6. Sang Magi

468 69 23
                                    

Nyi Pohaci Sanghyang Sri menatap nanar pada langit siang yang semakin gelap dengan tak wajar.

Kilat menyambar-nyambar liar. Bunyi guntur dan petirnya terdengar terlalu menggelegar.

Sementara itu, topan lesus kecil mulai terbentuk di sekitarnya, mengangkat pohon-pohon besar dan mempermainkannya dengan selesa!

Ia tahu, badai ini bukan badai biasa. Alam seolah murka, dan pasti dirinya lah, penyebabnya!

"Iya Romo, aku tahu Romo marah!" ujarnya, menantang langit.

Gludug... gludug... ctaaarrr!!

Seberkas kilat menyambar pohon besar tepat di hadapan Dewi Sri, membuatnya hangus terbakar.

Seberkas kilat menyambar pohon besar tepat di hadapan Dewi Sri, membuatnya hangus terbakar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tidak perlu mengancamku, aku pulang sekarang!" lanjutnya.

"Hentikan semua omong kosong anomali cuaca ini!"

Dewi Sri memandang sekelilingnya dengan tatapan tajam, berkata entah pada siapa. Sang Pengendali Cuaca, mungkin? Nada suaranya jelas mengintimidasi!

Atau  ... barangkali ia khawatir bila badai yang bukan pada musimnya ini akan mencelakai seseorang?

Dewi Sri melangkah tergesa. Sesaat, ia telihat melayang di udara sebelum akhirnya moksa, lenyap dari pandangan.

+++

Kalian penasaran tidak, ke mana Dewi Sri pergi dan apa yang selanjutnya terjadi padanya?

Enggak tuh! Kan udah diceritain kemaren-kemaren, jadi udah tau dunk....

Ya benar, Nyi Pohaci Sanghyang Sri pulang ke Istana Cahaya dan menghadapi persidangan yang dipimpin oleh ayahandanya, Penguasa Bawanapraba, sebagaimana telah diceritakan pada awal kisah ini.

Bagi yang lupa, yuk mari kita tengok lagi bagian prolognya untuk mendongkrak jumlah viewers. Heheheh.

Untuk selanjutnya, daripada mengikuti kehidupan Dewi Sri yang suram selama tiga tahun berikutnya sebagai ular sawah, marilah kita menengok kehidupan Sadhana yang berbunga-bunga setelah jatuh cinta. Apa yang terjadi dengannya, ya? Cuss... lanjut dibaca!

+++

Sadhana pulang dengan selamat sampai ke Istana Kerajaan Purwacarita. Ayah-Bundanya, nyaris menyambutnya dengan tangis gembira. Mereka benar-benar takut kalau terjadi hal buruk selama putra semata wayangnya lepas dari pengawasan.

Sadhana tersenyum menerima pelukan hangat Kanjeng Romo dan Bunda Ratu yang tetap memperlakukannya bagaikan balita, sementara ia merasa baru saja menjadi dewasa setelah bertemu gadis pujaan hatinya.

"Kanjeng Romo, Bunda Ratu, tidak perlu mengkhawatirkan ananda sampai seperti ini," ujarnya.

"Ananda sudah besar, sudah mampu menjaga diri," lanjutnya.

Pengantin PadiWhere stories live. Discover now