3. Consideration

2.9K 223 45
                                    

Previous
"

Sekali lagi kau ikut campur, lihatlah akibatnya"

*****

Aku datang sangat pagi sekali ke tempat kerjaku setelah menyiapkan sarapan untuk Aubrey, "terimakasih" aku tersenyum pada wanita setengah tua yang membukakan pintu untukku, dia adalah pelayan dirumah ini, "anak itu masih tertidur" Ia terkekeh dan aku ikut terkekeh padanya "aku akan membangunkannya" Aku berjalan kearah kamar Jashon, membuka mantelku, dan menaruhnya pada sofa diruang tengah, menaiki tangga, aku sedikit terdiam kala berada tepat di depan pintu kamar Harry, apakah dia masih tidur? Apa aku harus membangunkannya juga?

Tapi, sesuatu sangat mengganjal dihatiku untuk masuk kedalam kamarnya mengingat kejadian tak mengenakkan kemarin, membuatku mengurungkan niatku dan memilih untuk membangunkan Jashon.

Membuka knop pintunya, aku tersenyum kala melihat anak itu masih tertidur pulas di ranjangnya, "Jashon, wakeup. You need to go to school" Aku berucap lembut sambil menepuk halus pundaknya "Jashon, come on" Ia mengerang dan sedikir membuka matanya membuat aku tertawa "Kau sangat menggemaskan, demi Tuhan pria itu akan menyesal memperlakukanmu seperti itu, Jashon" gumamku lirih.

"Goodmorning, Aunty" Ia bangkit lalu memelukku, "morning good boy, mandilah. Aku akan menyiapkan seragam dan sarapan untukmu" Aku berdiri membuka lemari pakaiannya dan bertanya "seragam apa yang kau pakai hari ini?" Ia menunjuk satu stel seragam berwarna abu yang menggantung membuatku mengangguk "kalau begitu, kau harus mandi sekarang" Ia mengangguk antusias berlari masuk kedalam kamar mandinya.

Selagi Jashon bersiap, aku lebih memilih menyiapkan bekal dan sarapan baginya, berjalan keluar dari kamarnya, aku dihadapkan dengan bencana, namun aku terus berjalan seolah aku tak melihatnya.

"Aku tahu kau melihatku" ucapnya sinis "ya," jawabku singkat "Dan kau masih berani datang kesini?" demi tuhan, kenapa ia tak memakai atasan? Membuatku dapat melihat bentuk tubuhnya yang dipenuhi tatto.

"Ya, itu tugasku untuk menjaga dan menjauhkan Jashon darimu" Ucapku berusaha tenang "siapa kau berani menjauhkan dia dariku, hah?" Ia mendekat dengan alis yang menekuk rapat satu sama lain, ayolah ini masih pagi.

"Harry, bisakah kau tak seperti ini? Aku tak ingin berdebat denganmu" Aku berusaha keras menjaga suaraku agar tetap lembut dan pelan agar dia tidak semakin menyeramkan.

"selagi kau kasar padanya, aku tak akan pernah membiarkan kau mendekatinya, meskipun itu anakmu sendiri"

"dia bukan anakku, sialan!" Geramnya, mencoba meraihku namun aku segera menghindar "Ya, siapa yang ingin memiliki Ayah seperti dirimu. Dia bukan anakmu" sinisku, dan sedikit berlari menjauh untuk menghindarinya.

Aku menghapus air mataku dan membasuh wajahku, namun pandanganku terfokus kearah sebuah foto yang disitu ada Harry dan seorang perempuan, dari foto ini kuperkirakan umur mereka masih begitu muda, mereka tersenyum bahagia bahkan sangat, kubalikan foto itu dan tertera tulisan tangan.

My beloved Liana,

H.S

Apakah ini ibu dari Jashon? Karena tadi Harry berteriak pada Jashon menyebut nama Liana. Aku berasumsi bahwa Harry masih mencintainya sampai sekarang, tapi kenapa dia melakukannya padaku?

Aku terlonjak kaget saat pintu terbuka dan menampakan Harry dengan wajah dinginnya "apa yang sedang kau lakukan? Kenapa lama sekali?" ia menatapku tajam. Ku sembunyikan foto itu dibelakang tubuhku "tidak ada, aku baru membasuh wajahku" ucapku berusaha bersikap santai "keluar sekarang juga." aku mengangguk, ia kemudian berjalan terlebih dahulu. Aku dengan cepat menyimpan foto itu dipinggir wastafel dan keluar.

