17. Gone

2.1K 191 4
                                    

a few weeks later...

Author's POV

Sudah 40 hari kepergian Aubrey untuk selamanya, Nathalie pergi Dari rumahnya tepat dua hari setelah meninggalnya Aubrey, Tubuhnya yang semakin kurus dan bundaran Hitam disekeliling matanya kian menampakan begitu buruk keadaanya saat ini.

Tak ada yang tahu jika Nathalie pergi, ia menyewa sebuah flat berukuran kecil didaerah yang hanya beberapa penduduk yang terbilang tak banyak dikunjungi orang dan jauh dari pusat kota.

Well, mungkin masuk akal jika caranya untuk menjauh Dari Harry, dan untuk melupakan kesedihan yang ia alami akhir - akhir ini. Pandangannya kosong menatap lurus kedepan, keluar jendela flat nya, air matanya selalu mengalir setiap waktu.

"Nat, makanlah. Jangan kau sakiti dirimu sendiri. Kau sedang sakit kan?" Itu adalah tetangganya namanya Anna. Namun Nathalie sering memanggilnya dengan sebutan bibi Anna. Tak ada jawaban dari Nathalie. Ia masih sibuk melamun dengan pandangannya yang selalu kosong dan tetesan - tetesan air mata yang membasahi pipinya.

"Nat..." Panggil Anna dengan lembut, Ia prihatin dan menyayangi Nathalie seperti anaknya sendiri. Nathalie segera berbalik Dan menghapus air matanya lalu tersenyum paksa "Hi, sejak kapan kau berada disini?" Ucapnya dengan suara seraknya bahkan suaranya begitu tidak enak didengar.

Wanita tua itu mendekat kearahnya Dan memeluknya hangat "Dengar Nat, kau tak boleh berlama - lama terpuruk dalam kesedihanmu. Itu tidak baik. Make a move aku yakin kau bisa" Dibelainya rambut kusut Nathalie. Nathalie kembali menangis Dan memeluk Anna erat.

"Aku tak bisa, Bi. Aku benar - benar tak bisa melupakan cobaan yang menimpaku terus menerus. Ini sulit untuk aku hadapi" ucapnya disela - sela isakannya.

"Kembalilah ke kotamu. Buat hari baru." Anna menatap Nathalie sendu Dan Nathalie menggeleng kuat "Kembali lagi kesana hanya akan membuatku tambah terpuruk. Dan lagi, aku tidak ingin bertemu dengan bajingan itu"

"Aku tahu perasaanmu, tapi aku yakin bahwa kau wanita kuat." Anna kembali bersuara "Aku tidak. Aku hanyalah wanita bodoh yang dengan bodohnya---"

"Cukup Nat! Kau tak boleh merendahkan dirimu seperti itu" Kini Anna yang menangis. "Aku menyayangimu seperti anak sendiri" lanjutnya.

"Terimakasih. Terimakasih. Aku tak bisa banyangkan bagaimana aku jika tidak bertemu denganmu. Mungkin aku sudah mengakhiri hidupku. Kau wanita yang baik. Aku tidak tahu dengan apa aku harus bayar semua kebaikanmu"

"Sekarang kau makan, ya. Agar kondisimu membaik" Nathalie mengangguk lemah.
Ia mengambil semangkuk bubur gandum yang telah dimasak oleh Anna, saat baru saja ia menyuapinya kedalam mulut. Rasa mual itu kembali datang menghampirinya. Sehingga ia memuntahkannya lagi.

"Oh shit" umpatnya "kau baik - baik saja?" Tanya Anna panik, Nathalie tidak menjawab dan memilih untuk berlari kearah wastafel lalu memuntahkan Isi perutnya. Anna berlari kecil menghampiri Nathalie dan membantu memijat tengkuknya. Setelah membaik ia membersihkan mulutnya.

"Aku minta maaf, bukannya aku tak menghargai masakanmu. Namun, jujur aku sangat mual" lirihnya "Nat, aku pikir kau harus cek" Nathalie mengernyit "tidak perlu, ini hanya sakit biasa"

"Aku takut kau... Kau hamil Nat" Mata Nathalie melebar ia terkejut "tidak mungkin, Bi" Nathalie membantah.

"Aku akan membelikanmu test pack" Nathalie mencegah tangan Anna "jangan Bibi Anna, aku yakin aku tidak hamil" Suaranya bergetar menyiratkan ke khawatiran "Tidak, aku tetap akan membelikannya. Tunggu disini" Ia berjalan meninggalkan Nathalie sendirian.

BabySitter || H.E.S Where stories live. Discover now