Chapter 7

3.3K 442 6
                                    

Park Chanyeol, pria tinggi dengan telinga peri itu menyadari sesuatu. Ya, caranya menghadapi Baixian berbeda dengan Sehun. Dirinya terlalu terburu – buru, tidak memikirkan bagaimana suasana hati Baixian saat itu, seperti Chanyeol biasanya, egois.

“Cobalah menghadapinya secara perlahan Chanyeol-a.” Kyungsoo mencoba menjelaskan kepada Chanyeol, bagaimana dirinya ketika menghadapi Baixian.

“Apa kau yakin Kyung?”

“Sangat yakin, bagaimanapun dia akan tenang jika kau muncul perlahan.”

Chanyeol tersenyum miring mendengar ucapan Kyungsoo, muncul perlahan? Bahkan melihat Chanyeol saja reaksi Baixian sangat buruk, tidak terduga.

“Apa kau selama ini juga mendekatinya secara perlahan?”

“Tent...”

“Lalu kenapa hanya Sehun yang bisa membuat Baixian berbicara?”

Kyungsoo terdiam, benar. Meskipun dirinya sangat berhati – hati dan menjaga sikapnya, Baixian yang ditemuinya tetaplah seorang Baixian yang dia khawatirkan. Baixian yang dingin, dengan tatapan matanya yang tajam, sorot mata kesedihan dan kesepian. Seperti itulah Baixian di depan Do Kyungsoo.

“Kupikir kau terlalu banyak bicara Kyung. Kau yang menyebabkan semua masalah ini, tapi aku yang selalu di salahkan. Kau yang membuat Baixian kembali, tapi anehnya Baixian hanya membenciku. Kau sungguh beruntung.” Chanyeol mengatakannya sambil berjalan mendekat kearah pria bermata doe yang menjadi mantan kekasihnya.

“Berhenti Park.”

“Ah... satu lagi, kau juga beruntung, kau memiliki hubungan dengan Jongin di belakangku bukan? Dan aku sama sekali tidak menyadarinya.”

“Park chanyeol kumohon...” Punggung sempit milik Kyungsoo menabrak dinding di belakangnya, dirinya benar – benar terjebak, terjebak dalam kurungan tangan besar milik Chanyeol.

“Tanganku sungguh ingin bermain – main denganmu Kyung.” Kyungsoo mendongak, menatap mata lebar Chanyeol yang dipenuhi kilatan amarah.

“Apa? Kau ingin memukulku? Silahkan, pukul saja aku tidak akan membalasmu Park.”

“Ah benarkah? Apa kau mengizinkan tangan ini hm?” Chanyeol menangkup pipi Kyungsoo, dulu tangan ini hangat, menjadi tempat favorit jemari Kyungsoo. Tapi sekarang, tangan ini begitu dingin.

“Kau tahu apa kesalahanmu Park? Sejak awal memang aku yang membuat semua rencana konyol ini, aku tahu itu. Tapi, apa kau tahu Baekhyun tidak pernah merasakan kehadiranmu disisinya? Kau yang selalu menolak bertemu dengannya, kau yang seakan – akan menjauh, kau tidak tahu bagaimana Baekhyun tetap tersenyum meskipun hatinya sakit, hatinya tetap kesepian, dan bodohnya...”
Kyungsoo menatap tajam mata Chanyeol, kesabarannya turut habis mengahadapi sikap kekanakan Chanyeol, sikap pengecut dan tidak mau bertanggung jawab, bahkan tidak menyadari kesalahannya.

“Dan bodohnya, dia tetap memujimu, menatapmu dengan penuh cinta dimatanya, menceritakan semuanya tentangmu kepadaku. Dan aku, aku menyesal seharusnya ketika dia mengatakan kau seakan – akan menjauh darinya, seharusnya saat itu juga aku mengatakan kepadanya untuk melepasmu, sebelum dia mengetahui semuanya.”

“Bagimu ini bukan masalah besar Park, tapi dia, Baekhyun... Hatinya sudah tidak utuh sejak awal, ditinggalkan perlahan oleh sosok ayahnya, kemudian ibunya, Oh Sehun, dan kau. Apa kau bahkan mengerti, seorang anak kecil berumur 15 tahun melihat ibunya bunuh diri di hadapannya?”

Bagaimana mungkin Chanyeol mengerti, kehidupannya berjalan dnegan baik. Ayahnya yang mencium kening ibunya saat hendak berangkat kerja, ibunya yang memasak makanan favoritnya setiap hari, kakak perempuannya yang cerewet, tapi Chanyeol bahagia. Keluarganya harmonis.

HEALERWhere stories live. Discover now