"Hi, Anne" sapaku ramah menghampirinya yang sedang duduk disofa bersama dengan Jashon disampingnya dan Harry dihadapannya, Harry terus menatapku lekat "kau baik - baik saja?" tanya Anne, jangan bilang jika Jashon mengadu "umph..."

"dia baik - baik saja, Anak ini telah berbohong, dia memfitnahku!" Harry berkata dengan suara lantang dan menunjuk kearah Jash, Jash menatap Harry takut "aku bertanya pada Nathalie!"

"aku..." aku menatap Harry yang sedang menatapku tajam dan rahang yang mengeras "aku baik - baik saja, aku baru dari kamar tamu tadi,"

"aunty bohong! Daddy memukul aunty dengan gespernya, lihatlah pipi aunty Nat" Anne menatapku dan Harry bergantian "kau keterlaluan Harry, kau sangat keterlaluan. Aku tak akan membiarkan Jashon untuk tinggal lebih lama denganmu. Tidak akan pernah! Mulai hari ini aku akan membawa Jashon tinggal bersamaku" Raut muka Harry berubah drastis. Sama halnya denganku.

"tidak! Tidak bisa!" bentak Harry "itu bisa kulakukan! Kenapa kau menghalanginya?! Kau pikir Jashon tidak stress kau terus siksa Harry?! Orangtua macam apa kau ini?!" aku tak tahu apa yang harus aku katakan, aku hanya terpaku melihat mereka berdua berdebat.

Aku akhirnya membawa Jashon dari mereka "kau tenang yaa," kataku pada Jashon. "aku tak mau berpisah dengan Daddy, tapi aku takut dengan Daddy. Aku menyayangi Daddy, aku tak mau ia sendirian disini" hatiku tersentuh mendengar pernyataan dari Jash. Aku tak menyangka anak ini bisa mengeluarkan kata - kata seperti itu. "dengar, jika kau berada dengan nenekmu itu akan jauh lebih aman."

"tapi, bagaimana dengan aunty? Aunty harus kerja. Jika grandma membawaku tinggal dengannya, itu artinya Grandma akan memberhentikan aunty" jantungku serasa ingin berhenti, benar juga.

"yasudah, sekarang kau bujuk Nenekmu itu" kataku tersenyum kecil "baik aunty"

Aku memijat pelipisku ini, sungguh aku pikir, aku hanya tinggal bekerja lalu mengurus Jashon taoi akhirnya akan seperti ini, aku kasihan pada Jashon. "Nathalie, aku titip Jashon padamu. Dia cucuku, jangan biarkan Harry berlaku kasar lagi padanya" aku mengangguk ragu "aku pulang. Jaga dirimu juga"

***

Malam tiba, aku memutuskan untuk pulang mengingat Jashon yang sudah tidur "mau kemana kau?!" aku menghentikan aktivitasku yang sedang menambah lipstik di bibirku, mendengar suara serak dan berat seseorang, itu Harry. "tentu pulang, Jashon sudah tidur. Dan aku akan kembali lagi besok pagi" kataku lalu memasukan lipstikku ke tasku "apa - apaan kau ini?!" sentaknya padaku.

Aku menatapnya heran "kenapa?" kataku "kau tidak boleh keluar dari rumah ini." ia menyeringai seram kearahku dan mendekat kearahku, aku hanya bisa diam "apa maksudmu? Aku mempunyai adik. Ia pasti cemas" kataku setenang mungkin.

"Hm... Jika itu keinginanmu untuk pulang, aku akan mengantarmu dan membawa seluruh barangmu lalu berpamitan dengan adik tercintamu itu, kau masih butuh pekerjaan kan?" aku mengangguk ragu "kau tega melihat adikmu tak melanjutkan sekolah karena aku memecatmu?" aku menggeleng.

"jika kau tetap disini, kau akan memiliki dua keuntungan. Pertama, kau mendapat uang dari Ibuku dan yang kedua itu dariku. So?" aku berusaha menelan salivaku. Apa yang harus aku lakukan?

"selain itu aku juga akan biayai sekolah adikmu itu, kurang baik apa aku?" ia menaikan satu alisnya "pikirkan itu selagi aku bersiap - siap mengantarmu" ia menunjukku dan kemudian melumat bibirku singkat membuatku terkejut.

Aku segera menyentuh bibirku dan menatap Harry yang berjalan menjauh.


MFKGKHKBKKKB
WHAT KIND OF PART IS THIS CHAPTER?!

vomments

BabySitter || H.E.S Where stories live. Discover now