CHAPTER 6

32.6K 1.1K 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rio POV

Seperti biasa. Hari Minggu aku tidak pergi ke kantor. Pagi ini aku mengajak Sevan jalan-jalan di sekitar kompleks. Dan yang perlu kalian tau, aku tidak akan menggendong Sevan. Ya, karena aku ingin membiarkannya berjalan sendiri.

Pagi ini bi Minah yang memandikan Sevan. 'Kakak cantik' Sevan pagi ini tidak akan datang. Qia akan datang sekitar pukul 10 siang. Dia harus menghadiri kegiatan social di kampusnya.

Setelah Sevan siap, aku mengajaknya keluar. Kami berjalan dari rumah mengitari kompleks. Matahari masih menunjukkan pukul 05.45 WIB, dan udara pagi masih sangat terasa. Memang cukup sulit jika membawa anak kecil. Di tambah lagi Sevan sering berhenti ketika melihat benda yang membuatnya penasaran.

Entah kenapa aku merasa setiap aku melewati ibu-ibu maupun wanita-wanita muda di sekitar sini mereka terlihat fokus memandangi diriku. Bukan ke-PD an, tapi memang jelas seperti itu.

Ini masih belum seperapa jauh, tapi aku sudah mulai lelah. Tidak dengan putraku. Sevan merasa sangat senang dan sepertinya tak ada lelah pada dirinya.

"Hei jagoan papa, Sevan nggak capek?" Ucapku sambil berjongkok memandang Sevan.

"Nggak.. papa banyak pohon-pohon." Jawa Sevan dengan suara imutnya menunjuk pohon-pohon dipinggir jalan.

"Sevan suka?" tanyaku pada Sevan. Aku yakin diumurnya yang sebentar lagi genap 3 tahun ia sudah mulai mengerti setiap kata yang terucap dari bibirku.

"cuka.." Jawab Sevan sambil mengangguk.

Kami meneruskan perjalanan. Kali ini Sevan berhenti saat melihat kucing dari spesies Anggora terdiam didepan rumah.

"Papa.. kucing na besal.."

Ahahah.. aku tertawa mendengar gaya bicara Sevan yang cadel. Sepertinya Sevan suka dengan kucing dan aku berniat membelikan kucing di rumah.

"Nanti papa beliin mau? Kucing kaya gitu?"

"Au.. kucin na catu.."

"Cuma satu? Tapi jarinya kok itu semua?"

"Catu.. papa."

Aku sangat senang bias mengajak Sevan berbicara seperti ini. Anak itu benar-benar menggemasan.

Setelah jalan-jalan keliling kompleks, akhirnya kami kembali ke rumah. Sevan masih kuat, ia justru tidak ingin ku gendong sama sekali.

Aku mengajak Sevan masuk ke dalam. Di meja makan bi Minah sudah menyiapkan sarapan untuk kami. Sekarang Sevan juga sudah tidak mau disuapi, kecuali Qia. Entah apa yang dilakukan Qia pada putra ku ini hingga tak ada yang lebih baik daripada bersama Qia.

"Papa.. Evan mau pempe." Kata Sevan sambil menunjuk tempe yang ada di meja makan.

"Ini? Nih, makan yang banyak ya jagoan kecil.." Kataku sambil mengusap kepala Sevan.

I Choose You -  "QIA & RIO"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang