qia membersihkan rumah, suara tangisan Glory terdengar. Bayi itu sejak pagi memang rewel. Langsung Qia meninggalkan pekerjaannya dan berlari ke kamar untuk melihat anaknya yang menangis.

Karena terlalu lelah Qia ikut tertidur setelah memberikan ASI untuk Glory. Ia bahkan tak sempat memasak untuk Rio.

Pulang dari kantor, Rio langsung menuju meja makan karena dia begitu lapar. Sayangnya tak ada makanan apapun di meja makan, Hanya ada nasi putih di ricecooker.

"Kok, nggak ada makanan sih?" gumam Rio.

"Ini Cuma ada nasi doang. Qia nggak masak, ya?"

Setelah itu Rio pergi naik ke lantai atas untuk menemui istrinya. Belum sempat Rio membuka pintu, Qia sudah lebih dulu keluar dari kamar.

"Sayang. Kok nggak ada makanan sih di meja makan? Kamu nggak masak apa?" Tanya Rio.

"Maaf, mas. Aku belum sempet masak."

"Sayang, seharusnya kamu sempetin masak, dong.Kalau aku pulang aku bisa langsung makan. Aku laper nih. Aku tadi pengennya makan di luar, tapi aku mikir kalau kamu masak, nanti malah nggak ada yang makan. Eh ternyata malah nggak ada makanan di rumah. Mana laper, capek juga." Ucap Rio dengan nada tinggi.

"Masa buat masak aja kamu nggak sempet." Lanjut Rio.

"Maaf, mas. Aku bener-bener nggak sempet. Akujuga capek ngurusin Glory. Daritadi dia rewel, mas. Apa kamu pikir kamu aja yang capek? Aku juga capek. Kamu tahu sendiri kan bi Minah pulang kampung. Aku bersih-bersih rumah, aku gurus Glory, cuci baju-baju, segalanya. Aku juga capek. Aku baru aja mau turun buat masak, tapi kamu udah pulang duluan." Jawab Qia dengan mata berkaca-kaca.

Rio yang menyadari ucapannya yang menyinggung Qia langsung mendekap tubuh istrinya itu.

"Maaf, sayang. Maaf. Ucapanku kasar."

"Udah, mas. Biar aku masakin kamu sekarang, kamu bilang kamu laper. Aku masak dulu."

Qia melepas pelukan Rio. Dia berniat untuk pergi ke dapur tapi Rio menahannya.

"Nggak. Nggak usah. Kita delivery aja. Kalau nggak ada makanan di meja makan, berarti kamu daritadi juga belum makan. Berarti bukan aku aja yang laper, kamu juga pasti laper."

Akhirnya Rio memilih untuk memesan makan, Rio mengajak Qia duduk di sofa. Kemudian Qia mengutarakan keluh kesahnya pada Rio.

"Tadi aku beres-beres rumah dan lain-lainnya juga. Aku hari ini capek banget, mas. Glory juga rewel. Aku ketiduran abis nidurin Glory, aku nggak sempet masak."

"Iya. Aku paham. Maafin aku , sayang. Hari ini aku juga banyak kerjaan dikantor, aku belum sempet makan. Aku pengen langsung pulang biar bisa makan dirumah. Tapi dirumah nggak ada makanan."

Qia yang sedang menyandarkan kepalanya pada bahu Rio melonjak ketika mendengar Glorya menangis. Qia segera masuk ke kamar dengan diikuti Rio. Segera diangkatnya tubuh Glory dan diberi ASI oleh Qia.

"Glory kenapa rewel gitu sayang?"

"Aku juga nggak tau, mas."

"Badannya demam, nggak?'

Qia meraba-raba tubuh Glory. Tak ada tanda-tanda bahwa anaknya demam.

"Nggak. Tubuhnya biasa-biasa aja. Nggak panas juga."

"Apa karena cuacanya yang panas, ya?"

"Bisa aja sih, mas."

Setelah Qia selesai memberikan ASI, Rio meraih tubuh Glory dan memangku anaknya itu. Glory membuka matanya lebar-lebar menatap wajah papanya.

"Eh, Glory kok lihatin papa gitu sih?" UcapQia sambil mengusap pipi Glory yang terkena ASI.

"Iyanih, papa takut kalau dilihatin gitu. Glory jangan lihatin papa kaya gitu dong, sayang."

"Mas, kamu dilihatin anak sendiri kok nggak mau sih? Dia juga butuh lihatin kamu biar dia hafal sama papanya. Kamu mau kalau Glo nggak ngenalin kamu?"

"Iya bukannya gitu, sayang. Tapi lihat deh. Glory matanya lebar banget kalau bener-bener melek gini."

"Namanya buka mata ya pasti jadi lebar, mas. Kamu pikir kaya kamu yang sipit walaupun udah melek lebar-lebar." Ucap Qia sambil terkekeh.

"Athia juga sipit, kok. Bukan aku aja." Jawab Rio.

"Kan kamu sama Athia saudara, jadi sama-sama sipit nya."

Qia dan Rio tertawa bersama saat membahas hal-hal yang menurut mereka lucu. Mata kecil Glory hanya sesekali berkedip melihat tawa bunda dan papa nya.

Tak berselang lama, makanan yang sudah Rio pesan datang. Rio masih memangku putri kecilnya sedangkan tugas Qia adalah menyuapi suaminya.

"Kalau gitu besok aku ggak usah masak aja ya, mas. Biar kita delivery aja terus." Goda Qia.

"Janganlah, sayang. Kalau bisa kamu masak. Aku lebih suka masakan kamu daripada harus beli kaya gini."

"Beneran, nih suka sama masakan aku? Kamu kan lebih sering makan masakannya bi Minah, mas."

"I-i-iya, sih. Tapi.. kan kamu sekarang jarang masak, jadi aku seneng kalau kamu bisa masakin buat aku. Aku udah bosan tau sama masakannya bi Minah. Aku pengen makan masakan kamu." Ucap Rio sedikit berbisik pada Qia.

"Hayoloh.. Awas aja, aku bilangin bi Minah kalau kamu udah bosan dimasakin bi Minah."

"Enggak. Jangan dong sayang. Aku kan Cuma bercanda."

Jawab Rio. Qia tertawa dengan puas. Rio justru terpana melihat Qia yang begitu cantik saat tertawa lepas hingga..

CUP!

Satu ciuman tepat mendarat pada bibir Qia. Membuat istrinya itu merona.

"Kalau ketawa dikondisikan, bun. Jangan buat nafsu papa bergejolak." Bisik Rio.

"Mas Rio.. nakal ih!"

Qia ang tampak malu-malu berlari keluar meninggalkan Rio yang masih bersama Glory dipangkuannya.

"Sayang! Hei, ini Glory gimana? Kamu mau kemana?"

Qia berhenti dan menoleh pada Rio.

"Kamu jaga sampai Glo tidur."

Qia kembali melangkah dan meninggalkan kamar. Sedangkan Rio menggaruk-garuk kepalanya sambil melihat Glory yang tampak gembira memainkan air ludahnya.

"Kamu bahagia banget, sayang. Kamu seneng kalau papa kesusahan?"

Ucap Rio pada Glory yang sudah jelas bayi itu tak merespon ucapan papa nya dan tetap ayik memainkan ar ludahnya.

~~

Sweet Smile,

LOVESTA

I Choose You -  "QIA & RIO"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang