[10] ─ Sayang

16.3K 895 10
                                    

─────🎈─────

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

─────🎈─────

Echalona Riska

"Disini senang, disana senang~ dimana-mana hatiku senang. Di rumah senang, di sekolah senang~ dimana-mana hatiku senang. Lala-la lalala lala-lalala"

Pernah engga ngerasa, udah kesal banget tuh, pengen banget main tangan minimal mukul sesuatu gitu tapi engga bisa. Bukan karena engga berani, cuman kamu udah mikir resiko ke depannya bakal kayak gimana kalau salah ambil tindakan. Jadinya, kamu berujung cuman bisa diam doang.

Itu yang aku rasain sekarang, DEMI PAUS BERJALAN KENAPA COWOK INI PAGI-PAGI UDAH MANCING EMOSI HAH?! Aku tahu, cowok ini ganteng emang engga ada obatnya lagi, tapi setiap kali lihat tingkah sintingnya malah aku yang makin sinting dibuatnya! Kalian tanya dia siapa?

Dhika Rahayu!

Mungkin aku yang terlalu sensi setiap lihat kehadirannya, cuman gimana yah.. pokoknya setiap kali lihat muka gantengnya itu pasti ada aja percik-percikan emosi di hati, bukan percik-percikan cinta, cintaku cuman sama mas gantengku, Kim Seokjin.

Jangan sampai aku membawa kalian ke dunia haluku, nanti kita engga fokus sama ceritanya.

Oke, aku berusaha sabar dan terus berjalan cepat menghindari Dhika. Semenjak kejadian kemarin, satu sekolah heboh dengan kabarku dan Dhika, bahkan aku baru tahu kalau sekolah ini punya akun instagram berisi tentang kabar-kabar hitz sekolah Garuda, tentu setelah Siska memberitahuku kalau salah satu postingannya ada namaku dengan Dhika sebagai pasangan baru.

Peristiwa seperti ini tidak ada dalam list kehidupanku, ini semua gara-gara dia!

"Sayang tungguin dong!"

Apa?! SAYANG? Organ pencernaanku geli mendengarnya.

"Ihh Dhika lucu banget"

"Uwu banget dia manggil sayang"

"Gemes yaampun, kapan gue punya patjar gitu?"

"Dih, ntu cewek budeg apa gimana? Masa ditinggalin"

"Gue jadi dia, udah gue gandeng 24 jam"

"Sok jual mahal tuh, geli gue"

"Entar ditinggal, nangis ngemis-ngemis"

Dengar ga? Itu bunyi nyinyiran makhluk gaib, engga deng becanda. Engga lucu yah? Ketawa aja sih, mumpung gratis.

Aku mungkin engga akan pernah menegur mereka yang menggosipinku, bukan karena aku takut tapi aku hanya tidak berani.

Emosi engga kalian? Iya, kadang aku juga emosi dengan diriku sendiri.

Aku engga sadar kalau Dhika sudah menyesuaikan langkahnya di sampingku, "Woi, sekali lagi lo gosipin cewek gue. Gue sumpahi bibir lo semua busuk!" bentak Dhika membuat kerumuan cewek-cewek itu kabur terbirit-birit.

Dhika kalau sudah marah, seram juga.

Shit! Harusnya Dhika jangan lakukan hal seperti itu. Kalau begini, mungkin bakal banyak yang akan membenciku karena telah merebut pangeran mereka.

Aku berlari meninggalkan Dhika, sekali aku menoleh ke belakang @#%gajdja*

DIA KENAPA NGEJAR?!

"Honey tunggu! Kamu mau kita lari kayak India-Indian? AYOK DAH"

Aduhh, engga gini juga konsepnya. Sehalu-halunya aku, engga pernah terbayang buat lari ala India-India.

Semoga ini hanya mimpi buruk yang akan cepat berakhir.

"Eh─astaga."

Syuut!

Dhika Rahayu

"Honey tunggu! Kamu mau kita lari kayak India-Indian? AYOK DAH" kataku membuat larinya semakin cepat.

Dia sadar ga sih, udah muter lorong dua kali? Kok jadi gemesin.

Sangkin gemesnya, aku juga ikut lari ngejar dia. Bayangin aja, datang sekolah dengan seragam rapi berakhir lari-larian keliling lorong. Aku baru sadar juga, Echa punya kemampuan lari yang cepat, kalau ikut lomba lari mungkin dia bisa menang.

"Mikir apa sih gue" gumanku

Mataku melihat Echa yang berlari ke arah lorong yang berbeda, dari jauh aku sudah melihat keadaan lantai yang licin. Aku berlari cepat berusaha menggapai cewek itu, kapan cewek ini lelah?

"Awas─"

Syuut!

Sering lihat adegan-adegan romantis yang ceweknya jatuh lalu, cowoknya bakal tangkep-kan? Dan, pasti banget adegan itu ada aksi tatap-menatap tidak lupa dengan backsound yang uwu-uwu.

Baiklah, aku rasa kalian harus menyimpan semua adegan uwu itu, karena sekarang yang jatuh itu menggenaskan di lantai adalah aku.

Iya, aku, cogan SMA Garuda, Dhika Rahayu!

Mataku menyipit melihat Echa yang meminggir dari lantai yang licin, oalah aku merasa bego. Ternyata Echa memang bukan seperti cewek-cewek yang pernah jumpai, dia berbeda.

Dari pada malu, mending aku berpura-pura pingsan. Sakitnya engga seberapa, malunya itu!

"Mampus" maki Echa

Bangsat, bisa-bisanya aku punya pacar laknat begini. Aku makin demen yang kayak begini, limited edition.

"Eh-eh"

Aku merasa sesuatu menendang-nendang pinggangku, astaga kenapa cewek satu ini engga bisa sweet sedikit? Khawatir atau panik kek.

Nah! Hatiku menjerit senang saat tangannya yang lembut menyentuh wajahku, aku sudah membayangkan wajah khawatirnya layaknya di sinetron dimana tokoh ceweknya akan menangis menjerit melihat si cowok tergeletak tidak berdaya.

"Akhirnya mati" ujar Echa

Pedih sekali punya pacar begini, brader. Mungkin ke depannya aku harus berhenti berekspetasi tinggi terhadap Echa.

Tapi, bakal seru nih kalau dikenalin ke mama.

●●●

The Secret [END]Where stories live. Discover now