Patahan Ketiga

46.3K 6K 170
                                    

       

Aya mondar-mandir di dalam kamar sambil menggigit kuku jarinya. Wanita itu sedang dilanda oleh kemarahan yang membuatnya ingin mengacak-acak wajah Gio, namun terpaksa harus menelan semua kejengkelannya, karena tidak mungkin ia melarikan kesepuluh kukunya kepada pria itu. Kalau ia nekat melakukan hal itu, bukan tak mungkin Gio langsung menyeretnya ke rumah sakit jiwa.

"Kenapa dulu aku bisa berakhir dengan Om-om itu sih?" Erang Aya geram, "Oh ya benar, karena aku cewek mata duitan yang jatuh cinta kepada dompet tebalnya. Sialan!"

                Aya yakin kalau dirinya tidak pernah jatuh cinta kepada Gio. Ia bahkan yakin kalau dirinya tidak pernah jatuh cinta kepada siapapun. Satu-satunya alasan kenapa Aya jatuh ke dalam pelukan Gio, karena pria itu memiliki banyak rupiah di dalam kantongnya, dan Aya membutuhkan setiap rupiah tersebut. Aya sudah bosan bernyanyi dari satu kafe ke kafe lain. Ia lelah dengan siulan nakal para pengunjung dan rayuan murahan yang diikuti dengan remasan tangan jahil. Ia juga sudah tak ingin lagi dipaksa tersenyum ketika suasana hatinya sedang muram. Dan sama seperti kebanyakan perempuan lainnya, ia punya keinginan untuk hidup senang dan menghambur-hamburkan uang, bukannya justru mengumpulkan recehan dan berhemat demi kebutuhan hari esok.

                Gio datang tepat pada saat Aya sudah muak pada kehidupannya. Aya langsung menyadari binar tertarik di mata pria itu, dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Setelah mencoba kemampuan finansial Gio dengan membiarkan pria itu memenuhi beberapa keinginannya,  Aya mantap pada keputusannya untuk menjadi simpanan pria itu, karena ia yakin kalau Gio telah berkeluarga menilik dari cincin di jari manisnya.

                Aya mematikan hati terhadap istri Gio yang mungkin menunggu pria itu pulang ke rumah. Ia membutakan mata tentang kemungkinan merebut waktu pria itu dari anak-anaknya. Ia juga tidak ingin pusing memikirkan bahwa rupiah yang terus mengalir ke dalam sakunya, seharusnya diperuntukkan bagi keluarga pria itu. Selama Gio masih menginginkannya, maka Aya berniat untuk terus bertahan di samping pria itu.

                Hubungan mereka terbilang lancar karena tidak saling mencampuri urusan satu sama lain. Aya juga bersyukur karena ia tidak perlu menandatangi kontrak sebanyak lima belas lembar hanya untuk urusan ranjang. Satu-satunya komitmen di antara mereka, adalah keharusan Gio untuk mengenakan pengaman. Selain karena kondom diyakini sebagai kontrasepsi yang paling aman untuk mencegah tertularnya penyakit, keduanya juga setuju kalau mereka tidak menginginkan anak dari hubungan kotor mereka. Ternyata tidak cukup aman, karena pada akhirnya Aya hamil juga. Hubungan yang dibangun dengan pondasi nafsu akan uang dan seks itu, pada akhirnya hancur karena benih yang tertanam di dalam rahim Aya.

                Aya sudah meletakkan dendamnya kepada Gio jauh sebelum ia melahirkan Lily. Ia juga meninggalkan kehidupan kelamnya, karena yakin kalau ia masih bisa berbenah diri. Berbekalkan ijazah paket susulan, Aya mencoba mencari pekerjaan di kota Medan. Tubuh hamilnya babak belur dipanggang sinar matahari, debu, dan pandangan kasihan dari orang-orang yang menerima lamaran pekerjaannya. Tapi para penguasa itu tidak bisa berbuat banyak untuk membantu, karena nilai ujian susulannya hanya memenuhi standar dan ada banyak pengangguran dengan gelar lebih meyakinkan untuk mengisi kekurangan lowongan di kantor-kantor mereka. Aya sudah mulai putus asa ketika pertolongan itu datang. Seorang pemilik agen penjualan tiket menawarinya pekerjaan dan Aya langsung menerimanya. Pekerjaan itu masih ditekuninya sampai sekarang, disela-sela kesibukannya menjual jajanan untuk menambah penghasilan.

                Aya tidak akan berdusta kalau ia bahagia dengan kehidupannya yang sederhana. Ia tidak pernah menyangka bahwa kebahagiaan yang selama ini dicarinya, ternyata bisa dijangkau asalkan ia mau bekerja keras. Namun tentu saja kehidupan tidak mau berbaik hati kepadanya, dengan mendatangkan Gio yang masih teguh pada keyakinan kalau Lily bukan anaknya.

Patah #2 - Slow UpdateWhere stories live. Discover now